prolog

1.4K 80 0
                                        


Savian Sandhyā Regananta, Vian ia yang menyukai senja, ia yang begitu suka melukis, ia yang yang tak pernah mau bercerita dalam hal apapun, ia yang selalu bisa menutupi luka lukanya dengan senyum manisnya itu, si anak tengah yang selalu di paksa untuk menjadi sempurna.
Tanpa bertanya apa yang ia suka,apa yang ia mau tanpa pernah menanyakan rasa sakit yang ia rasakan.

Vian iri dengan saudara saudaranya yang lain apalagi terhadap adik bungsunya yang selalu mendapatkan kasih sayang lebih dari kedua orangtua dan kakak kakanya.

Vian tidak membenci sang adik ia hanya iri karena bagi nya hal yang paling berharga sekarang adalah adik bungsunya yang selalu menemaninya meski tidak sepenuhnya seperti itu namun Vian tetap bersyukur karena masih ada salah satu keluargnya yang menyayanginya.

Vian yang selalu di cap anak yang bodoh karena tidak sepandai dan secerdas kakak dan adiknya dalam hal akademik, padahal kecerdasan manusia itu tidak di ambil dalam hal akademik saja.Si pembawa sial yang selalu di katakan oleh ayahnya.

Dan pada akhirnya Vian yang yang selalu menatap senja,Vian yang selalu melukis dengan lihainya, Vian yang selalu tersenyum manis meski sakit,Vian yang memiliki mata hazel yang begitu indah dengan binarnya senyap dan di gantikan dengan kegelapan tanpa ujung dan kekosongan yang menemaninya.dengan rasa sesak dan menyakitkan tanpa ujung di dadanya.


"Senja telah mengajarkanku apa arti dari mengikhlaskan terlebih jika itu menyangkut takdir yang kita terima" dan

"Senja mengajarkan kita bahwa keindahan tak harus datang lebih awal"

Savian Sandhyā

Cerita Sandhyā Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang