"Jika sudah begini, aku tidak tahu lagi bagaimana cara menghapus bayang wajahmu dibenakku."
-Muhammad Alan Saputra
...
Shea mengeryit bingung ketika melihat senyuman tipis muncul di bibir Alan. Semakin bingung lagi ketika cowok itu dengan tiba-tiba menyingkirkan rambutnya. Gerakan reflek, namun menurut Shea ada yang berbeda dengan gerakan yang Alan lakukan.Dia memang sudah biasa diperhatikan oleh teman cowoknya, dia bahkan mempunyai cukup banyak teman cowok di lingkungan pertemanan. Jelas sekali dia tahu, mana yang murni perhatian dan bukan.
Dan, anehnya, Shea merasakan bahwa apa yang dilakukan oleh Alan bukanlah murni perhatian dalam tanda kutip sebagai 'teman'. Dari awal mereka sekelas pun, Shea bisa tebak kalau cowok di depannya merasa tertarik dengan dia.
Itulah sebabnya, berulang kali Shea bersikap mengesalkan didepan Alan agar memunculkan sikap ilfeel dalam hari cowok itu. Bukannya menjauh, yang dilakukan Alan tetaplah nekat mendekati Shea.
"Kenapa gitu?," tanya Shea membuyarkan lamunan Alan.
Alan tertawa canggung, menggaruk kepalanya yang tidak gatal upaya menyalurkan saltingnya karena ketahuan Shea.
"Gitu? Emm... Gitu gimana?." Bukannya menjawab pertanyaan dari Shea, cowok itu malah balik bertanya. Gurat merah diwajahnya nampak jelas ketika menatap wajah Shea.
Shea menghela nafas pelan, dia meletakkan peralatan makannya dan bersedekap dada sambil menatap penuh tanya kearah lawan bicara.
"Lo kenapa senyum-senyum? Kesambet jin iprit?"
Alis gadis itu semakin menukik bingung ketika melihat Alan malah tertawa. Bentar, disini emangnya ada yang lucu? Dia saja sudah sangat serius dalam bertanya, kenapa cowok di hadapannya malah tertawa?.
Fiks sih, kasian yang edan. Batin Shea.
"Lo lucu," jawab Alan yang malah semakin membuat Shea bingung. "Muka lo lucu! Lebih lucu dari babi!."
"Anjing lo! Gue cantik gini disamain sama babi! Muka lo noh! Mirip kek monyet!," bentak Shea bersamaan dengan tangannya yang menggebrak meja kantin sehingga mereka sekarang menjadi pusat perhatian.
Tidak ambil pusing dengan semua pasang mata yang tengah melihat kearah mereka, Shea mengambil piring bekas mie gorengnya dan bungkus roti nya. Dia berlalu meninggalkan Alan yang masih setia menatapnya.
"KAN GUE BILANG LEBIH LUCU! BAPERAN BANGET JADI CEWEK! SHEA GAK SERU, GAK ASIK!"
Oke, tarik nafas, buang nafas. Anggap saja Shea sedang latihan kesabaran ketika bersama dengan makhluk dedemit ini. Gadis dengan pita pink di rambutnya lantas berbalik, kembali menghadap Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Happy Ending
Fiksi Remaja"Lo bercita-cita menjadi apa kelak, Alan?," tanya gadis dengan pita berwarna pink di rambutnya. Dia menoleh ke arah lelaki di sampingnya. Jari telunjuk laki-laki itu mengetuk-ngetuk lantai tempat mereka duduk, sedang berfikir. Lalu, sedetik kemudia...