Jangan lupa vote. Enjoy reading 🌻
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Pada dasarnya, Islam memuliakan kedudukan seorang perempuan. Seorang cucu Adam yang senantiasa bertakwa kepada Rabbi-Nya pasti tahu bagaimana sikapnya terhadap perempuan yang belum halal baginya.
Jam menunjukkan pukul tiga pagi, semua santriwati bangun untuk melaksanakan solat tahajjud. Namun berbeda dengan kamar 302 sedang terjadi kegaduhan akibat membangunkan perempuan atau lebih tepatnya santri baru di pondok mereka. Dia adalah Vania, perempuan itu sangat susah sekali untuk dibangunkan. Bahkan Zahra sudah jengah untuk membangunkannya.
"Vania.. bangun atuh. Nanti kamu dihukum sama petugas jaga." Zahra terus mengguncangkan tubuh Vania.
"Eughh.." Vania yang merasakan tidurnya terganggu malah semakin menaikkan selimutnya.
"Vania.. cepat atuh ntar di marah. Vania, astaga Vanya cepat," ucap Zahra mendengar suara langkah petugas jaga yang sepertinya mendekat ke arah kamar mereka.
"Zahra tinggalin aja si Vania teh, kita langsung ke masjid. Nanti kita lagi yang dihukum," santriwati bernama Mila yang sekamar dengan mereka.
"Apa sih ribut-ribut?" tanya Vania dengan suara khas bangun tidur. Sungguh, dirinya sangat tidak suka jika ada yang mengganggu aktivitas tidurnya.
Vania lantas menundukkan tubuhnya dengan mata yang masih tertutup rapat, seolah setengah sadar. Berbeda halnya dengan Zahra yang terkejut dengan kedua matanya yang melotot melihat petugas jaga sudah mendekat ke arah mereka.
Zahra lantas menarik lengan Vania dengan kondisi perempuan itu masih setengah sadar. Otomatis, Vania linglung saat dirinya tiba-tiba ditarik dan diajak berlari oleh Zahra. Mereka menuju kamar mandi bersama santri disana. Zahra lalu mengambil air dan menyemburkan sedikit ke wajah Vania.
"Astaga, Zahra... gila lo?" Vania rasanya ingin mengumpat. Bayangkan saja hijabnya basah karena cipratan air.
"Kamu sih bebal banget dibangunin. Untung aja tadi petugas belum sampai ke nomor ranjangmu. Kalau nggak, aku yang bakal dihukum karena ngira nggak bangunin kamu."
Vania hanya menampilkan cengiran tak bersalahnya. "Kita mau ngapain sih?" Tanyanya.
"Solat tahajjud di masjid. Jadi kalau udah mondok itu, kamu akan ditekankan bangun setiap hari jam tiga pagi," jelas Zahra.
"Ck, ngantuk! Gue nggak biasa solat begituan. Gue mau balik ke kamar, lagian gue nggak tau niatnya apa."
Vania melangkah meninggalkan kamar mandi, namun Zahra kembali menarik lengannya dan otomatis membuatnya berhenti. "Kalau kamu balik, nanti kamu dihukum, Vania."
"Dih, apaan sih, dikit-dikit main hukum orang," gerutu Vania.
"Ya, makanya kalau nggak mau dihukum, ambil wudhu terus kita ke masjid. Saya pamit sebentar buat ambilkan kamu mukena di kamar."
"Yaudah, sono."
Setelah mendapatkan persetujuan Vania, Zahra langsung saja menuju kamarnya kembali untuk mengambil mukena. Sementara Vania mendengus sebal, mau tak mau dirinya harus ikut solat tahajjud. Soal niat, dia bisa tanyakan nanti pada Zahra.
Semua santri sudah berkumpul membentuk saf untuk menunaikan sholat sunnah tahajjud. Terlihat semua orang sudah mulai takbir, berbeda halnya dengan Vanya yang masih sangat mengantuk. Matanya berkedip tiada jeda, dan kepala yang menolak tegak. Vanya memulai takbirnya pada saat semua orang akan rukuk. Sungguh, perempuan itu kehilangan konsentrasinya kali ini. Saat semua hushuk dengan bacaan fatihah dan surah lainnya, Vanya terus saja menguap dan berusaha menegakkan kepalanya, tapi apa daya, rasa ngantuk yang menyelimuti dirinya erat tidak bisa ia lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Dalam Bayangan
Ficção AdolescenteBagi Gus Ryan menikah adalah rezeki paling berharga yang dititipkan Allah kepadanya. Berstatus seorang ning atau tidaknya perempuan yang menjadi istrinya kelak bukanlah suatu hal yang harus dipertimbangkan, yang terpenting dia adalah sosok Perempuan...