4 ALFA

210 12 0
                                    

[Sabtu, 28 Oktober 2023]

[Pukul 12.20 WIB]

Hujan turun cukup deras menguyur Kota Ijo sejak pagi hingga siang ini. Memang benar jika hari ini sudah memasuki musim hujan dan beberapa kota di Lantai-lantai selanjutnya mungkin mengalami hal yang sama khususnya untuk daerah tropis tentunya. Iklim dari seluruh lantai-lantai memang berbeda-beda meski beberapa lantai memiliki iklim yang sama.

Aku memandangi kota dari balkon lantai dua penginapan bersama Dicky. Sudah seminggu kami menginap di penginapan ini sebagai ganti tempat tinggal kami. Ya, kami tidak bisa logout dan karena itu kami harus mencari penginapan untuk beristirahat. Sebuah penginapan bertanda 'Losmen Asian Pasifik' nama yang sama seperti yang pernah kami lihat di lantai sebelumnya, bangunan bertingkat empat dengan lantai dasar digunakan sebagai bar.

Untuk memutuskan apa tindakan yang harus kami lakukan butuh waktu cukup lama. Seharian kami berdebat di sebuah lorong di sudut kota saat kami keluar dari lautan pemain seminggu yang lalu.

"Apa maumu?" tanya Dicky, hampir bersamaan dengan lepasnya tangan mereka berdua dari genggamanku.

Aku tak menjawab namun menatap mereka dengan tatapan serius, sama halnya mereka menatapku tak kalah seriusnya.

Aku memejamkan mataku saat menunduk lalu menjawab. "Bertahan hidup..."

"Ha... Bertahan hidup? Apa―"

"Tidak hanya itu... Aku ingin kita menyelesaikan game ini."

Mata Liza membelalak tak percaya. "Jangan bercanda! Butuh waktu bertahun-tahun untuk―"

"Untuk menyelesaikan game ini... Ya, aku mengerti, pada akhirnya memang hampir mustahil. Tapi, tetap saja... Itu enggak mustahil!" seruku mengeluarkan keberanian.

Tanpa sepengetahuanku sebuah pukulan melayang tepat di wajahku hingga bunyi buk tertengar sangat jelas saat aku tak bisa menghindarinya.

"Apa yang kamu mau? Kekuatan? Kekuasaan? Kesenangan? Enggak ada yang nyata di sini! Semuanya palsu, bahkan hidupku ini!" serunya membentakku seakan dia sengaja meluapkan kekesalannya pada game ini. "Saat ini kita terjebak di dalam dunia virtual dimana jika kita terbunuh di sini maka kesadaran kita tak akan kembali ke dunia nyata, yang hampir sama artinya dengan mati..."

Aku bisa melihat dari sudut mataku ketika melirik ke arahnya. Napasnya memburu dan terengah-engah, mungkin akibat dari emosinya yang meledak itu. Sepertinya Liza juga tak ingin memperkeruh keadaan yang kacau itu dengan melakukan hal yang sama seperti Dicky.

Dia terlihat merenung sejenak dan seakan ingin mengatakan sesuatu.

"......"

"Lalu..." kataku menegakkan pandangan ke arah Dicky.

Dengan satu hentakan keras aku membalas pukulannya setelah dia selesai mengocehkan sesuatu. Cukup keras hingga membuatnya mundur beberapa langkah. Ini mungkin pertama kalinya aku memukulnya dengan sungguh-sungguh.

"Lalu apa yang harus dilakukan? Menunggu GM membebaskan kita karena semua pemain terlihat putus asa dan tak berkeinginan melanjutkan permainan ini, huh?! Jangan bercanda!" seruku tak kalah keras dari suara Dicky sebelumnya.

"Aku ingin kita semua hidup, aku ingin kembali ke dunia nyata. Untuk itu aku ingin menyelesaikan game ini! Tapi..." ucapanku terhenti sesaat ketika aku menundukkan kepala. "A-aku enggak punya kekuatan untuk itu. Aku juga enggak punya sesuatu yang layak untuk diperjuangan dalam hidupku. Tapi seenggaknya aku masih bisa bertarung untuk kalian nantinya. Lalu..."

ALFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang