Enam

8 1 0
                                    

"Padahal, jika dunia memberikan aku pilihan antara aku bahagia tapi tidak bersamamu, juga aku sakit tapi bisa membuatmu bahagia, aku akan memilih opsi kedua tanpa ragu dan tanpa aku pikirkan ulang. Mengapa? Karena tidak akan ada rasa sakit jika aku bersamamu. Pilihan kedua dari dunia tentang rasa sakit itu sia-sia untukku."
A

rsen Bumi Bagas Permana

....

Pada siang hari rasa mual Luka semakin menjadi. Luka mengeluarkan isi perutnya. Bolak balik kamar mandi membuat Bumi semakin khawatir. Bumi mengajak istrinya itu untuk kerumah sakit berobat namun Luka menolak sambil menangis. Bumj dibuat bingung. Mau memaksapun tidak bisa. Luka menangis sesegukan dan berakhir dengan isak tangis. Berakhir, Luka menginginkan eskrim strawberry.

Dan, disinilah keduanya. Di alfamart.

Luka menatap berbinar pada lemari eskrim. Bumi membukakan lemari eskrimnya. Luka mengambil beberapa eskrim strawberry yang diinginkannya. Menyengir lucu kearah Bumi yang memegang keranjang belanjaan.

"Mas... rasa yang lain boleh?" Tanyanya dengan mata mengerjap. Bibirnya maju dan pipinya membuat. Lucu yang tidak dibuat buat.

"Ini sudah banyak. Jangan makan eskrim banyak banyak kamu lagi sakit!" Bumi menggeleng menolak. Tidak, Bumi tidak ingin istrinya itu semakin sakit karena memakanan terlalu banyak eskrim.

Luka cemberut. Berdiri bagai patung didepan lemati eskrim, merajuk. Saat ada anak kecil yang akan mengambil eskrim pun Luka tidak menggeser tubuhnya. Bumi menghela napasnya. Keluar sudah jurus andalan istrinya. Bumi tersenyum tidak enak pada anak kecil itu yang memperhatikan Luka dengan mata bulatnya juga dengan tatapan herannya. Kenapa ada kakak kakak yang sudah besar masih merajuk? Kurang lebih seperti itulah pikiran anak itu.

"Ambil yang kamu mau."

Senyum Luka seketika terbit sangat lebar. Dengan semangat Luka mengambil bermacam macam varian rasa eskrim. Melakukannya seperti anak kecil. "Aaaa... makasih suamiku..." Luka menyimpan eskrim nya pada keranjang belanjaan. Memeluk Bumi dari samping mencium pipi Bumi malu malu.

Dan lagi, apa yang Luka lakukan membuat anak kecil tadi keheranan, lagi. Secepat itu berubah nya?

"Cemilan boleh?" Mintanya lagi.

"Ambil aja."

"Susu boleh?"

"Boleh sayang, ambil aja."

"Coklat?"

"Boleh!"

"Emmmm... ramen?"

"Jangan banyak banyak!"

"Okeyyyyy!"

Luka dengan semangat mengelilingi rak rak. Mengambil apa yang ia mau. Tentunya dengan bertanya terlebih dahulu pada suaminya. Bumi senang saat istrinya senang. Lelaki itu dengan sabar mengikuti kemana langkah istrinya. Membawa bermacam macam belanjaan Luka. Beberpa orang disana melihat kagum pada pasutri itu. Bahkan ada beberapa yang iri dengan interaksi keduanya.

"Sayang bentar ada telepon masuk..." Luka mengangguk. Bumi menyimkan keranjang belanjanya di dekat Luka yang sedang berjongkok memilih cokelat. Bumi mengusap kepala Luka. "Aku angkat teleponnya dulu ya diluar?"

"Hmm.. iya mas, jangan lama!" Mata Luka tidak fokus pada Bumi melainkan pada beberapa coklat yang akan dipilihnya. Entah kenapa rasanya Luka ingin berbelanja jajanan banyak banyak. Dirinya menginginkannya. Tidak tahu, pokoknya beli dulu kalau soal dimakan atau tidak bagaimana nantinya saja.

BUMIDALUKA [Kebahagiaan Dalam Mimpi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang