(A few weeks ago)
(Hanya kalimat yg tercetak miring)"Bagaimana kabar ayahmu?"
Wanita berusia hampir 40 tahun namun masih terihat cantik parasnya itu meletakkan dua piring makanan juga dua gelas minuman ke atas meja, untuk dirinya juga pria muda yg duduk berhadapan dengannya.
"Apa dia menanyakan ku juga?"
Berbanding terbalik dgn wanita yg begitu antusias membuka topik pembicaraan di antara mereka itu, lawan bicaranya justru hanya diam memperhatikan. Dia hanya memperhatikan wanita itu tanpa berkata apapun, tatapannya penuh amarah juga kebencian. Hanya saja dia masih menahan dirinya untuk tidak mencaci maki wanita yg menyadang predikat sebagai ibunya.
"First?"
Karena tidak mendapat mendapatkan respon apapun dari anaknya, wanita yg tidak lain ibu dari First itu berusaha untuk meraih tangan putranya. Sayangnya, sang putra semata wayang justru secepat kilat menarik tangannya seolah enggan bersentuhan dgn wanita yg sudah melahirkannya.
Ibu First menghela nafasnya lalu meletakkan sendok juga garpu di tangannya. Punggungnya bersandar pada sandaran kursi sembari memperhatikan putranya yg sama sekali tidak ingin menatapnya.
"Harusnya aku meminta Jane untuk datang juga. Kau bersikap sedikit lebih baik padaku setiap kali dia ikut."
First yg tadinya menatap lurus ke arah samping pun seketika berbalik melihat ke arah ibunya.
Setelah perpisahan kedua orang tuanya, First memang sangat membenci ibunya. Karena memang wanita itu adalah penyebab hancurnya keluarga kecil mereka. Memang perceraian ayah dan ibunya terjadi ketika First masih remaja, tapi First bukanlah anak bodoh yg tidak mengerti penyebab utama orang tuanya berpisah.
"Berhentilah melibatkan Jane dalam hal ini."
Akhirnya setelah cukup lama bungkam, First akhirnya mulai bersuara ketika sang ibu menyebut nama kekasihnya.
"Kenapa? Gadis itu sangat baik padaku, aku menyukainya. Ibu sarankan untuk kau segera menikahinya."
First berdecih, "kau tidak menyukainya karena dia gadis yg baik, tapi kau menyukainya karena dia putri tunggal dari keluarga kaya."
Mendengar pernyataan First yg begitu tegasnya, ibunya seketika tertawa pelan sembari menutup mulutnya. Putranya memang satu satunya orang yg paling memahami dirinya.
"Kau benar."
Seperti tanpa rasa bersalah atau semacamnya karena merestui hubungan First dan Jane hanya karena Jane berasal dari keluarga kaya, ibu First melanjutkan kembali makanannya. Sementara First kembali diam dgn tatapan marahnya.
"Ah ya aku baru ingat."
Wanita tua itu membersihkan bibirnya dgn tisu sebelum memulai kembali pembicaraannya dgn sang putra.
"Hari itu, bukankah dia putra dari keluarga Thanawat, pria yg bersama mu di hotel? Aku pernah melihat fotonya beberapa kali. Kalian terlihat sangat dekat."
First mengingat hari dimana dia bertemu dgn ibunya di hotel, saat dia menghampiri Khaotung yg sedang menunggunya. First tau ibunya juga bukan wanita bodoh yg tidak mengerti alasan di balik dirinya yg juga mendekati putra tunggal dari keluarga Thanawat itu.
"Nak, ibu ingatkan padamu sekali lagi. Berhenti berusaha mencari pembalasan atas hancurnya keluarga kita. Ayahmu yg menceraikan ibu, itulah kenapa keluarga kita menjadi seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Glass (FirstKhaotung) ✔️
Fanfic"kau masih mencintaiku kan?" "Aku memang masih mencintaimu, tapi rasa itu tidak sama seperti dulu." "maaf karena telah menyakiti hatimu" "tidak apa, hatiku sudah mati rasa tidak akan terluka" * FirstKhaotung*