Happy Reading
Hari ini adalah hari yang paling dibenci pelajar, dimana pada hari ini lah seluruh siswa wajib mengikuti upacara bendera, terlebih akan ada pemanggilan siswa yang melanggar saat pengumuman olah pembina upacara.
Kejadian kemarin juga selesai, dan semuanya baik-baik saja, Reva yang ternyata ada di rumahnya dan Kaivan yang pingsan hanya karena kecapean, teringat saat itu ia belum makan dari hari kemarinnya.
Kembali ke hari ini, seharusnya upacara berakhir 15 menit yang lalu, hanya saja kepala sekolah tak berhenti menasehati siswa yang kini sedang berdiri di depan tiang bendera, siapa lagi kalo bukan si berandalan sekolah, Kai juga tak mengalihkan pandangannya dari dua orang yang membuatnya terkena hukuman, siapa lagi kalau bukan Panca dan Andra.
*Flashback on
Di kelas...
Panca memasuki kelas dengan gaya seperti biasanya, rambut acak-acakan dengan atribut yang tak kalah acak-acakan. Dari ambang pintu Panca bisa melihat Andra yang sedang tertidur pulas dimeja dengan menelungkupkan wajahnya diatas tangan kirinya. Ini target yang ia tunggu.
"WOY ANDRA BANGUN WOYY!"
Teriak panca tepat di telinga Andra, Andra sontak terperanjat dan menggerutu kesal beberapa saat, tak lupa ia menyeka air liur yang keluar dari mulutnya."ANYING, JOROK KEHED!!!" Teriak Panca kesekian kalinya.
"Lo berisik banget anjirr, gue lagi enak-enaknya tidur"
"Yaudah, gini ndra, Lo mau ga tidur tanpa ada gangguan?"
"Maulah, siapa coba yang gak mau"
Panca menyeringai, ia melirik kanan-kiri untuk memastikan tidak ada yang melihatnya, lalu mengeluarkan banyak kunci yang diikat menjadi satu gundukan dari sakunya.
"Gila, tu kunci buat apaan, banyak bener"
"Shutt... pelan-pelan, ntar ada yang denger sialan, ikutin gue"
"Gak, gak, gak, Lo pasti mau ngajak sesad kan?"
"Ck, bukan mau ngajak sesat, gue mau ngasih jalan keluar, Lo inget ga pagi ini mapel apa?" Tanya Panca dengan menaik turunkan sebelah alisnya
"Mapel...Anjir ca, gue belom ngerjain PR MTK"
"Sama, makanya gue ngajak lo"
"Buat ngunci gerbang biar pak Gurilem gak bisa masuk"
Panca menjentikkan carinya.
"Itu dia, pinter juga Lo, tumben gak ngeload"
"Andra gitu Lo..."
"Terserah"Panca terlebih dahulu meninggalkan kelas diikuti oleh Andra yang semangat untuk menjalankan misinya. Mereka mengendap-endap, takut ada guru atau anggota OSIS yang melihatnya.
"Lo tunggu disini, biar gue yang ngecek, kalo gue acungin jempol, Lo beraksi"
"Kok gue sih?"
"Lo juga harus usaha dikit lah, lagian ngunci gerbang gak susah"
"Yaudah, mana sini kuncinya"
Panca menyerahkan satu kunci yang ia yakini sebagai kunci gerbangnya, karena bentuknya yang berbeda dari yang lain.
Panca berlari kecil menuju pos satpam untuk memastikan kalau mang Budi masih tertidur pulas, tak lupa melihat sekitar dan memastikan tidak akan ada yang lewat.
Setelah merasa aman, Panca mengacungkan jempol isyarat kalau situasi aman. Andra dengan cepat berlari ke arah gerbang dan menguncinya dengan cepat.
"Udah bro?"
"Aman"
"Aseekk, Tos dulu dong"Keduanya tertawa puas
"HEH, PANCA, ANDRA KEMBALIKAN KUNCINYA"
"MAAF MANG, BUKANNYA GA MAUU"
Keduanya serempak berlari tanpa mengembalikan kuncinya terlebih dahulu, mereka harus cepat sebelum satpam menangkap mereka dan menyerahkannya kepada kepala sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of us
Teen Fiction"Hidup ternyata gak semulus jalan Braga, dan gak serame kota Jakarta..." -Kaivan Aksa Samuel {FOLLOW SEBELUM MEMBACA} {NO COPAS COPAS CLUB}