Galih berjalan keluar dari sebuah mini market dan melangkah menuju kembali ke rumah. Niatnya ingin membuatkan makanan kesukaan Ayunda dan ingin membawakannya ke rumah sakit sekalian menjenguk Mahesa.
Hari yang cukup cerah, namun ternyata tidak secerah itu karena nasib buruk menimpa Galih hari ini. Tiba-tiba segerombol pria menghadang Galih tanpa sebab. Galih cukup piawai bela diri, namun jumlah lawannya ini tidak seimbang.
"Mau apa lo semua!? Duit!? Nih gue kasih!" sentak Galih.
Salah satu dari mereka justru berkata dengan lantang, "Habisi dia!"
Galih mulai gugup dan fokusnya mulai buyar. Akhirnya dia kalah telak dari pria pria itu, Galih mulai tersungkur dan tak berdaya.
Semakin tak manusiawi, pria pria itu menendang kepala Galih beberapa kali sampai puas lalu baru meninggalkan Galih sendiri di pinggir jalan yang masih sepi itu.
•••
Ayunda berlari kearah IGD setelah tak sadarkan diri sejenak setelah membaca pesan dari Hera bahwa Galih berada di IGD dengan kondisi yang cukup parah. Gadis dengan wajah yang sudah memucat itu juga mulai mengeluarkan keringat dingin karena terlalu takut.
"Abang!"
Dipeluknya tubuh penuh bercak darah itu sambil menangis.
"Bangun! Bangun!" pekik Ayunda, dengan tetesan air mata yang mengenai wajah Galih.
Mata sayu itu terbuka perlahan membuat Ayunda menarik nafas lega dan Hera berjalan mendekat.
"Berantem sama siapa sih bang? Jangan kayak gini lagi ya, tolong," pinta Ayunda dengan suara gemetar.
"Bahagia terus, demi gue. Jangan benci papi, dia baik, jangan benci perempuan itu, karena anak dari perempuan itu adalah orang yang selalu ngelindungi lo—" lirih Galih menguatkan dirinya untuk mengatakan segalanya.
"Siapa!?" sentak Ayunda karena sudah tak sanggup mengendalikan seluruh emosinya.
"Yesi. Dia anak dari perempuan yang kita benci selama ini, dia nggak jahat Ay, jangan benci Yesi." Galih menjelaskan.
"Lo orang yang paling gue sayang di seluruh dunia ini. Lo harus—"
uhuk! Darah mengucur keluar dari hidung Galih membuat Ayunda dengan cepat menyeka semua darah itu sambil menatap Galih dengan lekat.
"Jangan...jangan pergi Ay mohon jangan..." lirih Ayunda, merasakan hal yang sama saat dulu mami nya tiada.
"Lo harus bahagia. Masih ada papi Ay, dia sayang sama kita. Dia gagal jadi suami tapi dia usaha jadi papi yang baik." Galih masih berusaha mengutarakan segala rahasia yang ia punya.
"Sebaik apapun dia, Ay mau abang tetep disini sama Ay!" Ayunda menyentak sambil menangis histeris tak karuan.
"Maaf..." suara yang teramat lirih.
Tak ada reaksi apapun lagi. Mata Sayu itu sudah tertutup rapat dengan setetes air mata yang keluar dari mata sebelah kiri sebelum Ayunda dan Hera menjerit bersamaan.
"ABANG!"
"GALIH!"
Mahesa menarik tubuh Ayunda jatuh kedalam dekapannya. Mendengar tangisan yang tak pernah Mahesa dengar sebelumnya. Tangisan yang berbeda dari tangisan Ayunda biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHESAYUNDA
Novela Juvenil[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] "Seutas tali rasa yang tertutup kabut dusta" ••• Mahesa Dwigarjaya yang statusnya adalah kekasih dari seorang gadis yang juga adik kelasnya bernama Ayunda Aswananta itu membuat geger satu sekolah setelah dirinya menyataka...