Elios mematikan sambungan telfonnya dengan Luke yang mengatakan kalau gudang senjata mereka yang ada di tengah hutan mengalami kebakaran namun untungnya sebelum api menyambar seluruh penjuru gudang Luke dan yang lainnya berhasil memadamkannya. Elios berbalik matanya memindai sekitar kedai yang terlihat sepi, pandangannya terhenti saat melihat boneka yang sama dengan yang Ghanza ambil tergeletak di trotoar, Elios menghampirinya lalu mengambilnya, Elios juga mengambil ponsel dan sebuah jam tangan. Elios menilik nilik ponsel tersebut saat dirinya menyalakan layarnya matanya langsung membola terkejut dan berlari dengan kencang memasuki kedai matanya menelusuri kursi yang tadi dipakai olehnya, kosong tidak ada siapapun. Ghanza berjalan dengan cepat ke arah kasir
"Dimana Ghanza?"
"Maaf tuan, nyonya sudah keluar menyusul anda sejak sepuluh menit yang lalu"
"Astaga, cek cctv cepat!"
Elios menatap pada monitor cctv kedai tersebut, dirinya melihat Ghanza yang di tarik dan di bawa oleh sebuah mobil. Elios mengamati mobil tersebut, nomor polisinya samar tidak terlihat dengan jelas namun terdapat huruf E pada kaca belakang mobil itu.
"Evan!" Desis Elios pelan, Elios segera berlari menuju mobilnya berharap akan bisa menyusul mobil tersebut namun harapannya pupus saat melihat jalanan yang tiba tiba padat. Elios menghela nafasnya gusar, Ghanza baru sembuh saat ini dirinya takut kalau Ghanza akan mengalami trauma kembali, Elios memukul stir mobilnya dengan kencang lalu menunduk dalam.
"Hiks tuhan kenapa kau persulit jalanku dengan Ghanza hiks"
Elios menangis di dalam mobilnya seorang diri karena cinta nya telah pergi di bawa oleh seseorang yang dirinya benci. Elios mengusap air matanya lalu melajukan mobilnya menuju tengah hutan dimana tempat gudang senjatanya berada, Elios akan melihatnya terlebih dahulu lalau setelah itu ia akan mencari Ghanza ke seluruh tempat yang biasa Evan kunjungi termasuk kediaman Cho. Elios menyesal kenapa dirinya harus pergi meninggalkan Ghanza hanya untuk menerima telfon dari Luke, Elios rasanya ingin kembali menangis saat ini namun dirinya harus fokus ke jalanan yang ada di depannya. Elios memijit pelipisnya pelan, apa yang harus di katakan olehnya pada kedua orang tua Ghanza nanti. Elios kembali memukul stirnya hatinya bergemuruh membayangkan nasib Ghanza saat ini, Elios hanya berdoa semoga Ghanza baik baik saja.
⊰
Evan sudah kembali ke tengah kota, saat ini dirinya sedang berada di supermarket membeli beberapa camilan untuk Ghanza, seingatnya Ghanza suka makanan yang manis dan gurih. Jangan lupakan ice cream yang menjadi camilan wajib untuknya, Evan akan mengirimkan semua makanan itu untuk Ghanza berikut dengan kulkas yang sudah Evan beli. Evan sempat berpikir mana ada penculik yang memberikan fasilitas se mewah ini, seharusnya dia menyekap Ghanza dan menyiksanya dengan hanya memberikan selembar roti serta satu botol air sehari sekali namun dirinya tidak tega karena bagaimanapun Ghanza pernah menjadi bahagianya dulu. Evan juga mengambil beberapa buah buahan yang menjadi kesukaan Ghanza, Evan masih mengingat semuanya. Evan lalu mendorong troli tersebut membayar semuanya lalu memasukkan kedalam mobil yang akan membawanya pada Ghanza
"Masukkan semua ice cream itu kedalam cooler box, jangan lupa langsung rapikan saat tiba di sana"
"Baik tuan"
"Turuti apapun yang dia inginkan, selama bisa dan ada maka usahakan lah. Aku akan pergi ke markas untuk melihat apakah mereka berhasil membakar nya atau tidak"
"Baik tuan, saya permisi"
Evan mengangguk lalu kembali masuk ke dalam mobilnya, melajukan mobilnya membelah jalanan menuju ke markas Cho. Evan tersenyum miring membayangkan betapa hancurnya Elios saat ini, Evan juga sudah bersiap jika dirinya akan mendapat serangan dari Elios.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA or CEO ❔ {END✔️}
AcakBercerita tentang seorang pemuda yang memiliki cita-cita bekerja di sebuah perusahaan terbesar di kota Seoul dengan label Choi Company. Pada awalnya Ghanza bekerja seperti biasa menjadi seorang sekretaris namun lama kelamaan dirinya menjadi merangka...