Sakura melepas headphone dan ransel asal di atas kursi dekat meja belajar, sebelum menyalakan musik lewat speaker dengan menyambungkan bluetooth ke ponsel. Sakura memutar lagu barat ke sukaannya AG-Fantasize. Sakura menginjak penginjak khusus tong sampah mini hingga penutup terbuka, membuang permen lolipop yang sudah menjadi batangan.
Alis Sakura sejemang bertaut mendengar suara pintu kamarnya di ketuk dari luar. Terdengar jelas, sebab suara musik yang di putar tidak terlalu keras atau pun pelan. Di tengah-tengah, masih bisa kedengaran. Merotasi mata, menghela nafas kesal mematahkan gagang pintu, lalu menariknya ke dalam.
"Bibi Kushina sudah ku bilang, aku tidak mau makan, kalau ibu belum pul—" melemas bahu. "—lang." Sakura pikir itu Kushina. Ternyata ibunya yang dia cari.
Emerald pada mata Sakura turun ke sisi tubuh sang ibu. 'Siapa anak ini?' Batin Sakura, terlihat bingung dari raut wajahnya.
Mebuki menyentuh sebelah bahu anak laki-laki berada di sisi tubuhnya, dengan senyuman. "Sakura ini anak teman ibu."
Alis Sakura terangkat satu. Berpikir apa hubungannya membawa anak teman ibunya? Kepadanya?
"Lalu?" Tanya Sakura mengambil ponsel untuk memelankan suara musik.
"Ibu ingin menitipkannya pada mu."
Kedua alis Sakura serempak terangkat. Dia tidak salah dengarkan kata ibunya kan? Namun Sakura mendengarnya sangat jelas Di titipkan padanya. Bahkan kata-kata itu sudah dia garis bawahi dalam otaknya.
"What?! Ibu bercanda kan?!"
Sakura anak tunggal, mana bisa dia mengurus anak kecil! Bahkan mengurus dirinya sendiri, sudah membuatnya repot, malah di suruh mengurus anak orang lain.
"Emang wajah ibu kelihatan becanda begitu?"
Sakura menyunggar rambut seraya menggeleng, lalu berkacak pinggang melihat anak laki-laki yang nampak diam layaknya pajangan. Sakura mengambil toples kaca lolipopnya di meja naskas samping tempat tidur, yang kini berisi satu lolipop.
'Sial!' Umpat Sakura dalam hati mengambil lolipop tersisa satu tersebut, membuka bungkusan, dan memakannya. Apakah ini yang di sebut tidak ada pilihan? Memang ya, sebab ingin di tagih oleh Sakura pada sang ibu adalah permen manis ini. Dia jadi sulit untuk menolak tawaran ibunya kalau begini!
"Ibu minta tolong jaga dia sebentar ya, soalnya ibu dan teman ibu mau pergi ke pasar bersama." Mohon Mebuki, masih tetap setia berdiri di ambang pintu kamar sang anak. Membawa seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, yang Sakura tidak kenal sama sekali itu.
Sakura tak berucap kata, selain melihat rupa anak teman ibunya itu datar, sambil memakan permen lolipopnya. Mengingat Sakura saat ini masih berseragam SMA, sebab gadis itu belum lama pulang, bahkan belum sempat berganti pakaian. Datang-datang malah di suruh menjaga anak orang.
Sakura menghela nafas panjang. Dia pikir ini akan merepotkan mengurus anak kecil, namun melihat cara anak kecil itu memandang. Membuat Sakura berpikir, anak kecil itu tidak sama mungkin dengan anak-anak lain. Maksudnya tidak rewel atau ke kanak-kanakan mungkin?
"Ini tidak akan terlalu lama kok, paling 3 jam-an." Susul Mebuki merasa Sakura sama sekali belum kunjung menjawab.
Sakura melepas lolipop dari mulutnya protes. "But itu lama bu!"
"Nanti juga tak terasa, kamu pikir belanja itu hanya semenit?" Mebuki menghela nafas kesabaran untuk meladeni putrinya ini.
Sakura merotasi mata, melepas jas sekolahnya, dan melempar asal ke atas tempat tidur bernuansa merah muda. Walau penampilan Sakura tidak bisa di sebut imut, biar pun terlihat girly, namun ada sedikit sisi meskulin. Sakura duduk di ujung tempat tidur menatap sang ibu, kemudian beralih ke anak laki-laki itu penuh pertimbangan.
Namun dia tidak bisa menolaknya, walau dia mau. Permennya sudah habis, dia tidak ada pilihan.
Sakura menghela nafas berat. "Baiklah." Jawabnya menyetujui.
Menimbulkan senyum lebih lebar untuk Mebuki.
"Tapi seperti biasa bu, belikan aku setoples permen lolipop." Menunjuk sebuah toples kosong di meja naskas samping tempat tidur, dengan lolipop di tangan. "Permennya sudah habis."
"Tentu ibu akan membelikannya untuk mu." Sahut Mebuki senang, kemudian beralih pada anak di samping setinggi pinggulnya. "Nak, kamu tidak apa-apa kan tinggal sebentar bersama anak ibu?" Tanya Mebuki penuh perhatian.
"Iya tidak apa-apa." Jawab anak laki-laki itu terdengar dingin.
Mebuki memayunkan bibir, mengidik bahu sesaat. Tak mengira anak temannya ini akan merespon seperti itu. Mebuki menghela nafas lega, setidaknya Sakura mau menjaga anak ini sebentar.
"Okay, ibu pergi ya." Akhir Mebuki berlalu pergi meninggalkan keduanya.
Terjadilah keheningan sesaat, kecuali suara musik berasal dari speaker bluetooth.
"Siapa nama mu?" Tanya Sakura memangku satu kakinya ke atas paha, sambil memainkan ujung anak rambutnya yang tergerai panjang sebahu.
"Sasuke."
Sakura mengangguk-angguk kepala setelah tahu nama anak laki-laki itu. "Aku tidak memiliki apa pun untuk memberi mu cemilan." Mengangkat toples kosong. "Ikut aku ke dapur." Beranjak dari kasur, kemudian menggulung lengan kemeja sampai batas sikut dan mencepol asal rambutnya, menggunakan gelang rambut hitam berada di lengan kiri.
Tanpa sadar Sasuke tersipu melihatnya.
Sakura mengambil speaker dengan lagu masih menyala. "Ayo." Berjalan mendahului Sasuke. "Jangan lupa tutup pintunya lagi." Suruh Sakura, begitu Sasuke mulai mengekori.
Sakura memasukan lolipopnya lagi ke dalam mulut.
Sasuke menghela nafas sesaat, tanpa berucap menarik daun pintu kamar Sakura untuk di tutup.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ano on'na [Sasusaku]
Fanfiction[ Slow update ] beberapa chapter di revisi ♡ "Hey anak kecil!" Sahut Sakura mengacak- ngacak rambut Sasuke gemas. Sasuke merasa tidak suka di perlakukan begitu menyingkirkan tangan Sakura kesal. "Nck! Hentikan! Aku bukan anak kecil!" Sakura memayunk...