PROLOG

71 3 0
                                    

Hai gaes!
Ketemu lagi sama aku dicerita berbeda kali ini

Tenang! Yang cerita kemarin masih up kok

Masih Author amatir, mungkin kata-katanya juga tidak sebagus author lain.

Sekali lagi aku ingatkan kepada para pembaca sekalian, jangan menjadi pembaca hantu kumohon 🙏😁

Kalau kalian baca, diharapkan untuk memberi votenya yaa!!!. Jangan pelit-pelit, aku aja nulis novel ini dengan penuh kerja keras dan effort yang banyak.

OKE SELAMAT MEMBACA!

SIAP RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR YA! 👇



"Aku memang tidak tahu
definisi mengenai cinta.Yang aku
tahu hanya, ketika bersamanya
aku bisa menjadi diriku sendiri."

-Sheara Salsania

...

Seorang gadis dengan pita berwarna pink andalannya tampak tengah memilih sebuah baju. Mata indahnya melihat satu per satu baju yang dipajang di sebuah pusat perbelanjaan besar di kotanya.

Semuanya bagus, itulah sebabnya dia sangat malas berbelanja. Karena baginya, semua barang sangat bagus dan dia tentunya tidak mau kalap untuk membeli semua barang tersebut.

Setelah sekian lama menimbang pilihannya, akhirnya Shea menjatuhkan pilihannya kepada baju dengan kesan elegan berwarna hitam. Tidak terlalu seksi, namun masih dapat mengalihkan atensi semua mata tertuju kepadanya.

"Sudah selesai milihnya?," tanya seorang perempuan dengan potongan rambut pendek. Faleesha Putri, teman akrab Shea sejak masih duduk di bangku SMA.

Shea mengangguk, dia menunjukkan baju yang dia pilih. Decak kagum muncul dari mulut Fale, memang temannya ini sangat ahli memilih barang bagus dan mahal. Lihat saja merk baju itu, bagi sebagian orang itu sangat mahal untuk barang seukuran baju.

"Gak heran lagi sih gue, dari dulu selera lo emang paling bagus, sal. Elegan dengan campuran kesan mewah, selera metropolitan sekali," ucap Fale.

Tidak tahu harus menanggapi bagaimana, akhirnya yang bisa Shea lakukan hanya tertawa kecil saja. Mereka kemudian menuju ke kasir untuk membayar barang belanjaan.

"Eh, sal. Lo tau gak sih, cowok yang lo suka pas SMA dulu?," tanya Fale mencari topik. Dia teringat kalau ada yang ingin dia sampaikan kepada Shea.

"Iya, dia kenapa?." Shea memperhatikan kerumunan antrian di depannya. Sepertinya antrian ini akan berlangsung lama, apalagi ketika hari natal seperti ini.

"Keliatan banget sih, gak pernah nimbrung grup angkatan. Coba deh, sal. Lihat grup angakatan, lo pasti tahu nanti."

Mendengar perkataan dari Fale membuat rasa penasaran dalam diri Shea menjadi bangkit. Tangannya kemudian mengambil ponselnya dalam saku celana.

Jari-jari Shea bergerak cepat membuka grup angkatan SMA mereka. Banyak sekali pesan, bahkan mencapai ribuan. Shea memang tidak terlalu suka untuk nimbrung grup semacam ini. Menurutnya hal itu hanya membuang waktunya saja.

Biarlah, biarlah mereka yang dulu dekat menjadi asing sekarang. Prinsip yang selalu Shea terapkan dalam hidupnya. Menurut nya, membuka grup angkatan seperti ini malah akan membawa kita traveling ke masa lalu. Masih bagus jika hanya traveling sebentar ke masalalu, lalu kembali menatap masa depan.

Namun, jika tidak, orang-orang malah akan terperangkap ke lubang ingatan dan kenangan masa lalu, yang menurut Shea semua itu malah akan menganggu kehidupan mereka di masa depan.

Jemari Shea berhenti menggulir ketika dia menemukan sebuah foto pria. Ya, pria yang saat SMA bahkan mungkin sampai sekarang masih menjadi penghuni tahta tertinggi di hatinya.

Pria dengan seragam loreng kebanggaannya. Melihat cita-cita pria itu sudah terwujud, membuat Shea senang. Bangga.

Shea amat tahu bagaimana pria tersebut bekerja keras, jadi, otomatis Shea juga turut merasakan perasaan senang ketika melihat pria tersebut telah memakai seragam yang dulu hanya menjadi sebatas impian.

"Hebat, kan? Dia sudah jauh lebih berbeda. Dengan versi terbaik dari dirinya yang sangat jauh dari versi lama nya," ucap Fale.

"Turut bangga, turut senang. Akhirnya bisa melihat dia memakai seragam impiannya, meskipun belum bisa memberi penghormatan seperti janji yang dulu." Shea tersenyum samar.

Kenangan manis, yang bahkan terlalu tega jika harus melupakannya. Sebenarnya ingin sekali Shea menemui pria itu lagi, dan menepati janji yang dulu sempat ia ucapkan.

Namun, perjalanan Shea masih panjang. Dia yang sekarang hanyalah seorang mahasiswi jurusan kedokteran semester 5. Cita-cita nya menjadi dokter bedah saraf belum terwujud.

Rasanya malu jika bertemu dia, Shea malah belum memakai jas putih impiannya. Jadi, sepertinya keinginan Shea harus tertunda dulu, sampai entah berapa tahun lagi. Yang jelas, yang pasti, Shea aka tetap menepati janji yang sempat ia ucap.

"Semangat untuk mengejar mimpinya calon bu dokter!. Biar bisa hormat sama jenderal," ucap Fale memberi semangat kepada Shea.

Jenderal? Ah benar.... Itu pangkat yang dia impikan sejak kecil. Dengan senyuman tipis, Shea mengangguk.

Dia harus semangat, setidaknya untuk janji-janji yang pernah mereka berdua ucapkan. Tak apa, tak perlu sekarang, semua ada waktu.

"Rindu, Fale. Entah kenapa ingatan SMA itu tiba-tiba muncul semua diingatan ku."

Haii ❗❗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haii ❗❗

Masih permulaan jadi cuman
746 kata.

Ini prolog ya, gak dihitung bab
Jadi bab satunya belum. Sengaja dibuat prolognya si MC cewek sudah besar.

Karena, emang cerita ini bakal aku bikin seperti kilas balik.
Nanti, babnya gak akan aku buat banyak-banyak, takutnya kalian bosen nanti bacanya.

Cerita amatir, maaf aja kalau semisal nanti konfliknya kurang ada feelnya. Tapi, akan aku usahakan untuk ada feelnya.

Seperti biasa, jangan jadi pembaca hantu, sebaiknya komentar atau sekedar memberi vote agar author juga semangat nulisnya. Tulisan ini juga merasa dihargai.

Bantu supaya bisa terbit, sehingga semua dalam cerita ini bisa abadi.

See you next chapter all! 👋

You Are My Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang