17. Bukan Menyerah, Hanya Lelah

475 51 40
                                    

Gadis yang nampak tak bergairah itu keluar dari sebuah mini market dengan sebatang coklat ditangan kanannya. Gadis itu duduk dikursi depan mini market dengan tatapan kosong yang hampa.

"Ay kuat. Nggak boleh nangis Ay, nanti ada yang liat kan malu," gumam gadis itu sembari mengusap bulir bening yang baru saja meluncur dari matanya.

Ia memakan coklat itu walaupun terasa hambar dimulutnya. Rasa sakit yang menghujam dadanya membuatnya tak mengerti lagi pada semua yang terjadi. Bahkan sampai detik ini ia tidak tau apa alasan Mahesa berpura-pura pacaran dengan Tara.

"Ay boleh nangis kan?"

"Boleh marah kan?"

"Ay boleh nggak sih ngerasa capek?"

"Ay boleh nggak—"

"Boleh Ay."

Ayunda lantas mendongak, matanya mengerjap beberapa kali memastikan apa yang ia lihat itu benar. Orang itu duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi yang diduduki Ayunda. Ia tersenyum pada Ayunda.

"Gue yakin lo belum jauh dari rumah sakit, dan lo belum pulang," ujarnya pada Ayunda.

Ayunda menunduk sebentar, "Kak Yesi habis jenguk Kak Mahes ya?"

Yesi mengangguk, "Dia...masih nggak mau jujur?" Ayunda menggeleng lemah sebagai balasan.

"Lo udah capek ya Ay?" Yesi mengelus bahu Ayunda lembut.

"Kalau capek istirahat, bukan nyerah," tuturnya pada Ayunda yang masih bungkam.

Ayunda mengangguk kecil, "Iya nggak nyerah kok Kak, cuma capek aja. Mau ngehindarin Kak Mahes dulu beberapa hari."

Yesi mengangguk paham, "Iya nggak apa-apa, gue bangga lo bisa dewasa gini Ay."

"Dipaksa dewasa sama keadaan Kak, kalo sama-sama egois, ujungnya cuma kata pisah doang dan Ay nggak mau itu kejadian," terang Ayunda membuat senyum Yesi semakin lebar.

"Gue sayang sama lo Ay, anggap gue kakak kandung lo ya?" Yesi meraih jemari Ayunda untuk meyakinkan gadis itu.

"Iya Kak, Ay juga udah anggap Kak Yesi itu kakak Ay kok," balas Ayunda tersenyum simpul.

"Sini peluk!"

Yesi mendekap tubuh Ayunda. Tubuh mungil yang ringkih itu seakan tak punya gairah dan keceriaan. Yesi mengeratkan pelukannya bertujuan agar kehangatan tubuhnya dapat menghangatkan tubuh Ayunda juga.

Yesi mengelus rambut Ayunda, "Anak baik."

•••

"Rumah siapa nih?" Tara bertanya sembari celingak celinguk.

Bisma menoleh, "Rumah hantu."

"Heh! Jangan aneh-aneh ya lo. Gue kan tadi mau nenangin diri bukan mau uji nyali, gimana sih." Tara meremas ujung jaket Bisma sembari memundurkan tubuhnya.

Bisma terkekeh, ia menarik pergelangan tangan Tara lalu membawanya masuk kedalam rumah yang entah milik siapa. Tara awalnya menolak, namun Bisma menariknya dengan paksa membuat dirinya tak berdaya untuk menolak.

"Lo mau perkosa gue?" celetuk Tara yang sudah kelewat curiga.

"Nggak lah gila, gue anak baik-baik, anak sholeh," sanggah Bisma, cepat.

"Ya terus lo ngapain bawa gue ke rumah sepi, gelap, kayak gini?" cecar Tara.

"Lampunya belum dinyalain oon," balas Bisma dan tak lama seluruh rumah ini terlihat jelas di mata Tara.

MAHESAYUNDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang