"Rasain in—!" kalimat Ergo terpotong, saat tangannya merasakan dicekal seorang."Siapa Lo?" tanyanya, berbalik menghadap lelaki yang berani-beraninya mencekal tangannya. Lawan bicara Ergo tidak menjawab, matanya terhalang topi hitam dengan kupluk hoodie terpasang dan mulutnya tertutup masker biru. Terlihat sangat misterius.
"Lo siapa, hah?" Ergo mendorong kasar bahu lelaki itu, yang dorong sedikitpun tidak terhuyung. Merasa diabaikan Ergo melayangkan bogem mentah. Namun,
tangannya kembali dicekal.Bguk! Kaki Ergo menendang perut lawannya. Si cowok hoodie tak mau berdiam diri. Ia melawan.
Perkelahian pun terjadi tidak bisa dielakkan, orang-orang yang mengelilingi mereka bersorak-sorai. Mengadu, siapa yang akan menang dan kalah.
"Ayo!"
"Ayo!"
"Ayo, kalahkan cowok sombong itu!"
"Jangan cuma berani sama cewek!"
"Sok hebat banget ia!"
"Muak gue Ngeliat tingkahnya, Sok ganteng!"
"Huhuhuuu! Mampus tu kalah!"
"Aaaa ... Lemah. Eh, lembek! Hahaaa!"
Heboh para remaja yang menonton perkelahian mereka dan mencibir Ergo
yang tersungkur. Si cowok hoodie lebih banyak menangkis sedangkan Ergo seperti kesetanan melawan. Walaupun begitu Ia berkali-kali terjatuh.Enji dan Etza hendak maju, ikut membantu. Namun dihardik Ergo. Cowok itu tak mau dibantu, harga dirinya bisa semakin jatuh. Main keroyokan. Jadi mereka hanya melihat keras kepala Ergo.
"Akh!" rintih Ergo tersungkur sembari menyeka darah yang mengalir
dari bibirnya. Matanya menatap sengit pada cowok berhoodie abu-abu yang
sedari tadi menunduk."Mati Lo, Ban***" Ergo kembali bangun
dan hendak melawan."Hey! Hey! Hey!" teriak 2 pak satpam baru datang, layaknya pahlawan kesiangan
menghentikan aksi mereka. Ergo di bawa untuk diinterogasi dan di hukum karena ialah awal membawa masalah. Si cowok hoodie abu-abu mendapatkan tepukan tangan
dan sanjungan atas keberaniannya menghentikan aksi kekerasan
pada seorang gadis.Tyara mendekat, "Elnath," panggilnya lembut. Elnath melepaskan maskernya, jelaslah wajah tampannya yang mengukir senyuman menawan.
"Kamu gapapa?" tanya Tyara khawatir. Elnath mengangguk. Walaupun begitu, Tyara tidak percaya melihat wajah cowoknya itu terluka. Jelas mengatakan sebaliknya. Ia berkelahi lebih dari satu kali.
Bibirnya berdarah dengan perubahan warna di sekitar sudut bibir kiri, lebam membiru dan di kening bergores. " Ayo, duduk." Si gadis mengajak Elnath menuju sepedanya dan menyuruh duduk dibangku.
"Tunggu sebentar!" Gadis itu berlari kesebuah tempat yang biasanya tempat menyewa bangku untuknya duduk dan membeli es batu untuk mengompres luka lebam Elnath.
Tyara duduk disamping Elnath. "Ini,
ditempelin disudut bibir kamu yang lebam itu," gadis itu menyodorkan sapu tangan yang di dalamnya ada bongkahan es batu.Elnath mengangguk tanpa mengalihkan tatapan dari wajah Tyara, sedangkan si gadis tidak menyadari dirinya sedang ditatap lekat oleh seorang lelaki yang duduk disampingnya. Ia sibuk menuangkan alkohol ke tisu.
Dada lelaki ini berdebar-debar hebat. Elnath menyukai hal itu. Tandanya sekarang ia duduk bersama gadis
yang selalu datang dalam pikirannya.Netral sebiru laut itu terus memperhatikan si gadis, hidung mungilnya, ingin sekali Elnath menarik dan pipinya yang capy itu ingin ia cupit. Saking gemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evening Day
Teen FictionTyara Trisha, gadis manis yang berhati peri dibalik badut kelinci imut. Suka menolong dan menghibur orang lain. Terlahir di keluarga yang kejam dan ringan tangan, terutama Gena, ibu Tyara dan tidak dianggap atau lebih tepatnya tidak pedulikan Anom...