HANIF'S POV
Pesawat akan lepas landas lima belas menit lagi, aku memandang suasana Mesir dari dalam pesawat. 3 malam 4 hari di Mesir terasa cepat berlalu, entah kapan aku bisa kembali menginjakkan kaki di negri Kinanah ini.
Aku mengambil handphone-ku lantas mengirim pesan pada Mama.
"Assalamu'alaikum, Sweetheart, Hanif sebentar lagi take off, doakan selamat sampai tujuan, ya, Cantik! Hanif bawa oleh-oleh banyak buat Mama dan dua bidadari Hanif. See you!"
Tombol kirim sudah ku tekan, lalu aku mengaktifkan mode pesawat. Terlihat pramugari menerangkan SOP keselamatan penerbangan, sebuah rutinitas yang sudah kuhafal.
Aku membuka galeri handphone, awalnya aku ingin mengganti wallpaper ku dengan foto terbaruku di Mesir. Pilihanku jatuh pada sebuah foto yang diambil Nala, foto dengan latar belakang piramida yang menjulang tinggi memperlihatkan detail piramida itu sendiri.
Penjelasan Nala tentang piramida masih terngiang-ngiang di telingaku. Ia berkisah tujuan awal pembangunan piramida adalah membuat tempat menyimpan mayat para firaun yang telah dibalsem alias diawetkan.
Namun, berkembangnya kepercayaan masyarakat Mesir Kuno membuat Piramida pun tidak hanya berisi mayat firaun. Bangunan limas raksasa itu menyimpan pula semua hal yang dibutuhkan untuk menopang perjalanan firaun menuju "dunia" berikutnya.
Digagas oleh Raja Fir'aun Djoser dengan hasil rancangan arsiteknya bernama Imhotep, sekitar 2650-2575 SM. Lalu dilanjutkan penguatan pondasi oleh Fir'aun selanjutnya, dua diantaranya Fir'aun Snefru dan Fir'aun Khufu.
Ingatanku kembali saat Nala mendapatkan pertanyaan dari salah satu wisatawan asal Malaysia,
"Cik Nala, Bagaimana caranya piramida built macam ni?" tanyanya dengan logat khas Melayu.
"Ah, nice questions, Ma'cik. I kena explain kejap. Menurut literatur, hingga kini belum diketahui secara pasti cara bangsa Mesir kuno mengumpulkan dan menata batu-batu besar penyusun piramida. Salah satu teori yang paling masuk akal adalah orang Mesir menggunakan tanggul miring dan melingkar untuk mengangkut balok-balok batu. Dan itu butuh waktu sebanyak 20 tahun dengan tenaga terkira 100ribu orang, begitu, Ma'cik" jelasnya.
"Encik Nala, nih, pandai betul lah explain hal rumit jadi nampak sederhana. Bila-bila awak visit KL, just call me, welcome to my home!" ucapnya.
Bukan hanya puan tadi yang terkesan, aku juga ikut terkesima. Saking terkesimanya, aku bahkan tidak menyadari kalau pesawat sudah lepas landas sejak tadi.
Lagi-lagi ingatan tentang Nala berputar begitu saja diluar kendali. Aku tidak mengerti apa yang terjadi, ini pertama kalinya seumur hidupku ada orang lain selain Mama yang tanpa sadar menghuni isi kepalaku.
Terlalu dini untuk menyebut aku menyukai Nala, bisa saja aku hanya sulit move on dari perjalananku di Mesir yang terlalu singkat.
'Namun berkesan karena bersama Nala'.Aku memilih memejamkan mata, alih-alih mendengarkan akal dan naluriku yang berdebat tentang Nala.
Aaaah ... Gara-gara Nala!!
🌹🌹🌹
Setelah mengedarkan pandangan ke seantero terminal kedatangan bandara Soetta, akhirnya aku menemukan Mbak Fira. Tubuhnya yang kelewat mungil membuat keberadaannya sulit dideteksi. Sama seperti Nala yang tahu-tahu ada didepanku sewaktu diganggu fotografer lokal.
Astaghfirullah, Nala lagi?! Aku tidak sanggup lagi.
Aku mendekati Mbak Fira perlahan dari arah belakang, lalu ....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Flying Husband
RomanceDunia penerbangan seringkali dicap penuh intrik dan kegelapan diantara affair para pilot dan pramugarinya. Namun siapa sangka masih ada beberapa berlian diantara tumpukan jerami. Ialah Gamaliel Hanif As-syauqi. Ia begitu menjaga akhlak dan ibadahny...