Chapter 28

276 16 1
                                    


Aku meng-Khitbahmu bukan semata karena rasa atau bahkan parasmu yang cantik maupun matamu yang berbinar.  karena cantik dan rasa merupakan dua kata yang tidak dapat aku percayai keutuhannya, tapi hijrahmulah yang membuahkan keistiqomahan untuk bersujud Kepada sang Ilahi rabbi serta akhlak mulia yang hadir menyempurnakan cantikmu

Vania tersenyum samar menghayati setiap inci kata demi kata yang dilontarkan ustdz mirza perihal siapa gus ryan. Sayang sekali, cuaca tidak seirama dengan hatinya yang sedamai senja dikala sore.

“ Ustadz, sepertinya akan turun hujan, vania balek ke asrama ya” pamit vania yang direspon dengan beberapa kali anggukan oleh ustadz mirza

“assalamualaikum”

“waalaikumsalam”

"HUH” nafas panjang yang dihembuskan vania sembari menikmati sejuknya angin membuahkan kedamaian dihati “alhamdulillah” ucapnya lirih sebagai ujut Syukur atas nikmat yang telah allah hadiakan untuknya yakni seorang laki-laki soleh yang senantiasa taat beribadah kepada rabbnya dan yang dengannyalah surga menjadi lebih dekat. hari demi hari kini telah dilalui. luka, air mata seakan akrab menyapa vania semenjak aibnya terpampang jelas dimading pesantren ditambah dengan fitnah yang mengatas namakan dirinya, tentu perempuan malang itu merasa lelah dengan sandiwara yang di ciptakan Zahra beberapa hari yang lalu, dirinya tidak habis pikir Zahra rela menjual kehormatannya demi memenangkan cinta gus ryan.

“inilah buah dari pohon yang bernama ikhlas dan senantiasa bersabar atas segala ujian yang allah berikan ada hikmah yang tersimpan rapi didalamnya”

Pernah mendengar kisah cinta diam-diam ali dan Fatimah, sebuah kisah yang sangat luar biasa, kan? Saat pertama aku melihat gus ryan tepat disebuah jalan yang kala itu teramat sepi, hanya ada aku, gus ryan dan beberapa laki-laki berbadan kukuh yang sangat mengerikan yang biasa disebut pereman, laki-laki bernama gus ryan itu maju dengan segala keberaniannya melawan para pereman itu dan melindungi Perempuan kotor sepertiku yang sangat ketakutan dengan  hambusan nafas yang memburu, disempurnakan keringat dingin yang membasahi tubuhku, hingga tiba suatu hari iya datang ketempat kotor itu menjemputku dan membawaku menuju tempat yang dimana kedamaian itu berada yakni pesantren. maka saat itu juga aku mengaguminya dan berharap kisahku sama seperti ali dan Fatimah.

Sama halnya dengan gus ryan, keduanya benar-benar berada pada situasi yang sama, gus ryan yang sedari tadi duduk dibangku kamarnya sembari menikmati secangkir kopi dengan disempurnakan rintik hujan yang membuatnya tersenyum samar saat alunan hati dan pikirannya memutar segala memori saat ia dan vania pertama kali dipertemukan dengan caranya yang unik, ia sungguh tidak menyangka rela menginjakkan kaki pada tempat kotor yang bernama diskotik untuk membeli seorang wanita yang telah hilang kesuciannya, menjalani beraneka macam haling rintang untuk memenangkan hati ummanya telah dijalaninya dengan penuh air mata dan tawa dan saat restu telah berkumandang tidak ada jalan keluar lain selain menghalalkan sang pujaan hati.

“Aryan” suara bariton khas umma halimat terdengar nyaring membuyarkan lamunan gus ryan

“iya um?”

“kok senyum-senyum, mikirin vania ya, ayo ngaku…” ucap umma Halimah yang membuat gus ryan menunduk malu dengan senyuman samar yang terlukis jelas dipipinya sembari mengingat scenario allah yang amat rumit, khususnya scenario kisah cintanya dengan vania.

“Terimaksih ya umma, karena telah memberikan restu untukku menghalalkan vania” ucap gus ryan dengan senyum sumringah

“Allah mempertemukanmu dengan vania, allah juga membuat hatimu berdenyut merdu ketika pertama kali kalian dipertemukan, dan getaran yang kau sebut cinta itulah yang menghadiahkan kebahagian dihati” ucap kiyai salim yang tiba-tiba saja datang

Mencintai Dalam Bayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang