Happy reading 💕
***
"Letakan itu di sini." Tunjuk Mikoto kepada Sasuke kesebuah keranjang buah untuk memasukan buah jeruk, apel, dan stroberi kedalam. Kedua ibu dan anak itu berada di dapur. Sedang Itachi dan Fugaku berada di belakang halaman rumah menyiapkan alat-alat pemanggang.
Mengingat jam 7 malam di minggu ini. Mikoto mengajak teman di sebrang rumah untuk mengadakan pesta kecil-kecilan membakar daging bersama. Makanya mereka nampak sibuk menyiapkan keperluan bersama.
Suara bel rumah berbunyi berasal dari depan pagar.
Mikoto menaik alis serempak, tertengun sesaat begitu dia mengambil piring-piring di atas rak yang lumayan tinggi. Meyakini itu temannya pasti sudah datang. Mikoto melihat Sasuke sedang memasukan buah-buah ke keranjang. "Nak." Panggil Mokoto begitu Sasuke berpaling namanya di sebut. "Tolong bukakan pagar." Meletakan piring atas meja makan. "Itu pasti mereka sudah datang." Akhirnya.
"Baik." Jawab Sasuke, sebelum berlalu pergi membuka pagar.
Mebuki lebih dulu menyapa dengan mengangkat sebuah tas plastik berisi ice cream. "Selamat malam nak Sasuke."
Sasuke belum menyapa balik, sebab arah matanya lebih melihat ke arah belakang Mebuki. Di sana ada Sakura dengan seorang pria tua yang di yakini Sasuke itu ayah Sakura. Di beritahu oleh ibunya, ayah Sakura bernama Kizashi.
"Selamat malam, Sasuke kan?" Sapa Kizashi ramah menujuk jari telunjuk, mengingat-ingat siapa anak kedua Mikoto.
Sasuke masih belum menyapa. Anak itu terlihat masih diam.
Mebuki hanya bisa tersenyum, sembari memberi pukulan halus bahu suami. "Kau ini!" Bisiknya memperingati, merasa tidak enak kepada putra kedua Mikoto dan Fugaku. Kemungkinan kata-kata sang suami tadi bisa saja menyinggung anak mereka.
Kizashi mengusap bahunya merasa bersalah juga atas kata-katanya barusan.
Namun Sasuke nampak acuh tak mengubris, selain diam hanya ingin menunggu seseorang menyapanya juga. Dia juga bingung, tak tau kenapa dia ingin menunggu.
Sakura memiring kepala memberi senyuman dengan melambai tangan ke arah Sasuke, beserta permen lolipop terselip di jarinya."Hi anak kecil, kita bertemu lagi!" Menarik senyum lebar.
Sasuke sekilas berdehem menarik pintu pagar lebih lebar. Dia bingung dengan diri sendiri, telinganya seketika menghangat melihat keberadaan Sakura. "Silahkan masuk."
Terlebih dandanan Sakura tak memakai seragam SMA.
Gadis itu memakai pakaian manis dan juga girly. Memakai rok lipit gelap sepaha, baju atasan crop top garis hitam-putih satu tali, dan rambut tergerai, memakai jepitan hitam besar di dekat telinga. Tak lupa gelang rambut di tangan kiri, juga membawa sebuah ponsel berselikon Kuromi memiliki gantungan headset bluethoot. Sasuke baru melihat riasan ponsel itu.
Mebuki tersenyum senang, ikut masuk bersama sang suami di sisinya. Ketikan Sasuke memberi ruang membuka pintu pagar untuk mereka.
"Terima kasih nak Sasuke." Ucap Mikoto.
Sakura menyusul di belakang memasukan tangannya ke dalam saku rok, seperti mengambil sesuatu. Sasuke memperhatikan itu, sampai Sakura mendekatinya. Menyondorkan sebuah permen lolipop. "Cemilan waktu itu."
Sasuke diam memperhatikan permen itu tanpa niat mengambilnya. Permen lolipop rasa stroberi.
Sakura seketika gemas, sebab Sasuke tak kunjung mengambil. Sakura langsung meraih tangan Sasuke untuk mengambil permen pemberiannya.
Sasuke seketika terperanjat.
Sakura melihat arah lain, lebih tepatnya melihat-lihat halaman rumah. Bibir Sakura seketika cemberut ke satu tempat. "Hanya itu permainan mu? Ring basket?" Melihat Sasuke tak menyangka. "Tak ada perosotan atau mobil-mobilan anak-anak se usia mu?"
Sasuke menutup pintu pagar dan tak lupa menguncinya kembali dari dalam. "Aku sudah lulus SMP. Lagi pula aku juga tak membutuhkan nya kak."
Sakura tergelak mendengar kata singkatan kak oleh Sasuke. Sangat manis menurutnya.
Sebelah alis Sasuke naik. Mengingat kata-katanya ada yang lucu? Sampai Sakura tergelak? Namun berakhir Sasuke tak peduli dan hanya melihat permen di tangannya.
Sakura mengangguk-angguk kepala memahami. "Benar juga, kau kan sudah bukan anak SD lagi." Berpaling melihat Sasuke meratapi permen pemberiannya. Sakura mengerut dahi. "Kenapa? Kau tidak suka permen rasa stroberi?" Mendekat menjajarkan tinggi Sasuke. "Kalau kau tak suka, aku akan mengambil rasa permen lain di rumah."
Mata Sasuke mebelalak, sebab Sakura berdiri sedekat ini dengannya. Otomatis kakinya tanpa sadar melangkah mundur. Sakura terkejut, secepat mungkin menahan belakang kepala Sasuke agar tak terbentur besi pagar. "Astaga! Maafkan aku anak kecil, kau melamun ya?" Bernafas lega. "Kau hampir membuat kepala mu terbentur." Menatap khawatir.
Sasuke menunduk. Mendorong kedua bahu Sakura untuk menjauh. Telingannya terasa menghangat lagi. "Ayo kita masuk, semuanya menunggu di halaman belakang." Berjalan melewati Sakura. "Ayo akan ku antar kak."
Sakura memayunkan bibir menaik alis serempak. Heran juga bingung atas prilaku Sasuke. Namun di selingi rasa bersalah membuat anak itu terkejut. "Baiklah." Berjalan mengikuti Sasuke dari belakang.
Tiba mereka berdua di halaman belakang, dekat kolam renang di sana semuanya berkumpul. Terlihat ayah Sakura dan ayah Sasuke sedang memanggang daging, serta ibu Sakura dan ibu Sasuke sibuk memotong-motong buah.
Dahi Sakura mengkerut tipis melihat seorang laki-laki nampak familiar dalam pandangannya, begitu Sasuke dan Sakura berjalan lebih mendekat. Laki-laki itu sedang membantu meletakan daging yang sudah di bakar ke atas meja makan.
"Kak Itachi?" Tunjuk Sakura menanam ingatan, bila tak salah orang yang rupanya dia kenali.
Suara Sakura lumayan keras, hingga semua mata tertujuh ke arah gadis itu.
Itachi dan Sakura saling pandang dalam keheranan yang sama.
"Eh adik kelas?"
Alis Mikoto serempak terangkat menyadari dalam artian respon mereka. "Kalian saling mengenal?" Tak menyangka.
Itachi melihat ke arah ibunya. "Iya kenal semenjak menjadi casis." Menggaruk tengkuk tak gatal. Itachi sesaat merasa canggung.
Mebuki tersenyum lebar, melihat Sakura dan Itachi secara bergantian. "Wah! Kebetulan yang sangat membahagiakan!" Sekilas menepuk tangan.
Sasuke melihat arah sang kakak dan Sakura. Tiba-tiba isi hatinya berubah mendung, sebab ternyata mereka berdua lebih dulu saling kenal. Di banding dirinya.
Sasuke bahkan sampai bergumul dalam hati, kenapa dia menjadi murung dengan alasan tak penting ini? Kenapa dia harus peduli?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ano on'na [Sasusaku]
Fanfiction[ Slow update ] beberapa chapter di revisi ♡ "Hey anak kecil!" Sahut Sakura mengacak- ngacak rambut Sasuke gemas. Sasuke merasa tidak suka di perlakukan begitu menyingkirkan tangan Sakura kesal. "Nck! Hentikan! Aku bukan anak kecil!" Sakura memayunk...