Happy Reading!!
Jangan lupa Vote guys
.
.
.
.
.
.
.
Suasana malam yang sunyi mendominasi rumah sakit yang sedang ditempati oleh Vania. Sekarang sudah pukul tiga dini hari, tiba-tiba saja ia terbangun karena merasa tenggorokannya kering. Ketika hendak bangun, hal pertama yang ia dengar adalah suara lantunan ayat suci Al-qur'an. Dia yakin bahwa itu pasti Gus Ryan.
Benar saja, saat dirinya memposisikan tubuhnya untuk terbangun ia melihat Gus Ryan yang sedang membaca Al-qur'an dengan posisi membelakanginya. Vania mengurungkan niat untuk minum, ditatapnya punggung tegap lelaki itu dengan senyuman merekah. Otaknya bekerja membayangkan gambaran jika mereka menikah. Pasti Vania akan puas memandangi suaminya solat tahajud dan dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-qur'an.
Vania sontak menggeleng cepat. Apa apaan dia? Ayolah, dirinya masih belum diberikan kepastian. Entah mereka akan berjodoh atau tidak, Vania tidak tahu. Yang pasti ia akan kembali merebut hati Umma Halimah.
"Wallaziina aamanuu wa 'amilus saalihaati wa aamanuu bimaa nuzzila 'alaa Muhammadinw-wa huwal haqqu mir Rabbihim kaffara 'anhum saiyiaatihim wa aslaha baalahum: (Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebajikan serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad; dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka; Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka).""shadaqallahul adzim." Gus Ryan menutup Al-qur'an berukuran kecil yang selalu ia bawa kemana-mana. Saat hendak berbalik, betapa dikejutkannya oleh Vania yang tengah terduduk diam sambil tersenyum menatap ke arahnya. Ia lantas menundukkan kepala, sedikit merasakan debaran yang entah sejak kapan timbul di jantungnya.
"Terbangun?."
"Iya, pengen minum."
Gus Ryan melihat ke arah nakas, "Itu air. Kenapa tidak diminum?."
"Mau diambilin," ujar Vania tanpa sadar malah merengek kepada Gus Ryan.
Tidak tau saja bahwa lelaki dihadapannya itu tengah membaca istigfar mendengar suaranya yang mendayu. "Ck, manja." Gus Ryan berdecak namun tetap melangkah mengambilkan air untuk Vania. Vania mencibir dan mengambil air itu lalu meneguknya hingga tandas.Gus Ryan memilih duduk di sebelah brangkar Vania. Dia memutuskan untuk menginap, tentu bersama dengan Bi Tyas dan Umma Halimah. Ia menatap Vania yang tertunduk dengan tangannya sibuk memilin ujung selimut.
"Ingin berjalan keluar?" tanyanya memecah keheningan.
"Emang mau kemana?, udah jam tiga juga. Di luar pasti sepi.""Tidak, ada beberapa petugas yang lalu lalang. Jika ingin saya bisa menemani kamu, rooftof rumah sakit ini bagus jika kamu mau. Kamu bisa lihat pemandangan kota dari sana."
Vania berpikir sejenak, terdengar menarik. "Yaudah deh mau. Eh tapi kan gue sama lo nggak boleh berduaan."Gus Ryan terkekeh samar, "Tak apa, ada Allah yang maha melihat. Lagipun saya nggak macem-macem sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Dalam Bayangan
Teen FictionBagi Gus Ryan menikah adalah rezeki paling berharga yang dititipkan Allah kepadanya. Berstatus seorang ning atau tidaknya perempuan yang menjadi istrinya kelak bukanlah suatu hal yang harus dipertimbangkan, yang terpenting dia adalah sosok Perempuan...