Sung Suji 5 suara
Myeong Jaeun 2 suara
Harin terdiam, ia terkejut dengan hasil kali ini.
'2 suara? siapa orang tolol yang milih dia sih?'
Wooyi, teman sebangkunya juga mempertanyakan bagaimana bisa Jaeun mendapatkan suara.
...
"Seseorang telah memilih kita"
Dan Pyo Jiae 0 suara.
"Lalu bagaimana dengan Jiae?"
"Sudah jelas, sahabatnya menghianati"
"Lalu, apa ada cara biar kita bisa bantu?"
"Apa aja, atau kamu ada ide?"Suji hanya terdiam, posisinya sudah baik lalu ia harus apa?
Jaeun menatap Suji bingung, mengapa sikapnya berubah 180 derajat.
"Dasar penipu"
"Apa?"
"Kamu bakal ngelakuin kayak Seungyi juga kan?"
Suji mengambil napas dalam-dalam.
"Dengar, aku ngga sebaik yang kamu pikirkan"
"Aku sangat normal"
"Dan kenapa aku harus membantu Jiae cuma karena kasihan?"Jaeun tak mengerti dengan pemikiran Suji.
"Aku hanya bersikap egois seperti dia sendiri"
"Jadi ucapanmu ingin menghancurkan permainan ini hanya bualan belaka?"
Pertanyaan yang dilontarkan menusuk hatinya.
"Tepati janjimu, Sung Suji"
"Maaf, tetapi keadaan sudah berubah, aku bukan lagi tingkat F"
...
Harin tersenyum ketika berpapasan dengan Suji
"Selamat, sayang"
Ia genggam kedua tangan Suji
"Kamu ngga bakalan jadi F lagi, aku bakalan bantu kamu"
'Bantu?'
'Ya, aku tingkat C sekarang'
'Entah apa yang bakal kamu lakuin, aku ngga peduli'
Suji memasuki kelas, seketika semuanya terdiam. Ia tahu bahwa dirinya bukan lagi tingkat F.
Ia ambil pulpen di mejanya dan sengaja dilemparkan itu ke salah satu siswi yang pernah mengejeknya.
Tttuk
Siswi itu segera mengambil dan mengembalikan tepat di mejanya.
Tiba-tiba suara peluit berbunyi membuat kaget semua siswi.
Dayeon dan antek-anteknya bersiap membully Jiae, namun Doah telah terlebih dahulu menghentikannya.
"Dayeon, sesi perpeloncoan dimulai satu hari setelah voting, tolong ikuti aturannya."
...
Hari berikutnya menjadi lebih baik dari sebelumnya untuk Suji.
Teman sekelas yang dulu membulynya satu per satu mulai mendekati dan mengajak berteman.
Seolah mudah sekali mengajaknya melupakan perlakuan sebelumnya.
Yah, setidaknya ini lebih baik.
Katakan ia egois, tapi ia bisa apa.
Tetapi seiring berjalannya waktu, ia harus tetap bersiap karena bisa saja ia akan menjadi tingkat F lagi.
"Lagi dimana?
"Kepo banget jadi orang"
"Aku tau kamu lagi sama Jaeun"
"Bukan urusan kamu"
"Balik sama aku, tunggu di parkiran"
"Kenapa kamu?"
"Bisa ga kamu berhenti ngerecokin aku, kita udah putus ..."
"Siapa bilang?, aku ngga setuju"
"Hah?"
"Kita ngga akan pernah putus, Sung Suji, aku ngga mau"
"Kamu gila, Harin"
...
Harin berdiri di depan pintu rumah Suji, tangannya tak berhenti mendial nomornya.
Tak ada jawaban.
Mata-mata suruhannya memberitahu kalau Suji ada di salah satu bar.
Tanpa ba bi bu, ia langsung berangkat menemui Suji.
Harin memasuki bar dengan langkah mantap, tatapannya tajam menembus keramaian di dalam. Langkahnya mantap, tanpa ragu, menuju ke arah Suji.
Ia melihatnya, Suji tengah duduk di depan meja bar dengan segelas wine nya.
"Pulang!"
Suji mengangkat kepalanya, wajahnya menunjukkan kejutan.
"Engga!"
Harin menatap Suji dengan tatapan tajam, mencermati setiap ekspresi yang terpancar di wajahnya."Kamu tahu betul apa yang harus kamu lakukan," ucap Harin dengan suara rendah namun penuh dengan kepastian.
Suji menatapnya dengan tatapan penuh pertimbangan, sepertinya berusaha mencari cara untuk menghindari situasi yang semakin tegang.
"Harin, aku sudah bilang, aku ngga bisa pulang," jawab Suji dengan suara yang tetap tenang namun penuh dengan ketegasan.
Harin merapatkan langkahnya, mengambil posisi yang lebih dekat dengan Suji. "Kamu tahu konsekuensinya, Sung Suji."
Suji menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan gelombang emosi yang mulai menghampirinya.
Namun, di balik kesadarannya bahwa dia harus bertahan dengan keputusannya, Suji juga merasakan keraguan yang mendalam.
"Harin, aku... Aku ngga bisa," ucap Suji dengan suara yang hampir terdengar gemetar.
Harin mengangkat satu alisnya, ia tarik pergelangan tangan Suji dan menyeretnya keluar dari bar.
To be continued
Aku minta maaf ya guys baru bisa update