09

16 3 1
                                    

Vallery tengah digandeng Mamanya mengelilingi Grand Indonesia (GI), kata Mama untuk menghilangkan stress, kita perlu shopping. Vallery menurut saja, toh dia juga sudah lama tidak menghabiskan waktu dengan Mama sejak kepulangannya.

Ponsel Vallery berdering, ada panggilan video dari Samuel.

"Lagi dimana, Dek?"

"Di GI, Sam. Sama Mama ini, kenapa?"

"Oh yaudah. Aku udah naruh kartuku tadi di dompet kamu. Maaf lancang udah buka ga bilang kamu tadi. Hadiah kecil buat kamu karena udah kerja keras beberapa hari terakhir."

"Loh ngapain pake segala kasih hadiah sih? Kan emang udah kewajiban aku tau, Sam."

Vallery menghela napas, lalu tersenyum manis menatap layar ponselnya.

"Makasih, Abang."

Terdengar suara gemerusuk di seberang, dan layar ponsel menghitam. Vallery tebak, pasti ponsel Samuel terjatuh.

"Sam kenapa, kok hitam gambarnya? Perasaan sinyal disini bagus kok." Goda Vallery.

"Anjing Samuel saltingnya jelek banget cookk. Baru dibilang Abang doang sama Vallery, udah mendarat mulus aja tuh hape ke aspal."

Itu suara Jean. Lalu mucul wajah Samuel lagi dilayar, dengan pipi bersemu merah.

"Heh, Jean mulutnya." Mama menyahut saat mendengar suara Jean.

"Hehe, maaf Ma. Anak Mama kocak soalnya. Apaan banget dah."

"Udah sana kalian berdua gausah ganggu Mama sama Vallery dulu. Kita mau shopping. Emang kalian, kemana-mana berdua terus. Cari pacar sana!."

Tut.

Mama menekan tombol merah pada ponsel Vallery. Panggilan berakhir. Lalu Mama menggandeng Vallery lagi dan melanjutkan jalannya yang sempat terhenti karena panggilan dari Samuel.

"Kok dimatiin Ma?"

"Biarin aja udah."

Dan Vallery melanjutkan langkahnya lagi bersama Mama. Mengelilingi beberapa toko dan memasuki toko yang menurut Mama bagus. Vallery menurut saja, asal Mama senang.

"Kita sekalian makan siang disini aja ya, Sayang. Biar nanti kalo pulang kamu tinggal beres-beres terus makan malem, habis itu istirahat. Okee."

"Siap Mama cantiikk!"

Vallery hendak memasuki Solaria dengan Mama, namun dari arah depannya ada pemuda memakai masker dan kacamata hitam menyapa Vallery.

"Vallery?" Ucap pemuda itu memastikan.

Vallery dan Mama menoleh. Vallery mengerutkan alis, bingung. Apa dia kenal pemuda didepannya ini? Seingatnya temannya dulu hanya bisa dihitung jari.

Perlahan, pemuda didepannya ini mendekat ke arah Vallery dan melepas masker serta kacamata hitamnya. Saat itu juga Vallery menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Mata rubah itu, hanya satu orang yang memilikinya.

"Willi?" Ucap Vallery, shock.

Lalu Vallery dengan langkah pasti menerjang tubuh pemuda didepannya dengan sebuah pelukan. Mereka berpelukan sambil sesekali pemuda bernama Willi itu mengusap sudut matanya yang berair.

"Willi kamu apa kabar? Sumpah aku ga ngenalin kamu. Ya tuhan kamu berubah drastis. Mama lihat, dia Willi. Temen SMP Vallery, inget gak? Yang dulu pernah jatuh ke selokan depan rumah terus nangis sambil megangin perutnya karena laper."

"Ya ampun, kamu Willi? Mama juga ga ngenalin kamu loh, Nak. Kamu jadi ganteng banget sekarang. Mama kira tadi Vallery disapa artis tau. Mana kamu pake masker sama kacamata item gitu."

Fate ||heeseung enhypen||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang