Es buah 2

439 76 19
                                    

Jika ada pengetikan, tanda baca, atau penempatan kata yang salah/kurang tepat mohon dikoreksi. Kritik dan saran dipersilahkan.

Enjoy!











Dengan langkah ringan, Jennie berjalan menuju stan jualan mereka diikuti satu pria berotot bersetelan hitam yang membawa beberapa barang keperluan jualan nona mudanya.

"Temen lo doang yang jualan bawa bodyguard, liat tuh, pedagang lain pada liatin," kata Irene pada Rosé sambil mengaduk satu toples besar es serut melon.

Rosé yang juga sedang mencampurkan bahan bahan untuk es cincau terkekeh. "Lo gamau juga bawa satu ajudan ayah lo, Rene?" Candanya.

Irene berdecak, "bokap gue gak kayak bokap nya Jennie anjir. Gak bisa sembarangan bawa ajudan dia, bisa bisa dihukum lari halaman seratus putaran kayak abang gue," katanya.

Jennie menyapa kedua sahabatnya begitu riang, ia menyuruh bodyguard nya mengeluarkan barang barang dan membantunya menata semua itu di meja.

"Jen, lo dimana deh beli nih sirop? Kek gak pernah liat di indo," tanya Irene mengambil satu botol sirop asing yang ditata bodyguard Jennie.

"Itu impor dari Prancis, kemarin jastip sama sepupu gue." Irene mengangguk angguk, dirinya pun baru sadar jika tulisan di botol sirop itu berbahasa Prancis.

"Pak Tian langsung pulang aja, jangan tungguin aku. Aku pulang numpang Irene," kata Jennie sesaat pria berbadan besar itu selesai dengan pekerjaannya.

"Iya, nona. Saya izin pamit," balas si bodyguard.

"Eh eh, bentar dulu pak Tian! Rosie, tolong buatin es coklat, dua ya? Buat pak Tian." Rosie mengangguk. Ia lekas membuatkan pesanan Jennie itu.

"Gak usah nona."

"Kata papa, pak Tian harus nurutin apapun keinginan aku, kan? Yaudah, ini aku pengen ngasih bapak, kan bapak puasa." Si bodyguard hanya menghela napasnya pasrah. Ia setia menunggu Rosie yang sedang membuatkan pesanan nona mudanya.

"Ini pak. Selamat menikmati, ya," kata Rosie.

"Iya, makasih. Makasih nona Jennie."

"Es coklat satunya buat anak pak Tian, ya! Aman kok buat anak anak, gak pakai pemanis buatan, kan, Rosie?" Rosie mengangguk mengacungkan jempolnya. Tian, pria berumur empat puluh itu tersenyum haru, mengucapkan terima kasih berkali kali pada Jennie sampai si nona muda jengkel dibuatnya.

"Udah ah, pak Tian mah lebay! Sana cepat pulang, aku mau jualan nih!"

Pria berbadan besar itu terkekeh, melambaikan tangan pada ketiga gadis itu lalu pergi sesuai perintah sang nona muda.

"Oke guys, semangat hari ini!" Ketiganya melakukan hive five sebelum membuka stan mereka.

Sama seperti kemarin, stan ketiganya langsung ramai dikunjungi pelanggan hingga mendekati waktu berbuka puasa, orang orang di pasar Ramadhan sudah tak sepadat tadi. Ketiganya pun beristirahat sekedar duduk di kursi lipat.

Jennie merengek pada Rosie karena sang target kali ini tidak membeli es buahnya. Jennie juga tidak tau apakah Lisa pujaan hatinya itu memang pergi ke pasar Ramadhan hari ini atau tidak karena ia tidak memperhatikan sekitar lagi disebabkan  pelanggan pelanggan yang membludak hari ini. Ditambah Galih tadi datang berusaha mencari perhatiannya, membuat Jennie jengkel.

"Kok dia gak dateng, ya, Rosie? Padahal aku sengaja sisihin buat dia ..." Jennie berkata sendu pada Rosie.

"Rosie, jangan jangan dia jera beli es buah ku? Rosie..." Rosie membawa Jennie ke pelukannya, mengusap usap punggung Jennie.

Tentang Kita [JenLisa Fanfiction] One Shoot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang