Seorang gadis berlari cepat menuju rumahnya setelah mendapat suatu kabar dari ayahnya. Ia berlari tanpa memperhatikan orang-orang yang menatapnya heran.
Brakkk
"Ayah, kenapa?" Tanya Aleena dengan napas yang menggebu
"Duduk dulu" Perintah Reza yang saat itu tengah menghisap rokok dengan satu cangkir teh di atas meja, Reza tidak mengonsumsi kopi lantaran punya penyakit ...lebih ke gejala, gejala usus buntu yang membuatnya tidak diperbolehkan meminum kopi terlebih yang ada ampasnya.Aleena yang masih dengan pakaian seragam lengkapnya itu kemudian duduk di sofa yang berada di depan sang ayah.
"Ayah udah pertimbangin ini, kita akan pindah ke Jakarta Selatan Sabtu besok"
"Hahh?? Pindah?? Aleena baru setahun loh yah di Bekasi, masa harus pindah lagi?"
Reza hanya menatap datar dan kembali menghisap rokoknya. Beginilah Reza, tidak pernah bisa dibantah, tegas namun perhatian dalam diamnya Reza.Sedikit cerita dulu, Aleena adalah anak tunggal dari pasangan Reza dan Rissa, 5 tahun yang lalu, kira-kira saat Aleena menginjak kelas 6 dasar, kecelakaan parah terpaksa merenggut Rissa dari keluarga kecilnya, sejak saat itu semuanya berubah, mulai dari sosok sahabat kecil Aleena yang menghilang tanpa kabar, dan sikap Reza yang berubah drastis.
Reza jadi lebih menyibukkan dirinya dengan bekerja, bekerja, dan bekerja, hanyak menitipkan satu ART untuk menemani Aleena dirumah, dia Bi Rani, wanita yang hampir menginjak kepala 4 itu sudah mengabdi di keluarga Aleena selama 5 tahun, hanya bi Ranilah teman yang Aleena punya bahkan sudah Aleena anggap sebagai ibu sendiri.
Masalah ekonomi keluarga sangat mencukupi, bahkan lebih dari cukup untuk menghidupi seorang anak dan membayar satu ART, lagipula Aleena bukan tipe perempuan yang loyal, ia lebih suka dengan kesederhanaan.
Trauma terbesarnya adalah saat melihat kecelakaan dan bersosialisasi. Saat kecil dulu, Aleena adalah target bullying teman sebayanya, tak heran juga karena saat ditindas Aleena tak pernah melakukan perlawanan, hanya mengandalkan sahabatnya. Itu sebabnya sejak sahabatnya pergi, tidak ada siapapun lagi yang menjadi Pelindungnya, saat di bangku SMP pun Aleena masih sosok yang pendiam, untungnya tidak ada pembullyan saat di SMP.
Dan kini Aleena telah menyelesaikan kelas 1 SMA di Bekasi, pindahan rumah yang menurutnya terlalu mendadak, bukan apa, ia tak mau mengulang sekolahnya dari kelas 10 lagi dan yang merundung pikirannya adalah "teman" dengan siapa nanti ia akan berteman, setaunya, kehidupan sosial di Jakarta itu keras dan kasus pembullyan bukan hal yang asing lagi.
"Ayah udah pertimbangin ini dari lama, kerjaan ayah yang maksa kita buat pindah ke Jakarta, pusat transportasi biar gampang pulang-pulang nya" Aleena memanggut-manggut.
"Aleen takut yah..." Keluhnya
"Ayah tau, besok bakal ada tamu sekaligus calon temen kamu di sekolah, Ayah juga udah daptarin kamu biar satu sekolah sama dia"
"Gak ngulang dari kelas 10 kan yah?"
"Nggak" jawab Reza singkat.
"Kalo boleh tau, siapa namanya?"
"Kaivan, bundanya rekan teman ayah, dia yang bakal jadi temen pertama kamu di sekolah"Aleena cukup mengerti dengan penjelasan Reza, hanya saja dia sedikit gelisah, seperti apa sosok Kaivan yang nanti akan menjadi temannya, bukan hal aneh kalau teman pertamanya adalah seorang laki-laki, karena nyatanya berteman dengan laki-laki itu lebih asik katanya.
Tapi justru itu, Aleena ingin sekali gabung di sirkle khusus cewek, dia berharap semoga di sekolah kali ini dia Aleena hoki, dan semoga Kaivan cowok yang baik.
