5

542 15 0
                                    

Hari ini genap sudah 1 bulan lamanya Ghanza bekerja di Choi Company, selama ini pekerjaannya masih normal normal saja sebagai sekretaris dari CEO perusahaan tersebut. Ghanza juga tidak merasakan tanda-tanda bahwa Elios menyukainya seperti apa yang di katakan oleh Ahn, apa ia yang salah mengerti ya mungkin maksud Ahn adalah menyukai dalam artian kinerjanya bukan hal lain. Ghanza tengah menikmati masa liburnya hari ini, dengan senyuman yang terulas di bibirnya pemuda manis itu tengah menyiram tanaman tanaman yang di tanam oleh tangannya sendiri.

"Strawberry ku sudah berbunga sebentar lagi pasti akan berbuah seperti punya bibi kim, pohon jeruk ini juga kecil kecil sudah berbuah saja, bunga mawar ini hmm sepertinya aku lupa membeli bibit mawar warna apa tapi kenapa dirimu tidak mau tumbuh maw-"

"Ghanza!! Cepatlah masuk kau tidak lihat matahari begitu menyengat dia bisa saja membakar kulitmu yang hanya memakai baju tipis dan celana pendekmu yang hanya sampai setengah pahamu itu"

Celotehan Ghanza terhenti kala mendengar teriakkan eomma nya dari dalam, eomma tidak membuka cafe hari ini karena dirinya kelelahan jadi dia memutuskan untuk meliburkan cafe hari ini dan berdiam diri di rumah bersama Ghanza.

"Sebentar lagi eomma, aku belum menyiram bungaku yang lainnya"

Ghanza melanjutkan menyiram bunga bunga yang dirinya tanam, Ghanza tersenyum membayangkan sesuatu

"Kalau nanti aku sudah menikah lalu punya rumah aku ingin membuat taman yang dipenuhi oleh bunga, lalu di tengah taman itu terdapat meja dan kursi untuk bersantai. Menikmati teh di pagi dan sore hari dengan udara segar yang harum" Senyum nya semangkin mengembang kala langkahnya sudah berhenti di depan pohon jeruk milik orang tuanya yang sudah berpuluh puluh tahun tumbuh dengan baik.

"Sepertinya jeruk di siang hari enak dan se-"

"YAK JANGAN COBA COBA MEMANJAT POHON ITU!!"

Lagi lagi teriakan eomma nya menghentikan aksi Ghanza, menghela napas pelan Ghanza kembali ke arah tanaman miliknya dan menyirami mereka lebih banyak air hingga suara appa yang kini terdengar memanggil namanya.

"Aku ada di belakang appa!!"

Ghanza segera mematikan kran air dan membereskan selang yang telah di gunakan untuk menyiram tadi. Ghanza tersenyum kala netra nya menemukan appa nya tengah berjalan ke arahnya.

"Apa dirimu sibuk? Appa mengganggu kegiatanmu?"

"Tidak appa, aku sudah selesai apa yang appa butuhkan?"

"Tolong buatkan dua cangkir kopi dan sedikit cookies untuk klien appa yang berkunjung kemari. Dia tidak terlalu suka manis seperti appa"

Ghanza tersenyum lalu mengangguk dan memasuki dapur yang memang menjadi penghubung ke halaman belakang. Ghanza mulai membuat kopi dan menyiapkan cookies serta beberapa camilan lainnya, membawanya menuju ruang tamu di mana appa nya berada.

"Dia putraku"

"Silakan di nik- Oh! Tuan Elios"

Setelah Ghanza meletakkan kopi dan camilannya Ghanza menunduk ke arah Elios yang ternyata klien dari appa nya tersebut. Sementara Elios memandang Ghanza dari atas ke bawah lalu sebaliknya, Elios tidak menyangka jika di rumah Ghanza akan memakai pakaian yang cukup minim seperti ini, Elios berdehem lalu menatap Ghanza membalas senyuman pemuda manis itu. Tak lama eomma datang dari arah kamar lalu berdiri tepat di samping Ghanza seraya memeluk lengan Ghanza dengan erat.

"Kau lihat wajahnya baik baik Ghanza, dia adalah Choi Minho atau Elios Choi, dia adalah putra dari seseorang yang hampir melenyapkan nyawa appamu Ghanza. Eomma mohon kepadamu untuk tidak mendekati pria ini seujung kuku pun"

MAFIA or CEO ❔ {END✔️}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang