Khaotung terdiam,
Kedua tangannya mengepal erat menyaksikan sesuatu yg harusnya tidak membuatnya terkejut tapi nyatanya kini jantungnya berdegup dgn amarah.Sudah beberapa kali Khaotung menerima surat kaleng yg entah darimana datangnya, berisi beberapa lembar foto ayahnya dan seorang wanita yg Khaotung yakin itu adalah wanita simpanan ayahnya. Meski awalnya Khaotung merasa ingin marah dan tidak terima karena ayahnya memiliki wanita lain selain ibunya. Namun setelah kesekian kali mendapat kiriman foto foto tersebut membuat Khaotung mulai terbiasa dan berpikir itu pasti ulah saingan bisnis ayahnya.
Tapi sekarang,
Ketika melihat sang ayah bermesraan dgn wanita lain tepat di depan matanya,
Khaotung tidak terima, ingin marah serta kecewa begitu menguasai dirinya. Menyaksikan di depan sana laki laki yg dulu begitu dia banggakan dan jadikan panutan kini mengkhianati ibunya dgn begitu teganya membuat Khaotung mulai muak.Khaotung masih bisa menerima jika dirinya seakan tidak di butuhkan oleh kedua orang tuanya. Tapi jika itu tentang ibunya, dia tidak bisa untuk tetap menahan diri. Meskipun dia tau mungkin ibunya juga tidak peduli padanya, tapi setidaknya dia tetaplah wanita yg melahirkannya, wanita yg tetap akan dia hormati.
Khaotung membulatkan tekadnya, kakinya perlahan bergerak dia harus meminta penjelasan pada ayahnya.
Namun setelah dua langkah kakinya kembali melemah dan berakhir memutar tubuhnya untuk berbalik dan pergi dari sana.
"Apa aku membuatmu menunggu terlalu lama?"
Tepat ketika Khaotung berbalik, First muncul disana dgn sebuah cup es krim di tangannya. Tidak lupa dgn senyum dan tatapannya yg penuh cinta pada Khaotung.
"Mereka menyajikan es krim juga saat pertemuan tadi, aku sengaja tidak memakannya karena mengingatmu."
Di tengah amarahnya, slalu saja First yg datang dan membuatnya kembali merasa tenang. First masih slalu menjadi satu-satunya orang yg membuat Khaotung sadar jika dia masih dicintai.
"Ingin makan malam di restoran hotel ini juga? Sepertinya makanan mereka juga enak."
Khaotung menggeleng sembari menyuapkan es krim ke dalam mulutnya. Dia memang berencana untuk mengajak First makan malam disana setelah pertemuan First dgn rekan bisnisnya. Tapi setelah melihat keberadaan ayahnya dan juga wanita itu disana, Khaotung tidak menginginkannya lagi.
"Tidak. Aku ingin makan di rumah saja."
"Baiklah. Kita pulang sekarang?"
First membawa tangannya untuk merangkul bahu Khaotung untuk membawanya pergi dari sana. First sempat melihat ke arah wanita yg sedang bersama ayah Khaotung untuk beberapa saat. Wanita tersebut entah hanya kebetulan atau tidak, dia juga melihat ke arah First bahkan tersenyum pada First yg menatapnya dgn tatapan yg sulit di artikan.
Tay meletakkan dgn cukup keras gelas kosong di tangannya ke atas meja, membuat wanita berambut panjang yg duduk berhadapan dengannya sedikit terkejut.
Jane, wanita cantik itu hanya berdecak di iringi dgn gelengan pelan kepalanya. Tay slalu seperti itu ketika sedang kesal atau berada di dalam suasana hati yg buruk. Raut wajahnya akan berubah seperti ingin membunuh seseorang. Jane saja sampai tidak berani untuk memulai pembicaraan lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Glass (FirstKhaotung) ✔️
Fanfiction"kau masih mencintaiku kan?" "Aku memang masih mencintaimu, tapi rasa itu tidak sama seperti dulu." "maaf karena telah menyakiti hatimu" "tidak apa, hatiku sudah mati rasa tidak akan terluka" * FirstKhaotung*