Kejutan

0 0 0
                                    

Aludra sudah sadar sejak 15 menit yang lalu, dan sekarang jam menunjukan pukul 14.45 sekarang sekolah sudah bubar, jadi sebagian teman sekelas Aludra memutuskan untuk menjenguknya.

"Iya tau Dra, dikelas sepi nggak ada lo" ujar Aletha "Gue nggak ada temen buat jailin Alpi" mereka memang sering dipanggil siratu jahil karna ulah mereka. Dan Alpi adalah salah satu korbannya, dikelas dia terkenal dengan sikapnya yang Pike me girl

"Bagus dong, jadi Alpi tenang, walau cuman sesat" jawab Aludra

"Ini sakit nggak?" pertanyaan polos itu dilontarkan oleh Vieera. Vieera menunjuk tangan Aludra dan menyentuhnya "Hehe, kok empuk" tanyanya sambil menoel-noel tangan Aludra yang diperban

"Ya iya Lah, orang itu tangan dibalut perban. Ngaco deh lo, Ra" sahut Athan yang berada disofa dengan para kaum adam disana jika perempuan berada di karpet bulu.

"Masa si? Ini tangan ya?" lagi-lagi Vieera bertanya

"Bukan, Ra. Itu kepala" sahut Dimas, teman sekelas Aludra

"Loh, terus ini apa?" tunjuk Vieera kearah kepala Aludra "Kepala Aludra ada dua ya? Kok bisa disini ada, disini juga ada" tunjuk Vieera kearah kepala Aludra lalu turun kelengannya

"Aduh, udah deh Ra, pusing gue denger bacotan lo" sarkas Aletha

"Loh, Era nggak ngebacot kok Tha, Era cuma ngomong" jawab Vieera tidak terima "Lagian nih ya, Era ini manusia, punya mulut pungsinya ada dua, untuk makan sama untuk ngeroscos"

Sontak semua orang tertawa, kecuali Sion, Langit, Vilona, dan Kaan. Mereka hanya terkekeh mendengarnya dan Aletha memasang wajah dongkol

"Hayo loh Tah, keselek sama omongan cewek gue" ujar Regans

"Emang aku cewek kamu ya Gans?" mereka kembali tertawa, apalagi Aletha dia sangat senang melihat perubahan ekspresi wajah Regans

"Kamu itu harusnya dikebun binatang, kan buaya darat" lanjut Vieera dan membuat mereka semakin tertawa

"Hayo, sekarang siapa yang keselek?" ejek Aletha

"Halah, beda agama aja bangga" ledek Regans lalu teetawa "Napa?" Regans sadar dirinya tertawa sendiri

"Wah, lo jahat banget si Gans" ujar Rifal, cowok yang berada disebelah Athan

"Gue permisi" ujar Aletha lalu berlalu meninggalkan ruang yang penuh dengan murid bak bidadari dan bidadara

"Iah, si Aletha baperan amat dah, kita kan lagi becanda" ujar Regans sambil melihat punggung Aletha yang mulai menjauh

"Becanda lo nggak lucu" Athan menepuk pundak Regans dan berlari menyusul Aletha dan disusul oleh seluruh teman kelasnya yang ikut

"Lah si anjir, serba salah gue. Bahkan gue hidup pun juga salah" gumam Regans yang bisa didengar oleh Aludra

"Gans? Lo nggak papa kan?" Aludra berusaha duduk dan dibantu oleh Regans

"Iya, gue nggak papa" jawab Regans sambil tersenyum "Oh iya, lo kok nggak marah? Aletha kan sahabat lo"

"Gue sebenernya marah si, tapi dipikir pikir lagi, lo juga nggak salah, lo nggak tau bakalan kek gini kan? Lo cuma niat becanda, eh Alethanya marah. Gue juga pernah diposisi lo"

"Hah? Emang kek gimana?"

"Dulu saat gue disurabaya, gue ketemu sama cowo, namanya Refan. Gue saat itu cuma mau jadiin dia sahabat gue, dan ternyata kita ketemu Haikal pas dia lagi kesulitan jadi kita bantuin deh"

Regans hanya mendengarkan Aludra, dia duduk dikursi samping kasur Aludra.

"Refan dulu playboy, kaya lo" Aludra terkekeh mengingatnya "Terus, kejadian itu terjadi, diamana gue dengan bodohnya becanda sama dia"

"Emang lo ngapain?" Regans mulai tertarik dengan cerita Aludra

"Dulu, gue main TOD sama Haikal, dan gue pilih Trut, ternyata, tanttangannya tembak Refan" Aludra menghembuskan nafas kasarnya "Gue ngiranya Refan nggak suka sama gue, jadi gue terima aja"

Aludra menggantung ucapannya

"Dan gue...nyatain cinta sama dia, tapi gue nggak bener-bener serius sama ucapan gue" Aludra melihat langit-langit rumah sakit "Gue bilang 'Fan, gue suka sama lo, tapi sayangnya banyak pawangnya' dengan bodohnya Refan percaya dan bilang 'Yaudah, gue bakal mutusin semua pacar gue, asal lo mau jadi pacar gue' gue nggak tau harus ngomong apa, padahal gue cuma becanda, ya gue pikir dia nggak akan baper sama apa yang udah kita laluin, dan gue pikir dia juga, nganggep ucapan gue bercanda, karna kalo sama mereka gue tukang ngelawak, and mereka juga tau semua ucapan gue nggak ada yang bener"

Aludra kembali menghembuskan napas kasar "Gue nggak ngerti, kenapa dia bisa suka sama gue. Dia ngeliat apa gitu dari gue, sampe bisa suka"

"Emm, tapi...lo jadian sama Refan?" tanya Regans dan Aludra menggeleng "Jadi, kalian musuhan?" Aludra kembali menggeleng "Terus? Lo ngapain? Minta Maaf?"

"Gue...ngomong yang sebenernya bahwa itu cuma candaan, untung dia nggak papa. Tapi setelah  kejadian itu dia emang mutusin semua pacarnya dan ngedeketin gue secara trang-trangan bahkan Haikal ikut-ikutan. Mana Haikal itu crush adek gue dan Refan crush temen kelas gue yang terkenal suka ngebully. Jadi ya...gue dibully deh, karna crush nya suka sama gue"

"Anjir! Sumpah lo? Kok gitu si?" Regans dibuat kesal dengan cerita Aludra "Kok masalah sepele bisa jadi besar kek gitu ya? Padahal kan lo tuh lagi becanda"

"Tapi, gue tetep sayang kok sama mereka"

"Sayang sebatas sahabat kan, Dra?"

"Yailah lah, yakali gue mau jadi pelakor" ujar Aludra

"Mereka udah punya pacar?"

"Nggak. Kalo Refan iya, dia punya tunangan" Regans hanya  mengangguk-anggukan kepala mengerti

Tok..tok..tok..

Langit mengetuk pintu, dia baru saja keluar entah sedang apa. Tapi dia tidak sendiri, dia bersama....

"Kakek?!" Aludra melebarkan matanya, dia sangat bahagia melihat Kakeknya berada didepan mata "Ahh, Kakek kok nggak bilang mau kesini? Jadi Aludra nggak ada persiapan kan"

"Kan kejutan" jawab Kakek Fazar, Kakek Aludra dan Langit.

"Mau peluk" Aludra merentangkan kedua tangannya

"Tapi lukanya belum sembuh loh, Dra. Emang nggak akan perih?" peringat Langit

"Yahh, tapi kangen..." lirihnya. Seketika binar dimata Aludra kembali "Kek, diluar ada ponakan Aludra nggak?"

"Tadi Kakek lihat si, ada tante Maiza, ya pasti ada Keysa"

"Aludra..., ponakan tante..." seseorang menyapa Aludra kegirangan, lalu masuk diikuti oleh anak kecil yang menggemaskan

"Tante...." Aludra merentangkan tangannya, tapi sayangnya Aludra tidak mendapatkan pelukan dari tantenya "Loh, kok nggak peluk Ludra, Tan?"

"Ih, kamu tuh ya Dra, baru diperingatin sama Abang kamu" Maiza, tante Aludra yang berumur sekitar 35 tahun itu memberitahu alasan mengapa dia tidak memeluk ponakannya

"Oh iya, Ludra lupa, hehe" Aludra cengengesan, sebenarnya luka ditubuh Aludra tidak sebanding dengan apa yang dilakukan keluarganya, tapi dia harus berekting agar semuanya percaya bahwa ia kesakitran

"Sayang? Kamu nggak papa kan, Nak?" seseorang berjalan mendekati Aludra dan duduk disamping kasur Aludra, Leo datang dengan seribu air mata buayanya.

* * *

Hello, selamat malam untuk kalian, jangan gadang ya? Nanti mati, kalo kalian mati siapa yang bakal baca cerita aku. Hehe, bercanda kok, tapi tetep jaga kesehatan ya, semoga kalian suka sama cerita aku🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SIONALUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang