02:00 Ano on'na [ Anak laki-laki ]

154 22 1
                                    

  
HARUNO SAKURA

   HARUNO SAKURA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

   Sakura bersenandung mengendarai sepeda sambil memakan permen lolipop. Rambut berwarna merah muda Sakura tergerai panjang mengliuk-liuk di tiup angin. Terpasang di kepalanya, mengenakan headphone bluetooth berwarna hitam bertelinga kucing, memiliki lampu berwarna pink dalam telinga.

Sepeda Sakura, dia kendarai cepat melewati perumahan di lorong, di mana rumahnya berada, kemudian mengerem begitu sampai depan gerbang rumahnya, bertulis marga Haruno pada dinding samping gerbang.

Sakura mengetuk-ngetuk pagar, bermaksud memanggil seorang satpam bertugas berjaga dalam rumahnya. Padahal di bawah papan bertulis marga terdapat bell. Sakura memang tidak sabaran.

"Ah nona Sakura." Ujar satpam itu bernama Genma, yang selalu tak lepas sebuah batangan lidi berada di mulutnya.

Begitu pintu gerbang di buka, Sakura melepas lolipop di mulutnya—tinggal berukuran kecil sebelum bersuara, menanyakan salah satu keberadaan orang tua perempuannya. "Genma apa ibu sudah berada di rumah?" Mulai mengayun pedal sepeda ke dalam halaman rumah.

Genma mengkerut dahi, sesaat mengingat. "Nyonya sudah pulang 30 menit yang lalu, tapi kata nyonya ingin pergi keluar sebentar ke tetangga baru di sebrang jalan." Jelas Genma menunjuk dengan tangan ke arah rumah yang mirip seperti perumahan lain, layaknya rumah Haruno.

Sakura menaik alis serempak mendengar penjelasan Genma, setelah memakirkan sepeda dan menarik kunci ban sepeda, jika kunci di ambil maka terkunci rapat. Sepeda anti pencuri.

Sakura terdiam sesaat melihat rumah dua tingkat di ujung jalan, yang Sakura tahu dulu kosong dan sekarang kata Genma sudah memiliki penghuni.

"Oh, begitu ya." Jawab Sakura singkat. Beralih pandangan pada Genma. "Ya sudah terima kasih."

"Sama-sama." Balas Genma menarik senyum lebar.

Sakura berlanjut memasukan permen lolipop ke dalam mulutnya, sebelum berbalik pergi menujuh rumah, membungkus kedua tangan ke dalam saku jas sekolah berlambang Konoha.

"Nona Sakura saya sudah membuat roti susu rasa stroberi dan sup." Tanya Kushina selaku pengurus rumah, begitu melihat Sakura baru saja menginjak tangga memakai sendal kelinci, ke lantai dua di kamar gadis kelas 1 SMA itu.

Sakura menoleh, mengeluarkan lolipop dari mulutnya, melihat Kushina menunggu jawabannya. "Aku akan makan setelah ibu pulang." Sakura menghela nafas sesaat.

Kushina mengkerut dahi khawatir mendengar jawaban Sakura. "Tapi bagaimana kalau nyonya pulang terlambat? Nona bisa sakit perut nanti!"

"Ada yang harus ku tagih pada ibu, lalu aku akan makan sarapan ku." Kata Sakura tampa bantahan, menujuh kamarnya.

"T-tapi nona?!" Panggil Kushina, walau ujungnya Sakura tak memperdulikan, terlebih Sakura sudah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, yang tergantung papan peringatan bertulis Ketuk dulu sebelum masuk!

"Kushina, Sakura di mana? Apa anak ku berada di kamarnya sekarang?" Tanya Mebuki.

Kushina reflek terkejut, tiba-tiba nyonya rumah sudah ada di belakangnya. "Astaga!" Memegang dada.

Mebuki tekekeh, kemudian menujuk wajah menyesal mengejutkan Kushina. "Ah maaf ya!"

"Tidak apa-apa nyonya." Jawab Kushina menyungging senyum. Mata Kushina berkedip melihat seorang anak laki-laki berada di samping Mebuki, heran ini anak siapa?

Mebuki menyadari respon Kushina, bersuara. "Ah ini anak teman ku yang sekarang tinggal di sebrang rumah, di depan rumah kita." Jelas Mebuki penuh keceriaan. "Mereka pindah belum lama dua hari yang lalu." Akhir Mebuki menjelaskan.

"Oh begitu ya." Kushina menarik senyum simpul menyamakan tinggi anak laki-laki itu.

Kushina mengamati wajah anak laki-laki itu yang terlihat kurang ramah, namun wajah tampannya menutupi kekurangannya itu. Kushina tidak memperdulikan, kemungkinan dia sedang berusaha membaur dengan lingkungan, anak-anak bisa saja seperti itu.

"Hi." Sapa Kushina ramah.

Namun berujung Kushina tak mendapat balasan, selain keterdiaman sang anak. 'Apakah mungkin anak ini anti sosial?' Kushina hanya bisa beranggapan seperti itu.

"Hehe maaf ya Kushina, anak ini memang agak pendiam." Jelas Mebuki merasa tidak enak hati kepada Kushina, padahal bukan sebuah kesalahan yang perlu di besarkan.

Kushina berdiri tegak menatap Mebuki, lalu menggeleng kepala tak masalah. "Tak apa-apa nyonya," melihat anak laki-laki itu lagi. "mungkin dia belum terbiasa dengan lingkungan baru." Menarik senyum tipis memaklumi.

"Aku membawa anak teman saya ke sini, karena aku dan ibunya mau pergi belanja keluar bersama. Mengingat belum lama pindah dan perlengkapan bahan makanan mereka sedikit, jadi aku menawarkan diri ingin membantu." Melihat anak laki-laki di sampingnya sekilas, sembari memayunkan bibir sedih. "Sayangnya kalau aku pergi bersama ibunya, nanti anak ini sendirian, sebab ayah dan kakaknya tak ada di rumah. Ayahnya kerja lembur malam ini dan kakaknya ikut les sampai jam 7 malam."

"Jadi begitu ya." Kushina mengangguk mengerti.

Angguk Mebuki membenarkan, setelah menjelaskan secara rinci kenapa anak temannya ini, sampai dia bisa bawa kemari.

"Jadi anak ini akan ku titipkan ke Sakura." Mebuki melihat anak laki-laki itu yang sedari tadi diam, menyimak percakapan mereka berdua. Mebuki melihat Kushina. "Lagi pula kau juga bekerja hanya sampai jam 3 sampai anak mu pulang sekolah, nanti kasihan anak mu menunggu mu menjemputnya di sekolah, kalau aku titipkan ke pada mu."

Alis Kushina naik serempak tak yakin jika Sakura bisa mengurus anak kecil, walau hanya di titipkan sebentar, sebab Kushina sudah sangat mengenal sifat Sakura yang agak cuek dan keras kepala.

"Apa nyonya yakin? Saya bisa menjaganya sebentar, kalau perlu akan ku bawa jalan-jalan dengan anak ku."

Mebuki menggeleng tak enak merepotkan Kushina. "Tak perlu! Tidak apa-apa, lagian kami akan keluar 3 jaman, belum lagi kamu harus mengurus suami mu pulang kerja nanti." Ujar Mebuki tak keberatan sama sekali, jika di titip ke anaknya Sakura. "Kamu akan kecapean Kushina."

Kushina menghela nafas sesaat, tidak ada gunanya berdebat. Jadi Kushina tidak bisa berbuat apa-apa, selain menurut sebagai bawahan. Mebuki biar pun seorang nyonya, dia begitu sangat perngertian kepada pekerjanya. Tak heran kenapa Kushina tak keberatan menawarkan diri kepada sang majikan.

"Kalau begitu saya pamit ya nyonya."

"Iya hati-hati di jalan ya."

"Iya." Jawab Kushina menunduk kepala sekilas, kemudian beralih menatap anak laki-laki itu. "Dah anak tampan." Berlalu pergi ke dapur, mengingat tas Kushina dia tinggalkan di sana.

"Ayo ikut ibu ke atas, akan ku pertemukan kamu ke anak perempuan tunggal ibu."


***

Ano on'na [Sasusaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang