Sekutu

1.1K 73 1
                                    

Duduk termenung seorang diri di balkon kamar. Keana yang mendapat titah agar tak pergi hanya bisa diam, memandangi angkasa dengan tatapan jemu. Menghela nafas, ponsel yang tergeletak di atas meja pun di pungut.

"Enaknya siapa dulu ya?"

Berpikir sesaat, dan dalam hitungan tiga, jarinya mengambil langkah. Bukan teman, apa lagi kerabat. Keana menghubungi Samuel, Kepala Sekolah Universe High School. Namun dering pertama terlewat setelah beberapa detik mengalun. Mendesis kesal. Keana kembali menghubungi, dan kali ini pun terlepas begitu saja.

"Nih Om Om maunya apa sih?!"

Enggan untuk menyerah, Keana menghubungi kembali rentetan angka pada layar. Tak ada sambutan di detik awal, namun menjelang akhir tanya seorang pria terdengar.

"Pagi Pak Samuel." Keana menyapa dengan senyum tersungging.

"Pa... gi? Ini siapa ya?"

"Saya Keana Madeline, putri dari Arlo Maximilian dan Kanaya Madeline, terus Adik dari Raven Maximilian sama Sebastian Maximilian, Pak." Tutur Keana, dadanya membusung bangga.

Gemuruh samar terdengar, dari Samuel yang tadinya sibuk memainkan keyboard laptop.

"Keana Madeline?!" Samuel memekik, memastikan telinga tuanya masih bekerja.

"Iya, Pak."

Membisu panjang. Samuel yang tak kunjung bicara membuat ujung alis Keana menukik. Khawatir terjadi sesuatu, Keana memutuskan bicara lebih dulu.

"Pak?"

Suara lembut itu menyadarkan Samuel, yang dengan cepat memasang senyum formalitas, sekalipun sadar Keana tak mampu menyaksikan.

"Maaf ya Keana, tadi Bapak lagi kerja, jadi nggak sempat angkat telepon kamu."

Ikut tersenyum. "Ada juga saya yang minta maaf, Pak."

Di seberang sana ujung bibir Samuel berkedut. Cukup terkejut dengan suara Keana yang tak mencerminkan sosoknya. Bukannya berspekulasi, namun suara lembut Keana tak pernah berakhir baik baginya.

Samuel berdeham, menyadarkan dari keterkejutannya. "Jadi... apa yang bisa Bapak bantu, Keana?"

Senang Samuel membaca maksud hatinya. Keana yang tak berniat menyembunyikan keinginannya lekas berucap, tepat setelah punggungnya menyentuh sandaran kursi.

"Saya butuh informasi soal siswa bernama Virgo Gideon, Pak."

"Virgo?"

Berdeham seraya mengangguk. "Saya mau tau hari ini Bang Virgo masuk sekolah atau nggak. Sekian sama alamat dan kontak yang sekiranya bisa saya hubungi."

Tertawa kaku seraya menggosok tengkuknya yang mendadak pegal, Samuel menjauhkan diri dari laptop selagi membalas. "Aduh, Bapak minta maaf Keana. Walaupun Bapak adalah Kepala Sekolah, tapi Bapak nggak punya wewenang untuk membocorkan..."

"Kayanya kasus perundungan di UHS makin parah ya Pak?"

Membelalak dengan nafas tercekat. "Y... ya?"

Tersenyum senang, Keana terpejam di saat mulutnya berbicara. Kedua kaki yang menjuntai ke lantai ia gerakkan, dan salah satunya bertumpu pada kaki lain.

"Walaupun saya nggak punya kekuasaan, tapi bukan berarti saya nggak bisa membongkar satu persatu kasus di UHS loh Pak."

"Ta... tpapi Keana..."

"Kira-kira gimana nasib UHS... Eh, nggak, nggak."

Manik selembut madu itu terlihat, saat sudut bibir Keana tertarik kian tinggi. Takut ada yang melihat bahagianya, Keana membungkus senyumnya di antara jarinya yang meregang.

LAST CHANCE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang