Suara musik speaker berganti ke JK- Closer to you Ft. ML. Sakura lebih mengeraskan sedikit volume musik.
Sasuke mendengkus melihat malas pernak-pernik ruang makan yang menyambung dengan dapur. Dia rasa ini akan membosankan dalam waktu 3 jam.
Sakura meletakkan speaker dan ponsel ke atas meja, membuka sebuah penutup saji aluminum terdapat roti susu selai stroberi dan sup yang nyatanya sayur. Sakura berdecak melihat menu yang terlalu sehat ini. Sungguh dia tidak terlalu menyukainya.
"Hei! Anak kecil." Panggil Sakura, menarik kursi meja makan. "Duduk lah, kau sudah sarapan atau belum?"
Sasuke berjalan mendekati Sakura. "Sudah sejam yang lalu." Menjawab singkat.
Sakura mengangguk sekilas, menarik senyum. "Tepat sekali, apa kau suka roti dan sup sayur?"
Sasuke melihat arah meja makan terdapat menu makanan yang Sakura maksud. "Itu di buat bukan untuk ku, bibi bernama Kushina tadi bukannya menyuruh mu untuk makan?"
Sakura seketika tergelak kagum, mendengar perkataan Sasuke yang sial itu memang benar. Sakura merasa anak ini tidak normal, sebab jawabannya dan pertanyaannya, bukanlah sifat anak-anak pada umumnya. Bahkan tak ada panggilan embel-embel kakak?! Hey dirinya lebih tua darinya loh!
Sakura menongkah satu tangannya atas kepala kursi. Mengingat pada diri sendiri untuk bersabar. "Lalu kau suka apa? Aku hanya pandai memasak mie instan sejauh ini." Jelas Sakura menyilang tangan depan dada. Padahal Sakura berbohong. Dia hanya malas saja untuk melakukannya.
Tidak mau repot.
Sasuke menggeleng ringan. "Tidak perlu, aku belum lapar."
Mulut Sakura rasanya gatal ingin mengumpat dan berkata kasar. Padahal Sasuke hanya berkata hal yang jujur, tapi Sakura merasa anak itu terdengar menyebalkan dari cara bicaranya.
Sakura berdecak. "Apa kau punya rekomendasi lain untuk 3 jam kedepan?" Menarik satu alis.
Sasuke menggeleng. "Tidak tahu." Memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana, sekedar menghindari topik. Sasuke tidak tahu cara berinteraksi lebih dengan perempuan, salama itu hanya dengan sang ibu.
"Lalu?" Sakura menyilang tangan depan dada memainkan permen lolipop di mulutnya.
Sasuke belum menjawab. Dia melihat arah lain, memperhatikan seluruh barang-barang di ruangan ini, hingga onyxnya tertujuh pada televisi layar lebar di ruang tengah. Ruang tamu. "Apa bisa aku menonton saja?" Tanya Sasuke, melihat Sakura yang ikut melihat arah padangnya tadi ke arah televisi.
Sakura melepas permen lolipop dari mulutnya. "Boleh." Jawab Sakura enteng menarik senyum.
Kemudian senyuman Sakura berganti datar.
"Tapi ada syaratnya." Sakura berkacak pinggang, merendahkan sedikit tubuh ke arah Sasuke yang lumayan pendek di banding dirinya. Sasuke reflek mundur dalam keterdiaman, sebab wajah Sakura ikut maju mendekat dengan wajahnya. Berhasil membuat Sasuke terperanjat.
"Panggil aku kakak!"
Sasuke mencari-cari celah menghindari situasi tak mengenakan dalam runggunya. Entah kenapa jantung, beserta sistem pernafasnya tiba-tiba tak terkendali, layaknya di kejar-kejar sesuatu. Organ tubuhnya bekerja tak sesuai keinginannya. Sasuke jadi bingung tiba-tiba dia tidak bisa mengekspresikan suasana hatinya. Aneh?!
Sakura memiring kepala menunggu jawaban, sebab Sasuke masih dalam mode diam. Jadilah saling menatap satu sama lain.
"Kenapa? Keberatan memanggil ku kakak?" Sakura memundurkan badan, berganti menyilang tangan depan dada. "Aku lebih tua dari mu anak kecil, bersikap sopan lah pada ku."
Sasuke bukan tidak ingin memanggil Sakura dengan sebutan kakak, hanya dia masih belum bisa memanggilnya untuk sekarang, mulutnya masih sulit untuk memanggil sebutan Sakura seperti itu. Apa lagi dia baru mengenal gadis itu.
"Kalau kau tak memanggil aku kakak, aku tidak akan mengijinkan mu menonton televisi!" Jelas Sakura memakan permen lolipopnya.
Sungguh Sasuke tidak memperdulikan televisi itu. Dia hanya bosan saja ingin bersantai dan menonton, sampai ibunya kembali bersama ibu Sakura. Di ingat Sasuke, ibu Sakura bernama Mebuki.
Sakura memayunkan bibir. Sasuke sedari tadi diam saja membuat Sakura merasa kesal. "Okay kalau kau tak memanggil ku kakak. Jangan berbicara pada ku untuk meminta ijin atau meminta tolong!" Mulai berbalik pergi.
Sasuke menjadi merasa bersalah pada Sakura, tak memanggil orang lebih tua darinya dengan sebutan yang pantas. Sasuke juga masih membutuhkan gadis itu dalam waktu 3 jam, sebab ini bukan rumahnya. Jadi dia tak bisa membiarkan Sakura pergi meninggalkannya di sini sendiri begitu saja. Walau pun rumahnya berada di sebrang dan dia bisa pulang. Tapi kunci rumah bukan dia yang pegang, melainkan sang ibu.
"Ka—" ralat suara Sasuke terbata.
Namun sebutan tak terlanjut dari belah bibir Sasuke, berhasil menghentikan langkah Sakura pergi ke kamarnya. Gadis berambut merah muda itu berbalik tak menyangka. Dia merasa kekesalannya mulai menghilang, mendengar prakata tak lengkap dari Sasuke memanggilnya sebutan Kak.
"Kak Sakura" Sahut Sasuke sekali lagi, kemudian melihat arah lain. Kenapa dia jadi malu dan tegang begini, hanya menyebut panggilan itu?!
Sakura menarik senyum, berjalan maju mendekati Sasuke. "Coba panggil aku seperti tadi." Suruh Sakura tak henti tersenyum.
Sasuke berdehem. Dia malah jadi malu. Sekejap dia jadi hilang minat untuk memanggil Sakura dengan sebutan kak.
"Ayo! Aku hanya ingin mendengarnya satu kali lagi." Mengedipkan kelopak mata.
Sasuke melihat arah lain. Haruskah Sakura berekspresi seperti itu?! Sasuke merasa tambah malu sekarang!
"Sekali saja!" Tuntut Sakura tak sabaran.
Sasuke mendengkus, selain hanya bisa menurut. "Kak Sa—kura." Bergumam.
Sakura tergelak melihat tingkah lucu Sasuke memanggilnya kak, dengan ekspresi malu dan cueknya.
"Okay ayo kita nonton tv!"
Sakura senang, setidaknya Sasuke mau bersikap sopan dengan panggilan untuknya yang lebih baik.
...
Sasuke - "Jangan lupa vomen kalian ya! Aku ngambek nih!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ano on'na [Sasusaku]
Fanfiction[ Slow update ] beberapa chapter di revisi ♡ "Hey anak kecil!" Sahut Sakura mengacak- ngacak rambut Sasuke gemas. Sasuke merasa tidak suka di perlakukan begitu menyingkirkan tangan Sakura kesal. "Nck! Hentikan! Aku bukan anak kecil!" Sakura memayunk...