♡ Evening Day ✧

30 16 0
                                    

"Sini, uangmu!" Gena membuka kantung perut di kostum Tyara, mengambil semua uang anaknya dan bonus dari Ibu Elio.

Gena menyeringai senang. "Gitu dong, kerja cepat abis! Tapi ini masih dikit," katanya serakah walaupun ada berapa lembar uang berwarna merah, lalu berlalu pergi hanya untuk menghabiskan uang Tyara.

Tyara menghela nafas dan tersenyum. "Semoga uang itu bisa bikin ibu senang," gumamnya ikhlas. Ia kembali ke lapak jualannya. Sepeda. Disana masih ada balon, kincir angin. Siap dijual.

Raut gadis itu berubah dingin saat melihat
3 cowok menantikan dirinya. "Ra!" panggil Ergo yang tengah duduk di kursi di samping sepeda Tyara. Si gadis membuang muka.

"Kalau lo? Ngkacangin gue. Gue ombak-ambik nih dagangan lo!" ancam Ergo kesal, berdiri dan menendang kursi yang barusan ia duduki.

"Coba, kalau berani!" tantang Tyara menatap sengit. Berani melakukan
sama saja mengundang masalah
ditempat umum seperti ini.

"Oky. Siapa takut!" namanya Ergo merasa dirinya ditantang pun akan bertindak, tanpa pikir panjang tangannya menyambar keranjang kincir angin lalu hendak menghempas.

"Jangan, Er!" cegah Etza."Kita bisa babak belur di hajar orang-orang disini, jangan buat masalah," lanjutnya.

Ergo mengendus. "Pokoknya sekarang lo jadi pacar gue. Tanpa ada penolakan dan gue gak butuh persetujuan lo!" ucapan Ergo membuat wajah Tyara merah padam. Alis Enji dan Etza mengerut mendengar paksaan Ergo.

"Gak bisa gitu, Er. Itu lo curang maksain dia," bisik Enji pada telinga Ergo.

"Terserah gue!" balas Ergo, melirik tajam Enji.

"Aku tidak perduli dan aku tidak akan pernah mengakuinya," balas Tyara memancing emosi Ergo. Cowok itu melangkah mendekat.

''HEH!" serunya mengacungkan jari telunjuk dihadapan wajah Tyara, memancing perhatian orang-orang disekitar. Mereka mendekat dan bertanya-tanya.

Kedua teman Ergo menanganinya.
Mereka mengatakan tidak ada apa-apa. Orang-orang ada yang menetap untuk memastikan dan ada yang pergi meninggalkan.

"Pokoknya lo harus jadi pacar gue!" paksa Ergo. Mata Tyara melotot bersamaan gelengan kepala dan mulutnya spontan berkata. "Nggak!" gadis itu muak dengan tingkah Ergo yang selalu memaksanya menjadi pacarnya. Emosi Ergo memuncak. Wajahnya merah padam. Seolah ada asap yang keluar dari hidung dan telinganya.

"Huuhuuuuuuuuu!" ledek beberapa remaja
di kerumunan yang hampir mengelilingi mereka.

"Kasian banget ditolak."

"Dia nggak mau malah dipaksa."

"Nembaknya aja pakai marah-marah gimana? Bisa diterima?"  terdengar cemooh yang semakin menyulutkan emosi Ergo. Harga dirinya tercabik, giginya bergelutup dan tangannya mengepal.

"Diam kalian! Mau mati!" hardik Ergo, tanpa rasa takut. " Dan Lo yang bikin gue malu ...." iringan kalimatnya terlontar, tangan Ergo terangkat ingin melayangkan tamparan.

Mata Tyara terpejam, jantungnya seolah berhenti berdegup. Tak menyangka Ergo akan menyakiti fisiknya. Semua mata
yang menyaksikan membelalak kaget.

♡♡♡

"Yang ini," tunjuk Gena pada etalase perhiasan emas. Di dalam kaca bening itu berjejer gelang, kalung, cincin dan lainnya. Berwarna emas mengilau. Menggugah rasa ingin memiliki Gena. Gelang impiannya.
Satu minggu lalu ia datang menanyakan harga gelang tersebut. Baru malam ini bisa membeli berkat uang kerja keras Tyara.

Evening DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang