Kenangan Indah Yang Berkesan

14 5 0
                                    

Haiii!! 👋👋

Ketemu lagi sama aku gaes. Semoga gak bosan ya baca cerita ku.

Ayo dong semangat, sebarin ke teman-teman kalian, biar yang suka dan menikmati cerita ini semakin banyak.

WARNING ‼️ Jangan menjadi pembaca hantu yang hanya ingin membaca tanpa memberikan dukungan kepada penulis.

LANGSUNG AJA YA? SELAMAT MEMBACA 😊

SIAP RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR? 👇

"Tentang cinta dan perasaan
nyaman yang timbul akibat terbiasa."

-You Are My Happy Ending

...

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Alan, membuat gadis berpita pink itu terdiam. Dia mencerna segala kata demi kata yang terucap dari mulut Alan.

"Ma-maksudnya apa, Lan?," tanya Shea. Dia tidak ingin sembarangan mengartikan kalimat yang bersifat ambigu ini. Tidak mau merasa terlalu percaya diri.

Alan terpaku, dia juga tidak tahu mengapa dirinya mengatakan demikian. Lelaki itu merutuki dirinya sendiri dalam hati. Dengan sebuah tawa kecil untuk memecah kecanggungan yang tercipta, Alan kembali menatap Shea.

"Gak usah dipikirin, anggap aja gue gak ngomong apapun tadi," jawabnya.

Jawaban Alan membuat kening Shea berkerut, gadis itu tidak puas dengan jawaban Alan.

"Lo aja ngomong, gimana cara gue gak nganggap lo ngomong coba? Bisa gak kalau jawab yang detail, gue gak suka terbawa dengan rasa penasaran." Gadis itu menatap Alan penuh selidik, seolah menuntut jawaban dari lelaki di sampingnya.

"Cuacanya cerah ya pagi ini? Gimana kalau main basket bareng?," tanya Alan berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Bibir Shea ditekuk, dia tahu jika Alan hanya mengalihkan topik pembicaraan. Gadis itu melihat kembali kearah lapangan basket, dia tidak yakin masih bisa bermain basket lagi. Tangannya, sudah terlalu kaku untuk memegang bola berwarna orange itu.

"Shey?," panggil Alan.

Mendengar panggilan dari lelaki disampingnya membuat lamunan gadis itu seketika buyar. Gadis dengan pita pink ciri khasnya mengukir senyuman kecil.

"Iya? Kenapa?," tanya Shea.

"Ayo main basket, gue ngajak. Gue ambilin bolanya dulu."

Mendengar tawaran Alan membuat Shea ragu. Dia takut tidak bisa bermain dengan baik, dia takut tidak lagi bisa menguasai teknik bahkan teknis dasar sekalipun. Dan, yang paling ia takutkan adalah, ayah dan ibunya tahu lalu dia akan terkena masalah di rumah.

"Eh, emang boleh?," tanyanya ragu.

"Boleh lah, siapa yang gak nge bolehin coba."

Akhirnya Shea mengiyakan ajakan dan tawaran dari Alan. Dia mengikuti langkah kaki lelaki di depannya. Tak apa, untuk sekarang, biarlah dia merasakan jiwanya hidup kembali. Biarlah gadis itu merasakan bahagia walau cuman sebentar. Semoga.

Alan mengambil bola berwarna oranye. Dia melakuka dribble dengan sangat baik, lalu dilanjut dengan melakukan one hand shoot, memasukkan bola kedalam ring dengan sangat indah.

Shea memperhatikan setiap gerak-gerik dari Alan. Dia menilai bahwa Alan bukan termasuk pemula dalam basket. Caranya memegang bola sudah sangat lihai, bisa mengendalikan dan menguasainya dengan sangat cantik.

"Tangkap!." Alan melemparkan bola yang tadi ia mainkan kearah Shea, dan langsung ditangkap oleh gadis berpita pink itu.

Shea termenung sejenak, tidak percaya bahwa jari jemarinya berkesempatan untuk memegang bola favoritnya. Dia kemudian melakukan dribble, dan memasukkan bola itu ke dalam ring.

You Are My Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang