Siuman

97 10 0
                                        

Maaf jika ada persamaan dalam, karakter, tokoh, alur, dll. Karena cerita ini murni bikinan saya sendiri dan murni imajinasi saya.

Wajib follow author dulu sebelum membaca, ya! storyzaaa

Selamat membaca semua!!!





Seminggu berlalu, namun Arfan masih belum menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Meski begitu, kondisinya sedikit membaik sehingga ia dipindahkan dari ruangan NICU ke kamar perawatan biasa.

Di dalam kamar, Umi Arumi duduk di samping kiri ranjang putranya. Ia menggenggam tangan Arfan dengan lembut, lalu mencium punggung tangannya sambil berusaha menahan tangis. Dengan penuh kasih sayang, ia mengelus rambut putranya, seakan mencoba membangunkannya dari tidur panjangnya.

"Sayang... Ini umi, Nak. Umi di sini, menunggumu membuka mata," bisiknya pelan, suaranya bergetar oleh harapan yang besar. Ia semakin mengeratkan genggamannya, berharap Arfan dapat merasakan kehadirannya.

Di sisi kanan ranjang, Kyai Hassan duduk sambil memegang kitab kecil. Ia terus berdoa tanpa henti, mengharap mukjizat dari Allah untuk kesembuhan putranya. Sesekali, ia menatap wajah lemah Arfan dengan pandangan yang sarat cinta dan kerinduan.

"Arfan," panggil Kyai Hassan lembut, "kamu tahu, Nak, ini tidak sopan. Bagaimana tidak sopan? Kamu tidur nyenyak di sini, sementara abi dan umi setia menunggumu bangun. Tidak kasihan kepada kami, Nak?"

Umi Arumi tersenyum kecil mendengar ucapan suaminya. "Benar apa yang dikatakan abimu, sayang. Ayo, buka matamu, Nak. Umi dan Abi selalu di sini. Kami tidak akan pergi sebelum kamu bangun," tambahnya dengan suara penuh harap.

Di sudut ruangan, Adiba duduk bersama Adnan dan Akira. Ketiganya menunggu dengan sabar untuk bergantian masuk ke samping Arfan. Rasa cemas dan harapan terus bercampur dalam hati mereka.

"Abi dan Umi hebat, ya," bisik Adiba pelan pada Adnan. "Mereka tidak pernah menyerah menunggu Arfan sadar."

"Iya, mereka kuat sekali. Tapi kita juga harus tetap mendoakan dan memberi semangat," jawab Adnan sambil meremas lembut tangan Akira yang duduk di sebelahnya.

"Semoga Arfan segera bangun, ya. Kita semua merindukan senyum dan candaannya," Akira berbisik, matanya berkaca-kaca.

Mereka bertiga terus menatap Arfan dari kejauhan, berharap momen Arfan membuka mata segera tiba, memberikan kebahagiaan yang telah lama dinantikan oleh keluarga mereka.

Adiba mengingatkan pertemuannya dengan Zafirah, perempuan yang menolong Arfan saat kecelakaan. Ia tersenyum kecil sambil menceritakan pengalaman tersebut kepada Adnan.

"Kak, kemarin teman-teman kak Arfan datang menjenguk. Ada satu perempuan, Kak, yang ternyata menolong kak Arfan waktu kecelakaan," ucap Adiba dengan semangat.

"Terus, kamu bilang terima kasih, kan?" tanya Adnan memastikan.

"Iya, Kak. Adiba juga sempat kenalan. Namanya Zafirah az-Zainah, dipanggil Fira. Orangnya baik banget!" jawab Adiba.

*Flashback on

Hari itu, teman-teman Arfan datang menjenguk ke rumah sakit. Mereka masuk dengan membawa wajah khawatir sekaligus harapan untuk kesembuhan sahabat mereka.

"Assalamualaikum," sapa Wildan dan Arya, dua sahabat dekat Arfan, diikuti teman-teman lainnya. Mereka mencium tangan Umi Arumi dan Kyai Hassan sebagai tanda hormat.

My sweet heart [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang