"Aduh, aduh sakit, Sayang."
"Siapa suruh tawuran, ha?!"
Setelah ia berteriak panik di halaman karena wajahnya yang tiba-tiba berubah Budi datang menghampirinya, Budi memberikan pukulan kecil di tengkuknya dan mengatainya berkali-kali kemudian dengan kasar menariknya masuk ke dalam gedung.
"Elu ye, dikasih tahu jangan ha he ha he malah teriak-teriak kayak orang gila! Kenape otak lu, ha? Dimakan rayap gegara jarang elu pake ape gimane?"
Pada saat itu Zikri meringis karena sikap Budi yang cukup kasar padanya, menarik tangannya dan menyuruhnya duduk di samping remaja laki-laki yang mengendarai motor bersamanya tadi. Dia dengar namanya Maman.
"Ini tuh demi harga diri, Sayang," ucap Maman dengan penuh percaya diri, langsung dibalas oleh pacarnya dengan menekan luka Maman.
"Rasain!" Setelah memarahi Maman, perempuan dengan celana pendek itu beranjak dan bergabung dengan sekumpulan perempuan lainnya, yang Zikri tebak adalah pacar dari para anggota geng ini.
Saat ini Zikri duduk dengan tubuh tegang, kedua kaki dirapatkan dan tangan diletakan di atas paha. Matanya terus menatap lantai keramik putih di bawahnya, memperhatikan semut-semut kecil yang memanjat meja kaca yang berada di depannya, Zikri tidak berani mengangkat kepalanya sedikit pun karena keberadaan perempuan-perempuan itu yang cukup mengganggunya.
"Lo kenapa duduk kayak anak perawan gitu, Fran?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Maman yang duduk di sampingnya yang sedang meminum soda kalengan.
Zikri menggelengkan kepalanya. "Enggak apa-apa," jawab Zikri secara singkat.
Maman memandang Zikri keheranan. "Lo aneh deh, dari tadi tingkah lo enggak normal, biasanya lo enggak kayak gini."
"Biarin aja Man, kagak usah ngurusin orang gila." Budi datang dengan raut wajah tidak ramah, terlihat begitu jelas jika ia masih kesal dengan perilaku Zikri yang aneh.
Zikri benar-benar tidak tahu harus apa, situasi ini sangat membingungkan dirinya terlebih sekarang dia berada di tempat yang cukup membuatnya tidak nyaman juga bersama orang-orang asing yang tidak dia kenal.
Di gedung ini sangat ramai dengan anak-anak anggota geng yang Zikri baru ketahui bernama AGILA saat melihat bendera besar yang terpasang apik di ruangan yang kini ia tempati. Di perkirakan anggota geng ini kurang lebih lima puluh orang, walau Zikri belum yakin tetapi melihat banyaknya orang yang berkeliaran di gedung ini membuatnya berani mengambil spekulasi.
Apa perempuan-perempuan itu anggota geng juga? Memangnya enggak apa-apa?
Zikri meremas celananya dan lagi-lagi ia merasa mual karena kegelisahan yang sedang menyerang, embusan napasnya perlahan terasa berat, beberapa kali mendesah kasar untuk memuaskan rongga paru-parunya yang terasa sempit.
Kayaknya aku harus ke kamar mandi buat wudhu atau cuci muka, biar hatiku agak tenang.
Baru saja mendongakkan kepala Zikri langsung menunduk kembali, penampilan perempuan-perempuan itu ternyata jauh lebih buruk dari perkiraannya, seumur hidup baru kali ini ia melihat perempuan-perempuan yang rela memperlihatkan tubuh mereka dan tanpa rasa takut menyentuh orang yang bukan mahramnya.
Memang cuma umi yang terbaik, lagi pula apa bagusnya pacaran? Pacaran enggak bisa bikin aku masuk surga, bikin kaya juga enggak.
Setelah mengumpulkan tekad Zikri mendongak menatap Maman yang sedang sibuk bermain ponsel. "Man, toilet di mana?" tanya Zikri tanpa basa-basi.
Maman melirik Zikri dan terdiam sebentar, terlihat ia mengernyitkan alisnya sebelum kembali menatap layar ponselnya. "Lo jalan ke belakang, ada pintu biru muda masuk aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEFRANO
Fiksi RemajaMuhammad Al-Khalifi Zikri terkejut bukan main saat ia tiba-tiba terbangun di tengah-tengah tawuran dalam keadaan yang cukup parah, padahal terakhir kali dalam ingatannya ia sedang mengantar kakak laki-lakinya ta'aruf bersama kedua orang tua mereka. ...