Pernikahan

88 11 1
                                    

Aku tunggu votement kalian!

⚠️Harap bijak dalam membaca⚠️

Typo tanda-in!!!

-Happy reading-

🦋🦋🦋

Malam pun tiba...

Kini keluarga Naava, dan calon suaminya sudah berkumpul di sebuah Restoran terkenal di kota R. Mereka memesan ruangan VIP, agar tidak terganggu orang lain, katanya. Maklum orang kaya mah bebas.

"Jadi, bagaimana? Apakah kalian mau, menerima perjodohan ini?" Tanya Quinzy.

Nevan William Morgan. Atau biasa dipanggil Nevan adalah seorang pebisnis muda, yang mempunyai sifat cuek bebek, pintu 100 kulkas, sayangnya ganteng. Nevan merupakan anak tunggal dari pasangan Vincent Ganendra Morgan-Papa dan Quinzy Aldila Morgan-Mama.

"Maaf tante, boleh kalo Naava diskusi dulu berdua sama Nevan?" Tanya Naava dengan sopan.

Setelah mendapat izin, Naava menarik Nevan pergi agak jauh dari orang tua mereka. Sedangkan para orang tua kembali berbincang sambil menikmati hidangan yang disajikan

Naava menaikkan sebelah alisnya. "Jadi?" tanya Naava, to the point.

Nevan bersidekap dada. "Memang Lo mau?" tanya Nevan balik. Tak lupa dengan wajah datarnya.

"Ya kagak lah, gue gak suka sama Lo!" sarkas Naava. Walaupun tampan, jika hatinya tidak mau. Bisa apa?

"Gue juga," balas Nevan.

"Ya sudah berarti gak terima kan?"

"Terima," jawab Nevan enteng yang membuat Naava kebingungan.

Lah? Tadi katanya gak suka, tapi diterima. Mau lempar ke rawa-rawa boleh gak sih? Batin Naava menggerutu.

"Aih, gimana sih lo! Kan, lo gak suka sama gue, begitu pun sebaliknya. Tapi kok diterima," sahut Naava.

Nevan diam, teringat dengan perkataan Papanya. Jika dirinya tidak ingin menerima perjodohan ini, maka perusahaannya akan diambil alih oleh Papanya, fasilitasnya juga akan dicabut.

Kalo gak kerja dan fasilitas dicabut, nasib Gue gimana? Batin Nevan bertanya. Papanya sangat memaksa, keras kepala. Argh!

Sudah mengerti?? Jadi, mereka menikah karena dipaksa. Bukan karena saling cinta.
Papa-papa mereka sangat egois

"Nevan!"

"Vaann!"

Naava melambaikan tangannya di hadapan wajah Nevan.

"Ah elah, melamun lagi," ucap Naava kesal.

"Sayang," bisik Naava tepat ditelinga Nevan.

Nevan tersadar dari lamunannya, kala mendengar kata "sayang" keluar dari mulut Naava. Kok jantung gue dag-dig-dug?!

"Eh?! Gimana sayang?" Tanya Nevan setelah tersadar dari lamunannya.

"Giliran dipanggil sayang aja, langsung sadar. Heran," batin Naava.

"Cih! Dari tadi Gue panggil gak menyahut-nyahut. H-hah? Panggil apa tadi?"

Nevan menggeleng "Lupa in."

"Liat aja keputusan gue, nanti," ucap Nevan. Saat akan melangkah untuk kembali ke tempat orang tuanya, tangannya tiba-tiba dicekal oleh seseorang. Siapa lagi kalo bukan Naava.

Naava TanishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang