Dua

41 1 0
                                    

"Semoga tuhan menghendaki untuk kita selalu bersama serta bahagia."
Arsen Bumi Bagas Permana

.....

Dikantornya Bumi sedang berkutat dengan beberapa dokumen yang menumpuk dimejanya. Lelah tentu saja. Namun ini sudah menjadi bagian hidupnya. Orang taunya serta nenek kakeknya sudah mengamanahkan semua ini padanya. Bumi tidak keberatan dengan pekerjaan ini.

Padahal Bumi hanya tinggal menandatangani dokumen dokumen itu. Tapi bukan Bumi namanya kalau tidak memeriksa ulang dokumen dokumen itu. Bukan tidak percaya atas kinerja pegawainya namun Bhmi hanya berjaga jaga saja. Kesalahan kecil bisa menjadi sangat fatal. Bumi hanya meminalisir kesalahan atau pekerjaan yang kurang baik.

Drttttt. Drrrrrttttttt.

Ponsel Bumi bergetar. Tertera kontak dengan nama my wife terpampang dilayar itu. Bumi mengernyit namun tak urung mengambil ponselnya dan mengangkat video call dari istrinya itu.

"Mas... kamu sibuk gak? Kok pesan aku gak di bales? Bekalnya kamu makan, kan? Mas bolunya udah jadi... tadaaaaaa....." rentetan pertanyaan Luka layanglan. Dari layar persegi itu, Luka tersenyum lebar dengan tangan yang memegang bolu yang masih berada diatas loyang. Bolu berukuran sedang. Terlihat enak.

Rasa lelah Bumi seketika membeludak berterbangan hilang entah kemana digantikan dengan rasa hangat hingga bibirnya dengan sendirinya tertarik keatas. "Maaf sayang, mas tadi sesudah meeting tidak membuka hape. Sampai sekarang lagi periksa beberapa dokumen. Maaf, ya?"

Raut wajah Luka berubah menjadi cemberut lebih tepatnya tidak enak hati, "Aku ganggu kamu ya, mas?"

"Nggak, sayang. Sama sekali gak ganggu. "

"Tapi kamu lagi kerja, mas. Aduh, maaf ya, mas! Janji gak diulang."

Bumibterkekeh, istrinya itu lucu. Pipi bulat dengan mata berbinar. Kalau saja dekat sudah Bumi gigit gigit pipi bulat itu. "Gak ganggu kok sayang. Mas malah seneng kamu video call. Rasa lelah mas tiba tiba hilang karena kamu. Obat mas yang satu ini emang manjur! Jadi pengen mas cium cium!"

Disana terlihat Luka yang menunduk malu malu dengan pipi yang sudah memerah. Bumi tergelak, "itu dipipinya kapan dipakein pewarna? Kok jadi merah gitu....?"

"Ihhhhh... mas!!" Luka menghentakkan kakinya merengek, menutipi wajahnya. Rama semakin terpingkal tertawa. "Aku tutup teleponnya! Mas nyebelinnnnn!!"

Tut!

Layar yang tadinya menampilkan Luka yang sedang malu malu kini menjadi menghitam. Bumi menggeleng terkekeh. Merasa terhibur akan istrinya. Dan, cinta Bumi untuk istrinya bertambah disetiap detiknya.

"Semoga tuhan menghendaki untuk kita selalu bersama serta bahagia."

....

Dirumah, Luka sedang berhadapan dengan cermin yang memantulkan gambar dirinya. Luka menyentuh kedua pipinya yang panas dan memerah. Akibat tersipu oleh perilaku suaminya. Luka berdecak. Jantungnya kembali detaknya tidak bisa terkontrol. Selalu seperti ini jika dirinya berintraksi dengan suaminya itu.

Dan Luka pun sama, cinta untuk suaminya-Arsen Bumi Bagas Permana- bertambah setiap  detiknya.

"Terimakasih karena kamu aku bahagia. Tuhan terimakasih telah mempertemukan aku dengan ia yang kini menjadi suamiku."

Luka menjauhi kaca itu, mengambil handuk yang tergantung di sekop. Hari sudah sore, Luka harus mandi dan wangi untuk menyambut suaminya pulang. Luka ingin terus memberikan yang terbaik untuk suami tercintanya.

.....

Daluka, Daluka Raisa atau yang kerap dipanggil Luka. Istri dari seorang pengusaha muda nan sukses bernama Arsen Bumi Bagas Permana. Luka, gadis desa beruntung yang menjalin kasih hingga menjadi istri dari pengusaha muda yang amat sangat mencintainya.

BUMIDALUKA [Kebahagiaan Dalam Mimpi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang