Blue?

107 12 0
                                    

Tatapan yang sendu. Semasa menetap di sini dia hanya menerima kebencian. Aku ingin di situ menemani saat runtuh tangismu. Namun semakin gadis itu tersenyum, aku luruh. Sangat ku sesali, Ge.

Teduh sekali, jika aku mengingat kembali kikuk dan polos sikapnya.

"Bagaimana rasanya tinggal di kota?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bagaimana rasanya tinggal di kota?"

"... tidak terlalu"

Gadis berambut sebahu itu gugup diantara senar yang bergetar atau bahkan digempuran drum.

Lagi, pikir gadis yang ada disebelahnya. Dia mengeluarkan note kecil, merunduk menulis sesuatu.

Jika hari ini aku menyungkurkan tubuh ini, merebahkan di atas kasur yang empuk.. Itu artinya aku tidak memikirkan dia lagi

Itu kalimat yang menjadi penutup dari buku yang pernah Gea buat. Untuk saat ini dia berahlih wahana kepada kertas sticky note.

Di lingkungan yang baru beberapa bulan dia singgahi, dan jauh dari tempatnya yang dulu. Gea dikenal sebagai anak yang tidak stylish atau bahkan gaptek.

Duduk dan menonton anak-anak band sekolah dari kejauhan.

"Gimana? Inspirasinya dapat?" Luna memiringkan kepala, menggoda Gea.

Gea tidak menjawab, baginya kepala ini terlalu ruwet untuk dikeluarkan lewat ucapan.

"Mau ikut aku sepulang sekolah?"

Ajakan itu diklaim dengan anggukan oleh Gea. Berjumpa orang dikeramaian? Apa mungkin?

✧⁠

✧⁠

✧⁠

Segera dua pasang langkah itu kalang kabut, mendengar jam pelajaran yang berganti. Bisa-bisa mereka dikeluarkan, apalagi mereka newbie di sekolah.

Di lorong yang sempit, tidak terhindar dari kecelakaan kecil. Tepat di koridor itu, tubuh seseorang menabrak Gea. Nyaris saja terjatuh, Gea menatap genggaman tangan yang sangat erat, mampu menahan tubuhnya.

Itu Jay, Gea mengenalnya walau mereka tidak satu kelas. Gea langsung tersadar, ternyata dirinya sudah tertinggal jauh dari Luna.

Siswa itu menatap lekat, tangan Gea yang sedang digenggamnya. Gea memandang jelas raut itu selama beberapa detik.

"Permisi.." ucapnya melepas genggaman Jay. Gea lanjut berlari menuju kelasnya, begitu juga dengan Jay kembali kepada tujuannya.

Pintu kelas sudah di depan mata, Gea memantapkan langkah menghiraukan isi pikirannya sendiri.

"Sadar Gea.. Hidup tidak seperti di film-film" tepisnya sendiri.

Di depan teman-teman sekelasnya, Gea berhasil dihadang guru, yang juga badan kesiswaan. Mau beralasan bagaimana lagi? Gea bukan anak ekskul atau OSIS. Dispen? Of course not.

Mr. P.S. | Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang