10

16 3 0
                                    

Vallery terbangun saat merasa kepalanya diusap pelan. Saat membuka mata, dilihatnya Papa tersenyum sambil menatapi wajah Vallery.

"Ada apa, Pa?" Tanya Vallery dengan suara serak khas bangun tidur.

"Papa mau minta tolong lagi sama kamu. Tapi lihat wajah lelah kamu, Papa jadi ga tega mau ngomongnya." Jawab Papa.

Vallery duduk, lalu menghadap Papa.

"Mau minta tolong apa, Pa? Selagi bisa, Vallery bantu kok."

"Cabang perusahaan Papa yang di Medan ada masalah, Papa harus kesana sekarang juga buat nyelesaiinnya."

Papa menatap Vallery.

"Iya, terus Pa?"

"Pagi ini ada meeting sama Pak Johan, kamu bisa gantiin Papa? Tapi Pak Johan bilang kalau beliau digantiin sama anaknya karena juga ada urusan."

Papa menatap Vallery yang juga menatap Papa. Lalu anak gadisnya itu mengedip-ngedip lucu, lalu mengangguk.

"Jam berapa Pa meetingnya?"

"Jam 09.00 nanti, Sayang. Kamu bisa? Ngga capek emangnya?"

"Ngga kok. Yaudah Vallery mau mandi dulu."

"Makasih, Sayang. Papa tunggu dibawah sambil siapin berkasnya ya."

"Iya, Pa."

Papa bangkit lalu mencium kening Vallery. Setelah kepergian Papa, Vallery bangun dan menuju kamar mandi dengan langkah yang masih berat.

《《》》

Vallery memasuki ruang meeting bersama Giselle. Dia duduk di kursi yang sudah disediakan, sembari menunggu Giselle menyiapkan berkasnya. Mata Vallery membulat kala melihat sosok diseberang mejanya. Ethan tengah menatapnya kini.

Vallery menormalkan pandangannya dan memulai meetingnya, serta menjelaskan kenapa Papanya tidak bisa hadir yang mengharuskan dirinya untuk memimpin meeting kali ini.

Meeting pun berjalan lancar dan hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Lebih cepat dari perkiraan Vallery. Sebab berkasnya sudah dipersiapkan oleh Papa dengan baik dan pihak dari Pak Johan, yang diwakilkan oleh Ethan juga  menyiapkan berkasnya dengan baik pula.

"Giselle, kamu bisa duluan ke mobil? Aku mau ngomong sebentar sama anaknya Pak Johan." Ucap Vallery.

"Oke, Mbak."

Ethan sudah bersiap keluar ruangan, namun dihentikan oleh Vallery.

"Maaf sebelumnya, saya mau bicara sebentar dengan Kak Ethan. Boleh?" Tanya Vallery.

"Boleh, Mbak Vallery. Saya tunggu di mobil ya, Ethan." Ucap Pak Beni.

"Baik, Pak."

Kini ruangan meeting tersisa Vallery dan Ethan. Vallery terdiam, mempersiapkan diri untuk berbicara dengan Ethan.

"Kak Ethan, aku mau bilang terima kasih banyak, karena dulu sewaktu SMA udah jagain dan support Samuel. Yang dimana itu udah seharusnya jadi tugas aku sebagai saudara dia. Berkat Kak Ethan, Samuel ga nyerah tentang mimpi dia bisa jadi atlet skating dan pulang sebagai juara tingkat internasional."

Vallery terdiam, menjeda ucapannya. Ethan dengan sabar menunggu kelanjutan ucapan Vallery.

"Samuel udah cerita ke aku tentang Kak Ethan, dan aku bersyukur Tuhan udah ngasih kesempatan Samuel buat bangkit lewat Kakak."

Fate ||heeseung enhypen||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang