Es Buah

515 74 27
                                    

Jika ada pengetikan, tanda baca, atau penempatan kata yang salah/kurang tepat mohon dikoreksi. Kritik dan saran dipersilahkan.

Enjoy!









"gue mau jualan takjil bulan ramadhan ini, lumayan buat bayar kontrakan nanti."

Jennie dan Irene saling pandang, lalu kompak menatap Rosie yang mengutarakan isi hatinya itu.

"Lo yakin? Gak capek apa? Ya, secara kita tetap masuk kelas pas bulan ramadhan," tanya Irene. Rosie mengulas senyum tipis, ia menggeleng.

"Engga, Rene. Gue yakin sanggup kok. Lagian gue gak puasa juga, gak capek lah."

"Emangnya uang lo kurang berapa? Gue tambahin aja ya? Nanti gampang lah bayarnya, gak usah jualan jualan, capek tau," timpal Jennie.

Rosie menghela nafas nya, menatap kedua sahabatnya itu maklum. Keadaannya jauh berbeda dari kedua orang ini. Jelas keduanya tidak pernah merasakan titik dimana mereka harus berusaha untuk diri sendiri.

Irene adalah putri dari seorang perwira tinggi sementara ibunya seorang dokter. Jelaslah keluarganya begitu berada dan terhormat.

Dan Jennie, kedua orang tuanya adalah pengusaha terpandang di negeri ini. Jennie sendiri pun adalah seorang selebgram dengan pengikut mencapai hampir satu juta, dia sangat populer dikalangan anak muda.

Semetara dirinya, hanyalah mahasiswa beasiswa yang berasal dari kota kecil. Kedua orang tuanya hanya pedagang sayur di pasar.

Sampai saat ini Rosie kadang masih tidak percaya jika kedua orang ini adalah sahabatnya selama kuliah. Awalnya dia hanya berteman dengan Irene karena mereka satu kelas, lalu Irene mengenalkan Jennie padanya dan sampai saat ini mereka berteman baik.

"Guys, makasih banget udah perhatian sama gue. Tapi tekad gue udah bulat mau jualan takjil, tapi belum tau apa yang mau dijual. Rencananya sih yang budget nya kecil aja terus gak ribet," kata Rosie

"Kalo gitu jualan es aja. Es sirop, es jeli, es cincau, gitu gitu lah. Kayaknya budgetnya kecil deh," saran Irene.

Rosie berpikir, ia mulai mencatat bahan bahan untuk membuat aneka es seperti yang disebutkan Irene dan menghitung berapa modal yang harus ia siapkan. Irene juga ikut membantu mencarikan harga bahan bahan di market place.

Sementara Jennie? Gadis itu sedang tiarap dengan pandangan fokus pada layar ponsel, entah apa yang ia perhatikan disana.

"Eh, eh, anjir. Crush gue bikin SG coy!" Jennie yang diam tiba tiba heboh sendiri. Irene dan Rosie saling pandang, lalu ide jahil terlintas di kepala Irene.

"Baca bismillah dulu Jen, siapa tau dia ngapload pacarnya," kata Irene sambil terkekeh. Jennie dengan kesal mendorong tubuh Irene hingga gadis cantik itu terhuyung.

"Diem ya lo! Jangan bikin gue overthinking deh. Gue disuruh baca basmalah, ngaco." Jennie bergumam kesal. Ia menegakkan tubuhnya, menghembuskan napas keras, ia harus menyiapkan mentalnya untuk sekedar melihat story crush nya. Ia membuka story itu sambil memejamkan matanya, Rosie dan Irene kompak menertawakan Jennie.

Merasa sudah membuka story crush nya, Jennie malah menjauhkan ponselnya dan memberikannya pada Rosie "Duh, Ocie, tolong dong aduh aduh spoiler dia story apaan anjir, gue gamau liat." Jennie berteriak histeris.

Rosie dan Irene membaca isi story itu, sekuat mungkin menahan tawa mereka. "aduh, parah sih Jen." Rosie membuka suaranya menakuti Jennie.

Jennie seketika merengek, "ihhh, apa? Takut banget tolong." Jennie bergerak gelisah.

Rosie tertawa puas berhasil mengerjai Jennie. "Engga, gue bercanda doang. Aman kok, dia cuman ngeluh sesuatu. Liat deh," katanya.

"Dia ngeluh kenapa pacarnya gak bales chat, Jen." Irene menyahut. Jennie mendengus, mana mungkin crush nya mengeluh hal seperti itu di instastory? Berbekal kepercayaan nya pada Rosie Jennie memberanikan diri melihat sendiri apa isi story crush nya.

Tentang Kita [JenLisa Fanfiction] One Shoot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang