Happy Reading
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.“Aku terlahir sebagai perisai bagimu dan aku diciptakan untuk membuatmu Bahagia tanpa mengenal tangisan kesedihan lagi setelah kita dipertemukan dengan caranya yang unik sehingga masa lalu yang kelampun tidak akan menjadi penghalang untukku mengkhitbahmu menjadi kekasih halalku”
"berjodoh atau tidaknya kedua insan yang saling mencintai, itu adalah takdir, tapi menolak ketetapan allah, tandanya tidak bersyukur.”
Gus Ryan melangkah angkuh menuju kelas tingkat dua dimana sang pujaan hati berada. Bukan niat hati kesana hanya untuk bertemu dengan Vania. Melainkan santriwati yang akan melaksanakan ujian harian sebelum mendekati ujian akhir semester.
“Assalamu’alaikum.” Gus Ryan mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum menginjakkan kakinya ke ruang kelas, pun di jawab serentak oleh para santri.
Kali pertama lelaki itu memasuki kelas, pandangannya terkunci kala bertemu dengan netra cantik milik Vania. Sempat saling melempar senyum sampai Gus Ryan sendiri yang memutuskan kontak mata itu. Ia melangkah menuju mejanya, memejamkan matanya menormalkan detak jantungnya yang berdegup kencang sejak tadi.
“Kalian tidak lupa bukan bahwa hari ini kalian ujian?.”
“Na’am Gus..”
“Baiklah, keluarkan satu lembar kertas dan bolpoin. Jangan sampai saya menemukan ada yang menaruh buku di atas meja. Semua buku tulis di taruh di dalam tas.”
Dengan satu kali perintah, semua santriwati mengeluarkan apa yang diminta Gus Ryan. Sebelum itu, mereka memulai aktifitas pagi ini dengan sama-sama berdo'a agar diberi kelancaran. Setelah itu, atmosfer di ruangan kelas tingkat dua menjadi sedikit mencekam. Karena soal yang diberikan Gus Ryan dapat dibilang sedikit lebih serius. Tabiat lelaki itu sekali ketika memberi soal pasti yang susah untuk membuat siapapun berniat menyontek.
Sedikit suntuk menunggu para santri menjawab soal, Gus Ryan memutuskan untuk berkeliling melihat para santriwati yang sedang serius menjawab soal. Gus Ryan terkekeh ketika melihat Vania yang menggerutu karena kesal dengan soal yang diberikan olehnya. Dia juga dapat melihat bibir perempuan yang sesekali mengerucut lucu membuat Gus Ryan terkekeh renyah.
Kakinya melangkah menuju ke bangku barisan kedua dimana perempuan itu tengah sibuk menjawab soal. Ia berdiri di sana, memperhatikan gelagat Vania yang tangannya sibuk menjawab soal.
"Serius sekali jawab soalnya Ning.” Ujar Gus Ryan dengan nada berbisik.
"ASTAGFIRULLAH!”
Seisi kelas dibuat terkejut karena pekikan nyaring dari Vania. Gus Ryan sama kagetnya, namun sebisa mungkin lelaki itu menormalkan mimic wajahnya. Vania mengusap dadanya lalu mengalihkan pandangannya menatap tajam ke arah Gus Ryan.
“Berisik banget sih, Vania!.” Tegur salah satu santriwati yang duduk di seberang kanan.
“Maaf yaa..” ujar Vania dengan netranya yang masih menatap tajam ke arah Gus Ryan.
"Gus.”
Gus Ryan dengan kekehannya lantas kembali berjalan menuju tempat duduknya. Dilihatnya jam untuk mata pelajaran yang ia pegang tinggal 10 menit lagi.
"Tinggal 10 menit, saya harap kalian sudah selesai.”
“Na’am Gus.”
“Mil, gue duluan ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Dalam Bayangan
Teen FictionBagi Gus Ryan menikah adalah rezeki paling berharga yang dititipkan Allah kepadanya. Berstatus seorang ning atau tidaknya perempuan yang menjadi istrinya kelak bukanlah suatu hal yang harus dipertimbangkan, yang terpenting dia adalah sosok Perempuan...