🥀
Seperti yang Reza katakan, hari ini rumah kedatangan tamu, seorang perempuan cantik dengan satu anaknya. Kini keempat orang itu sedang berkumpul di ruang tamu rumah Reza.
"Udah bisa Tante bayangin kalo Aleena itu beneran cantik" Aleena sedikit menganggukkan kepalanya saat Dinda, Bunda dari Kaivan itu memujinya.
"Ini Kaivan, Tante yakin kamu udah tau"
Aleena melirik singkat Kaivan yang juga menatapnya datar. Reza sedikit menyenggol sikut Aleena. Aleena yang paham dengan maksud Reza langsung menyodorkan tangannya.
"Aku... Aleena"
Kaivan terlihat berdecak sedikit.
"Gak usah gitu, kayak bocil, Gue Kaivan, panggil aja Kaivan ganteng"
Ujarnya tanpa dosa. Aleena sedikit kaget dengan paparan cowok didepannya, Aleena heran sekaligus malu, dia tersenyum canggung lalu kembali meletakkan tangannya diatas paha.
"Yang sopan dong kai, masa gitu"
"Terus harus gimana Bun?"
"Maaf Aleena, Kaivan emang gitu, tapi gak usah takut, gitu-gitu juga kai baik hati" Reza sedikit terkekeh. "Gak masalah Din, namanya juga remaja, wajar. Aleen, biar lebih akrab, kamu ke lantai atas dulu, Kaivan juga, Ayah sama Tante Dinda ada obrolan penting"Aleena mengangguk singkat dan mulai berjalan untuk menuju lantai 2 di rumahnya, diikuti oleh Kaivan. Tiba-tiba Kaivan berjalan mendahului Aleena dan menarik tangan Aleena agar mempercepat jalannya. Aleena tidak memberontak hanya saja dia meringis karena Kai mencekal tangannya kuat.
"Pelan-pelan kai, sakit banget" Ringis Aleena seraya meniup pergelangan tangannya.
"Lagian Lo jalan kayak keong"
Aleena diam seribu bahasa, antara takut dan bingung harus menjawabnya seperti apa.
"Gue ajarin dah biar dapet temen di sekolah baru Lo"
"Gimana?" Kaivan menarik napasnya dalam, dramatis.
"Yang pertama, orang bakal Mandang Lo dari fisik, Lo cantik lo bakal dihargai, meskipun akhlak Lo bejat, tapi Lo jangan bimbang, menurut gue Lo udah cantik, banget malah"
Aleena tersipu mendengar itu
"Gak usah baper, yang kedua, meskipun Lo cantik, sebisa mungkin Lo harus jaga sikap, meskipun attitude no 2 tapi tetep aja, itu ngaruh buat siklus pertemanan Lo nanti, dan yang ketiga, biasain pake Lo gue kalo ngomong"
"Kenapa?"
"Lo bisa dianggap norak Sama orang-orang, di Jaksel sana, ngomong aku-kamu cuman buat orang pacaran, gak semuanya orang Jaksel gitu, tapi ini bahasannya sekolah yang bakal lo tempatin, terus...ya selebihnya lo sesuain diri aja disana, gimana ngerti?"
Aleena mengangguk cepat
"Thanks banget Kai, saran dari Lo beneran masuk akal, tapi gue takut buat temenan kai, gue trauma di bully"
Aleena memelankan suaranya di akhir kalimat, Kaivan kemudian memegang bahu Aleena Pelan.
"Gak usah takut, selama Lo belum punya temen cewek, gue yang bakal nemenin Lo, tapi gue yakin sih cewek kayak anggun kayak Lo gak akan jadi target bullying, asal Lo inget 3 hal yang gue omongin barusan"
"Gak sabar banget gue buat sekolah disana, thanks Kai, gue kira Lo gak sebaik ini, ternyata Lo aslinya friendly ya"
Kaivan hanya mengangguk singkat, selebihnya mereka menceritakan kehidupannya masing-masing secara singkat, karena mereka juga baru pertama kalinya ketemu jadi tidak semua diungkapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of us
Teen Fiction"Hidup ternyata gak semulus jalan Braga, dan gak serame kota Jakarta..." -Kaivan Aksa Samuel {FOLLOW SEBELUM MEMBACA} {NO COPAS COPAS CLUB}