Menuju Sraddha Memuja Sang Leluhur

18 3 1
                                    

Malam ini, istana dipenuhi para patih, para mentri, para bupati, dan kerabat Kerajaan Majapahit, berkumpul di Sitinggil atau Siti Hinggil.

Malam yang terang, diterangi oleh sang purnama. Di Sitinggil diadakan musyawarah untuk mengadakan acara tahunan, Upacara Sraddha Agung Dyah Sri Maharatu Mahadewi Gayatri Rajapatni, leluhur Majapahit yang agung yang sangat berjasa.

Para hadirin duduk di bangsal nya masing masing, dan Sri Baginda Maharaja duduk di Bangsal Manguntur yang terdapat di Sitinggil utama.

Musyawarah itu di buka oleh Mahapatih Majapahit, Mahapatih Arya Udhara Wijaya

“Dengan Restu dari Sang Hyang musyawarah agung ini aku buka", buka Mahapatih.

"Baginda akan melakukan kewajiban yang tak boleh diabaikan. Atas perintah sang leluhur Sri Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani, supaya pesta Sraddha Dyah Sri Maharatu Mahadewi Gayatri Rajapatni dilangsungkan setiap tahun nya. Oleh karena itu semua pembesar dan wredda menteri diharap memberi sumbangan untuk acara agung ini”, lanjut Mahapatih berbicara dihadapan semuanya.

Seperti tahun tahun sebelumnya para hadirin musyawarah langsung menyetujui nya, karena acara ini adalah acara tahunan dan diwajibkan dari masa pemerintahan Maharaja Sri Rajasanagara atau yang lebih kita kenal sebagai Maharaja Hayam Wuruk, dan diturunkan ke anak cucunya sampai ke masa ini.

Sebagai anak raja, Pangeran juga ikut duduk di dekat Maharaja, ikut dalam Musyawarah Agung ini.

.

Pagi harinya, datang para pendeta, para budiman, sarjana dan menteri di Sitinggil utama, mereka bersama-sama membicarakan biaya di hadapan Sri Baginda Maharaja.

Setelah mendapat kemufakatan, semuanya mulai bekerja, dimulai dari Sitinggil.

Pangeran dan balin berjalan berkeliling istana untuk melihat persiapan Upacara Sraddha Agung.

Mereka sampai di Sitinggil dan melihat para pelukis menghias sitinggil. Ada yang memperbaiki ukiran ukiran di Sitinggil, ada yang membuat bokor-bokoran, membuat arca, dan para pandai emas dan perak pun turut sibuk bekerja membuat persiapan.

Di Barat, mandapa dihias janur rumbai, tempat duduk para Raja.

Di Utara, serambi dihias megah sampai ke Timur, untuk tempat duduk Para isteri, pembesar, menteri dan pujangga, serta pendeta.

Di Selatan, beberapa serambi dihias untuk abdi.

Begitupun juga keadaan nya setelah mereka sampai di dapur dan gudang pangan istana.

Para pelayan dapur berlalu lalang kesana kemari menyiapkan bahan memasak untuk Upacara Sraddha.

Makanan diistana harus banyak, apalagi ini menyangkut upacara kerajaan yang agung, seluruh pejabat dan rakyat harus bisa merasakan nya.

Mereka berjalan lagi di kompleks Alun Alun dan halaman Istana sampai ke Sitinggil, dipenuhi oleh para prajurit, penari, dan petugas upacara lain nya untuk mempersiapkan Upacara Sraddha Agung

Bisa dibilang seperti gladi lah yah di zaman sekarang.

.

Setelah beberapa hari, persiapan upacara pun selesai, dan besok adalah hari dimana upacara akan di langsungkan.

.

*Mandapa sama dengan Pendopo

*Kalau ingin melihat suasana Majapahit, lihat saja suasana Bali saat perayaan agama hindu bali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TimeTravel : Pangeran Surya MajapahitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang