Perjalanan Menuju Gunung

15 4 0
                                    

Setelah selesai makan mereka menuju kandang kuda yang berada di belakang istana.

"Pangeran ada apa?, kenapa jadi dadakan pergi ke gunung pangeran?." Balin alias wira bertanya.

"Aku hanya melihat lihat saja di sana, karena dulu aku turun dari langit di atas gunung itu." Pangeran sedikit menerangkan.

Mereka pun menaiki kuda untuk melakukan perjalanan ke gunung tersebut.

Saat diperjalanan sesekali sang pangeran singgah hanya untuk menyentuh tanaman yang layu atau hampir mati, ajaib nya tanaman tersebut kembali hidup dan segar seperti telah mendapat sinar energi.

Balin hanya menatap tuan nya tersebut dengan tatapan biasa, ya karena keajaiban keajaiban ini sudah ia lihat semenjak ia kecil, karena mereka berdua tumbuh bersama di Istana Kepangeran.

Selain menumbuhkan kembali tanaman, masih banyak lagi keajaiban sang pangeran yang tidak seperti manusia pada umum nya.

.

Sampai di kaki gunung dan turun dari kuda kuda nya.

Gunung yang mereka datangi adalah Gunung Udarati, atau yang kita kenal dengan nama Gunung Arjuna.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Candi Sepilar.

Perjalanan yang masih asri, udara yang masih bersih dan segar, alam yang masih terjaga membuat Wira merasa takjub akan keindahan zaman dahulu.

Dibanding zaman dia di masa depan, alam sudah mulai tersingkir, udara sudah memburuk, jalanan yang ia lalui dari istana pangeran ke gunung udarati atau arjuna sangat berbeda, dizaman ini sepanjang perjalanan jalanan nya kiri kanan masih alam ada hutan, sawah.

Kalau dizaman modern, disepanjang perjalanan pasti akan menemukan rumah rumah hampir di sepanjang jalanan.

.

Sesampainya mereka di Candi Sepilar mereka duduk sebentar melepas penat dan menghidupkan menyan, serta berdoa untuk para leluhur dan alam.

Setelah cukup beristirahat mereka melanjutkan perjalanan pergi ke puncak gunung.

Ditengah perjalanan Balin alias wira berbicara kepada pangeran.

"Pangeran, kau sudah berumur 20 tahun, untuk seorang bangsawan apalagi anak seorang raja, di umur 20 tahun itu sudah bisa menikah pangeran" kata wira.

"Apakah kau belum mempunyai calon nya pangeran?" Lanjut wira.

Pangeran berhenti sejenak dan memandang Balin alias wira.

"Kau tahu sendiri dari ku kecil, aku hanya berada di Istana ku, kalau keluar pun hanya ke gunung ini saja, tidak pernah bertemu orang lain" balas pangeran sambil melanjutkan jalan nya.

Wira sejenak terdiam dan berfikir, betul juga apa yang dikatakan pangeran nya ini, apakah dia lupa bukankah dari dulu dia bersama setiap hari nya.

"Kalau begitu, aku akan membawa mu mencari calon jodoh mu" wira melanjutkan.

Wira berfikir bahwa kenapa seorang pangeran dari majapahit ini belum saja menikah, bukankah di umur 20 tahun itu para pangeran sudah menikah, kalaupun belum menikah mereka akan dijodohkan oleh orang tua nya.

Pangeran memandang sejenak ke langit yang cerah membiru.

"Biarkan ayahanda dan tuhan saja yang mempertemukan ku dengan jodoh ku, ayahanda dan tuhan lebih tau apa yang lebih bagus untuk ku" pangeran membalas dengan senyuman yang teduh.

Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan bermacam perbincangan lain nya.

.

Saat sedikit lagi sampai di puncak gunung, mereka dihadang sebuah batu besar dan semak yang berduri menghalangi jalan ke puncak.

Wira mengeluarkan golok nya dari pinggang samping kiri nya.

Disaat hendak menebaskan golok nya ke semak berduri tersebut, pangeran menghentikan nya.

"Tunggu balin, biarkan aku berbicara dulu kepada mereka" tutur pangeran.

Balin pun tidak jadi menebaskan golok nya, dan golok nya dimasukkan nya lagi ke sarung golok nya.

Pangeran mendekat ke semak dan batu tersebut dan sedikit menyentuh daun dan batu nya menggunakan tangan nya.

Tidak berapa lama, semak tersebut seperti menyingkir dari jalan, dan batu besar pun menggelinding ke samping membukakan jalan untuk keduanya.

"Ayok balin, kita lanjutkan perjalanan, sedikit lagi nyampe nih" kata pangeran.

"Baiklah pangeran" balas balin.

Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan mudah ke puncak gunung tersebut.

.

Sesampainya di puncak, pangeran duduk di sebuah batu besar, dan balin pun ikut duduk di bawah batu besar tersebut.

Seketika awan menaungi keduanya, angin pun berhembus seakan mengipasi mereka.

Pangeran memejamkan matanya, diikuti balin yang juga memejamkan matanya.

Seakan merasakan alam yang menjamu mereka, mereka hanyut dalam laku mereka.

Pangeran jiwa nya melayang ke asal nya yaitu ke kayangan.

Sedangkan balin seakan mendapat penerawangan masa depan kedua nya.

Balin melihat bahwa sang pangeran akan pergi dari tanah jawa ini dan menjadi orang besar dan terkenal di tempat baru nya.

Tidak lama setelah itu tapa mereka berhenti ketika seekor rusa putih bersuara.

"Balin ayok kita pulang, sudah hampir sore, nanti ayahanda marah kalau aku terlalu lama diluar istana" pangeran buka suara.

"Baiklah pangeran" balin pun membalas.

Mereka pun bergegas turun gunung menuju kuda kuda mereka yang mereka tinggalkan pagi tadi.

Perjalanan turun mereka pun mulus tanpa hambatan sampai ke bawah.

Mereka langsung bergegas menaiki kuda mereka dan pulang ke istana.

.

Sesampainya mereka di kandang kuda belakang istana, balin langsung membawa kedua kuda itu masuk kandang.

"Balin jangan lupa habis bersih bersih, pergilah ke istana buat makan" kata pangeran kepada balin.

"Baiklah pangeran" balin menjawab.

Mereka pun berpisah jalan masing masing, pangeran ke istana nya, dan balin ke rumah pribadi samping istana pangeran.

.

Setelah bersih bersih balin pergi ke Istana pangeran untuk makan.

Balin memasuki ruang makan di istana pangeran

"Balin ayo makan sini duduk" kata sang pangeran.

Setelah makan balin dan pangeran menuju taman istana kepangeranan untuk bersantai melihat bulan dan bintang yang bertebaran di langit Majapahit yang bersih.

Malam ini terasa sangat tenang dan indah, untuk bersantai dibawah tebaran bintang dan bulan sabit yang terang.

"Balin pernah kah kau terfikir akan pergi dari tanah majapahit ini?" Tanya pangeran sambil memandang langit yang dipenuhi bintang.

Balin memandang bulan yang terang diatas sana.

"Aku hanya akan pergi bila kau pergi juga pangeran, aku adalah pelayan pribadi mu, bila kau pergi maka aku juga akan pergi mengikuti mu". Balin menjawab pertanyaan pangeran.

Mereka berdua terdiam sambil masih memandang ke langit.

"Pangeran, aku akan mengajak kamu ke pasar besok, itung itung kamu liat rakyat rakyat dipasar" balin memecah keheningan malam.

"Sepertinya ide yang bagus, baiklah besok pagi kita pergi dengan menyamar sebagai rakyat biasa" kata pangeran membalas.

Mereka kembali ke rumah masing masing untuk tidur dan bersiap untuk besok turun kepasar untuk jalan jalan.

.
.
.

TimeTravel : Pangeran Surya MajapahitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang