Berhubung besok udah masuk Hari Raya idul Fitri...Sebelumnya, Author mau minta maaf sebesar-besarnya❤️
Happy Reading
Malam ini cuaca sangat mendukung untuk semua orang bisa keluar rumah, seperti halnya dengan Aleena yang kini sedang berjalan-jalan di pusat kota, dengan siapa lagi kalau bukan dengan Kaivan. Meskipun cowok itu kian hari semakin menyebalkan, tetap saja Aleena membutuhkannya.
Hanya berpenampilan sederhana, keduanya kini sama-sama mengenakan t-shirt putih dan celana jeans, berhubung suhu di jakarta lumayan panas, jadi keduanya tidak ada yang memakai jaket.
"Udah hampir 2 jam kita keliling, Lo gak pegel?" Tanya Kai, Aleena menoleh sekilas dan kembali menatap jalanan yang ada di depannya.
"Gak tau dari kapan gue suka jalan-jalan ketimbang dirumah"
"Gue yang pegel"
Aleena kini menatap ke arah Kai.
"Baru 2 jam njir, masa ketua geng lebay" mendengar celetukan Aleena, Kai lantas mensejajarkan jalannya dengan Aleena.
"Apa Lo bilang, gue lebay? Kalo gue lebay, gak akan gue bawain jajanan Lo yang bejibun"
"Santai dong, kaga usah ngegas elahh"Memang sedari tadi Aleena hanya berjalan dengan tangan kosong, semua jajanan yang ia beli dititipkan pada Kaivan.
"Noh didepan sana ada taman, kita rehat dulu disana bentar" usul Kai yang akhirnya disetujui oleh Aleena.
Banyak pedagang emperan dan juga lalu-lalang orang di taman kota, ini sudah hampir setengah sembilan, tapi suasana masih sangat ramai, berhubung ini adalah malam Minggu, jadi tidak perlu khawatir dengan sekolah besok.
Kini keduanya duduk di sebuah kursi panjang yang menghadap pancuran kota, Aleena menarik napasnya dalam kemudian tersenyum samar. Ia jadi merindukan Ayahnya, merindukan masa kecilnya saat Rissa masih ada dan ketiganya selalu bermain seperti ini, sejak Reza pergi ke Bali juga, Aleena belum sempat lagi bertukar kabar dengan sang Ayah, kalau bukan Reza lah yang mengawalinya.
Keduanya, lebih ke Aleena sih, kini menikmati jajanan pinggir jalan yang menurutnya lebih menarik dibanding makanan restoran dan semacamnya. Tidak ada yang membuka pembicaraan selama itu, semua bergelut dalam pikirannya masing-masing sampai jajanan itu hampir ralat.
"Kai" panggil Aleena secara spontan, yang dipanggilpun refleks menoleh
"Hm?"
"Gimana sih rasanya deep talk sama tante Dinda, cerita ke Tante Dinda, gue sampai lupa gimana rasanya kehadiran seorang ibu" tawa Aleena sesaat yang masih menatap kosong kearah depan.
Kai hanya terdiam, ia melihat Aleena lamat-lamat dari samping, Aleena tidak membalas tatapan Kai, ia justru tengah memandang air pancuran dan juga lampu kelap kelip taman kota.
"Kayaknya jadi Lo gak pernah sepi ya?"
"Kenapa asumsi Lo bisa kayak gitu?"
"Lo punya orang tua lengkap, ada Eternal Gang juga"
Kai kemudian tertawa hambar.
"Iya, hidup gue gak pernah sepi, soalnya bokap suka ngajak berantem bunda"Pandangan Aleena beralih menatap Kai
"Maksud Lo?"
Kai terkekeh samar kemudian menggeleng dan melihat jam yang melingkar ditangannya.
"Udah malem, pulang yu, ntar masuk angin"
Aleena yang belum mendapatkan jawaban saat itu hanya mengangguk, membuang sampah terlebih dahulu kemudian berjalan mengikuti jejak Kai.Aleena sedikit mempercepat langkahnya untuk menyamakan dengan Kai.
Tanpa instruksi tiba-tiba Kai menggenggam tangan Aleena.
"K-kai..."
"Ssttt, jalan lo ceroboh, bahaya kalo lo nyasar di tengah kota kayak gini"Aleena tersenyum samar dan membiarkan Kai menggenggam tangannya. Benar juga ucapan Kai tadi, Aleena jika melihat sesuatu yang unik menurutnya, maka pandangannya akan terpaku pada sesuatu itu.
Berjalan mengitari pusat kota pada malam hari tidak buruk, bisa-bisa Aleena kecanduan main ke tempat ini dan tentunya dengan Kai. Karena tidak mungkin dia mengajak Citra, Rara ataupun Reva untuk keluar dimalam hari, karena mereka punya pengawasan yang ketat oleh keluarganya.
Hingga Aleena sampai di parkiran, Kai langsung memasangkan helm yang berkuping kucing itu pada Aleena setelah selesai memasangkan helm untuk dirinya sendiri. Kai mulai melajukan motornya dan meninggalkan area pusat kota.
"Gimana leen, Lo seneng?"
"HAH?!"
"Malem ini, Lo seneng gak?"
"APA? LO PENGEN LONTONG?" Teriak Aleena, Kai hanya mendengus kasar.
"MALEM INI, LO SENENG GAK, LO BUDEK APA GIMANA" Teriak balik Kai. Aleena ber-oh kecil. Kemudian terkekeh.
"Oh,, seneng Kai makasih udah nemenin gue jalan"
Pendengaran Kai masih sangat baik hingga Aleena bicara pelan pun Kai bisa mendengarnya. Keduanya kembali hening, Kai yang fokus mengendarai motor dan Aleena yang melirik kanan dan kirinya menikmati semilir angin malam yang mulai dingin."APA?"
"Apasih, gue gak ngomong apa-apa"
"HAH?"
Kai memilih untuk mengabaikan cewek dibelakangnya, jika saja itu bukan Aleena, Kai pasti sudah menurunkannya di tepi Jalan.
"APA KAI, LO NGOMONG APA TADI?"
Ternyata masih berkelanjutan, Kai yang punya kesabaran setipis tisu langsung teriak "GUE GAK NGOMONG APA-APA EGE, UDAH DIEM"Aleena mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian memukul punggung Kai keras hingga motor yang mereka tumpangi oleng dan hampir terjatuh jika saja Kai tidak menyeimbangkannya.
"KOK NGEGAS?!"
"GUE GAK BAKAL NGEGAS KALO LO GAK BUDEK"
"KOK GITU?!"
"YA EMANG GITU"
Percekcokan diatas motor terus berlanjut hingga sampai di gerbang rumah Aleena. Aleena turun dengan tergera, ia dengan cepat membuka helm-nya dan memberikannya pada Kai tanpa minat menatapnya, perdebatan dimotor tadi cukup membuatnya badmood padahal jika dipikir lagi, Aleena lah yang salah. Begitulah cewek, tidak akan salah dan tidak mau disalahkan."Lo kenapa sih?" Tanya Kai geram.
"Pikirin aja sendiri" Aleena berjalan kedalam gerbang yang sebelumnya dibukakan oleh pak Amin, berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya.
"Gak akan nawarin gue masuk?"
"Ga"
"Minimal bilang makasih"
"Makasih"
"LEEN, LO BENER-BENER ANJIRR" Teriak Kai karena saat itu posisi Aleena sudah menjauh. Pandangan Kaivan beralih pada mang Amin, penjaga rumah plus Supir pribadi Aleena.
"Malam, mang"
"Malam juga, den Kai ini pacarnya neng Aleen?"
"Bukan mang, saya temennya"
"Temen apa demen, mang liat-liat, kalian berdua nempel Mulu"
Kai terkekeh mendengar penuturan dari mang amin.
"Nggak mang, belum maksudnya hahaha"
Tawa Kai cukup keras, dia kemudian mengambil salah satu keresek yang tergantung di stang motor dan memberikannya pada mang Amin.
"Ini mang, saya bawa makanan, saya udah kenyang jadi buat mang aja"
Mang amin menerima bungkusan itu.
"Alhamdulillah, makasih den Kai, tau aja mang amin lagi laper" lagi-lagi Kai tersenyum lebar dan terkekeh pelan.
"Sama-sama mang, yaudah kalo gitu Kai duluan ya mang, tolong jagain Aleena takutnya kabur tengah malem"
"Siap den, hati-hati dijalan"
"Beres mang"Setelah itu Kai melajukan motornya menuju rumahnya. Ia menatap sekotak martabak yang menggantung itu, tak sabar untuk memberikannya pada Dinda, pasti bahagia karena martabak manis adalah makanan kesukaan Dinda dan Kai tau itu.
.
.
.
Lanjut??👉
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of us
Teen Fiction"Hidup ternyata gak semulus jalan Braga, dan gak serame kota Jakarta..." -Kaivan Aksa Samuel {FOLLOW SEBELUM MEMBACA} {NO COPAS COPAS CLUB}