9 Kembalinya Aryn Bersama Anggota Baru

143 13 0
                                    

[Lembah Reruntuhan, Lantai 19]

[Pukul 15.49 WIB]

Pedang berbilah tipis menahan pedang panjang milik Crass yang hampir menebas Dicky. Tak lama aku menahannya dan langsung menendangnya hingga terhempas menjauh beberapa meter lalu tersungkur. Belum sempat Jackass menarik senjatanya aku menyerangnya dengan beberapa pukulan ringan dan tendangan kuat yang menghempaskannya hingga menindih Crass, lalu memotong borgol dan rantai yang mengikat Dicky dengan beberapa tebasan.

Suasana tiba-tiba gempar setelah aku melepaskan Dicky dan melesat ke arah 12 anak buah Jackass dan Crass yang sedang menjaga Liza, Zaaru dan si kembar.

Satu tebasan di udara di atas kepala teman-temanku membuat mereka mundur mengambil jarak. Secepat mungkin Aku melepaskan ikatan yang mengikat keempat temanku. Kulihat mereka begitu tak berdaya. Racunkah? tanyaku dalam hati. Segera saja aku mengeluarkan kristal pemulihan berwarna hijau untuk mereka berempat dan melemparkan satu ke arah Dicky.

"Cepatlah bangun, bodoh!" seruku saat kristal hijau digenggamnya.

Saat itu pula 12 pemain mencoba menyerangku bersamaan. Namun mereka ditahan keempat temanku sekaligus, sedangkan dua Elf yang kutendang tampak sedang berdiri.

"Tendangan yang kuat," ujar Jackass padaku.

"Huh? Kukira tendangan tadi sudah membuat kalian enggak sadarkan diri. Kurasa aku paham kenapa Dicky dan yang lainnya enggak bisa bertahan lebih lama lagi di sini."

Baru saja aku berkata keren seperti seorang hero dalam kisah-kisah fantasi yang kubaca, sebuah tendangan tepat di bokongku membuatku tersungkur.

"Jangan sok keren dengan berkata seperti itu setelah menghilang berbulan-bulan lalu datang tiba-tiba," seru Dicky terlihat sangat kesal.

Aku bangun dari tempatku tersungkur, "Seenggaknya aku udah menyelamatkan kamu kan, jadi biarkan aku bertindak keren sedikit."

"Kalian berani sekali berdebat di depanku," ujar Jackass kesal.

"Diam kau bodoh! Jangan ikut campur!" seru kami berdua bersamaan membuatnya terdiam seketika.

"Jadi, apa maumu? Tanganku masih sibuk untuk urusan lain selain membalas tendanganmu itu..." ujarku.

"K-k-kurang ajar," geramnya. "Ah, baiklah, akan kusimpan beberapa pukulan untukmu setelah memukul mereka semua."

"Nah, itu lebih baik."

Orang-orang di sekitar kami hanya terdiam keheranan melihat kami bertengkar di tengah suasana genting, sama halnya Jackass yang melongo. "Hm, jadi kalian sudah selesai bertengkar?" tanyanya.

Liza, Zaaru dan si Kembar melanjutkan pertarungan mereka dengan 12 anggota Guild Killer itu.

"Ya, maaf membuat kalian menunggu. Butuh waktu 20 menit untuk sampai di lembah ini."

"Ho.. jadi kau sudah tahu kami menyerang Guild-mu, memang benar-benar hebat si Kilat Hitam," ujarnya sedikit terkejut.

"Hei, Aryn. Butuh bantuan?" tanya Dicky padaku.

"Bantu saja yang lain, aku masih bisa menahan mereka," kataku ringan lalu melanjutkan dengan suara berbisik, "dan segeralah pergi dari sini jika kalian sudah selesai..." Aku masih melanjutkan dengan beberapa kata lagi yang segera di jawab Dicky.

"Baiklah," bisiknya menyimpan sesuatu yang kuberikan kemudian berlari ke arah kerumunan pemain yang sedang bergelut tak jauh dari tempatku berdiri.

Sebuah pedang berantai panjang terlempar ke arah Dicky yang sedang berlari, dia berbalik berusaha untuk menangkisnya. Namun satu tebasan menghempaskan pedang yang mengarah ke arahnya itu.

ALFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang