HAI!
Ketemuu lagi sama aku!
Ini novel sepi banget dah kayak kuburan aja. Tapi, gak papa. Cuman tolong dong yang udah baca novel ini harap mempromosikannya kepada teman-teman.
Sebenarnya aku gak minta view nya banyak, cuman, karena memang ada target buat nerbitin novel jadi aku pengen viewnya banyak gitu.
OKE SELAMAT MEMBACA AJA!
WARNING❗❗JANGAN MENJADI PEMBACA HANTU YANG HANYA INGIN MEMBACA TANPA MEMBERI DUKUNGAN.
SIAP RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR ❓👇
"Hari ini tidak perlu
berfikir mengenai cinta. Terlalu naif rasanya jika kita terburu-buru untuk mengurus soal cinta tersebut. Hanya perlu memikirkan cita, tidak lebih."-Sheara Salsania
....
Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring, seolah sedang menginterupsi kepada seluruh siswa dan siswi bahwa kegiatan belajar mengajar telah habis waktunya.
Sorak-sorakan penuh dengan kegembiraan muncul dari setiap kelas, memang waktu pulang selalu menjadi waktu yang dinanti-nanti oleh para murid.
"Akhirnya pulang juga," ucap Fale bernafas lega. Akhirnya dia tidak harus membuat otaknya pusing karena memikirkan soal matematika yang menjadi momok menakutkan baginya.
"Tapi, kan masih ada PR matematika. Sama aja dong, di rumah kan jadi ngerjain PR matematika, tetap aja gak bisa santai."
Perkataan Shea membuat Fale yang awalnya memasang wajah gembira menjadi berubah seratus derajat. Gadis itu menunduk dengan ekspresi wajah lesu.
Peka dengan perubahan ekspresi temannya, Shea seketika tertawa kecil.
"Gak usah ditekuk gitu wajahnya. Tambah jelek tau gak? Gini aja deh, gimana kalau kita bagi tugasnya?," saran Shea.
"Bagi tugas? Maksudnya gimana?," tanya Fale. Dia tidak lagi memasang wajah lesu, ekspresinya berubah penuh dengan rasa penasaran.
"Jadi gini, kan tugas matematika totalnya ada 20 nomor. Kalau kita ngerjainnya sendiri-sendiri makin lama kita bergulat dengan tuh tugas. Tapi, kalau ngerjain bareng kan jadi cepat selesai. Jadi-"
"Jadi nanti, gue yang ngerjain nomor 1-10 terus lo yang nomor 11-20, atau gak sebaliknya, gitu?," tebak Fale memotong penjelasan panjang lebar dari Shea.
Shea mengangguk, "nah itu pinter. Jadi, gimana? Mau gak?."
Fale terdiam sejenak, dia sedang menimbang baik dan buruknya ide yang Shea katakan. Sedetik kemudian Fale tersenyum sumringah menanggapi pertanyaan Shea.
"YA YA! GUE SETUJU!," putus Fale pada akhirnya. "Tapi, gue gak mau ngerjain yang soal nomor 1-10. Soalnya sulit-sulit menurut gue."
Shea mengangguk mengerti. "Yaudah gak papa, gue aja yang ngerjain soal itu."
Fale kembali tersenyum senang. Beginilah enaknya mempunyai teman yang pintar, kita bisa bekerja sama dengan mereka untuk mengerjakan tugas, sehingga tugas menjadi lebih cepat selesai.
Shea tersenyum manis ketika mengetahui Fale menyukai idenya. Gadis dengan ciri khas pita berwarna pink di rambutnya itu kembali fokus kepada kegiatan awalnya, merapikan peralatan tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Happy Ending
Teen Fiction"Lo bercita-cita menjadi apa kelak, Alan?," tanya gadis dengan pita berwarna pink di rambutnya. Dia menoleh ke arah lelaki di sampingnya. Jari telunjuk laki-laki itu mengetuk-ngetuk lantai tempat mereka duduk, sedang berfikir. Lalu, sedetik kemudia...