Budayakan untuk vote dan follow!!
Selamat membaca...
Terimakasih kasih buat kalian yang sudah baca vote dan komen cerita ini... Aku harap kalian tetap suka dengan cerita ini walaupun kadang ga nyambung...
Arigatoo semuanya.. luv
Happy Reading 🍀
"Kau tahu? Kerajaan ku ini kerajaan terbesar di antara semua kerajaan, dan aku bangga mengakui nya itu"
Ruby menatap setiap sudut kerajaan yang ia pijak saat ini. Mewah dan elegan. Ia menyukai suasana nya, seperti rumah khas orang eropa.
"Bolehkah buat ku saja kerajaan ini? Aku menyukai nya"
Kaisar Nicholas mengerjapkan matanya cepat saat melihat Ruby memelaskan wajahnya dengan imut. Kedua telinga pria itu memerah dengan tiba tiba membuat Ruby mengkerutkan kening nya bingung.
Apa pria itu sakit? Padahal tadi baik baik saja-
"Hei apa kau sakit? Kenapa wajah serta telinga mu merah? Alergi kah?"
Kaisar Nicholas mengelak saat tangan mungil itu akan menyentuh sisi wajahnya. Tergugup karena di tatap begitu intens oleh Ruby ia segera masuk kedalam kerajaan mewahnya meninggal gadis itu yang masih menatapnya dengan lekat.
"Heh? Baru segitu saja dia udah salting? Gimana kalo gue terjang kali ya.. bisa bisa dia pingsan duluan" Monolognya.
Ruby menggelengkan kepalanya pelan saat melihat kaisar Nicholas malah menabrak tiang kerajaan karena terlalu gugup. Bahkan cara jalan pria itu seperti orang mabuk.
Kalo aja ga jaga pencitraan udah gue terjang dari tadi
Ia menyusul kaisar Nicholas yang sudah semakin jauh dari nya. Berlari kecil agar bisa mengimbangi langkah lebar pria itu.
"Bisa tidak pelan pelan saja? Langkah mu terlalu lebar untuk kaki mungil ku!" Kesal nya karena selalu tertinggal.
Melihat pria itu menghentikan langkahnya Ruby tersenyum senang, dengan segera ia melangkah menghampiri pria itu lalu memeluk lengan nya.
"Terimakasih yang mulia atas kebaikan hati anda"
Kaisar Nicholas hanya berdeham. Padahal di dalam hatinya ia sudah menjerit keras karena lengannya di peluk oleh gadis itu.
Beda mulut beda juga di hati.
******
Setelah kepergian putri nya beberapa hari yang lalu keadaan Gilbert turun drastis. Wajah suram nya sangat terlihat dengan jelas di setiap hari nya. Tidur tidak pernah teratur begitu pula dengan makannya.
Manik mata indah yang biasanya memancarkan kelembutan kini hanya memancarkan amarah yang terpendam.
Setiap mengingat putri nya Gilbert pasti akan selalu mengingat ucapan raja licik itu.
Dan setelah kepergian Leonard dari istana raja licik itu ternyata tetap kekeh dengan pendiriannya. Mereka mengibarkan bendera perang kepada nya.
Walaupun masih satu benua ternyata raja licik itu lebih memilih ego nya dari pada kelangsungan hidup damai nya yang sebentar lagi akan habis masanya.
Ia akan buat raja licik itu memohon mohon untuk di ampuni. Gilbert akan membalasnya berkali-kali lipat dari perbuatan raja licik itu.
Bahkan sebelum Ruby Gilbert pernah menyerahkan keluarganya juga, di saat ia masih bodoh dengan semuanya.
Jovanka.
Adik perempuan nya. Gilbert pernah menyerahkan jovanka waktu itu. Dan ia sangat menyesal telah melakukan nya. Jika bisa Gilbert ingin memutar waktu agar kejadian itu tidak terjadi.
Maafkan aku... Aku terlalu bodoh saat itu.
Di saat masih asik melamun seorang pria dengan rambut pirang nya datang menghampiri nya.
"Salam Duke Gilbert"
Tersadar dari lamunannya Gilbert menatap pria itu dengan datar.
"Ada perlu apa panglima?"
Pria itu tersenyum tipis. "Saya hanya ingin berkunjung pada teman lama. Apakah itu salah?"
Zavien Akhtar Alaric. Panglima perang benua sebelah. Seorang panglima yang ternyata dibawah naungan kaisar Nicholas.
"Kau tidak lupa bukan dengan masalah ku? Bagaimana bisa kau dengan mudahnya datang ke kediaman ku disaat raja mu saja sedang menyerang penduduk ku"
Mendengar ucapan pedas Gilbert Zavien terkekeh kecil. Lalu mata nya bergulir melihat sebuah lukisan yang berada di dinding ruang kerja Gilbert. Seorang gadis kecil yang sangat cantik.
"Apa dia anak mu?"
Gilbert itu melihat lukisan itu.
"Hm" gumamnya.Zavien menyeringai tipis mendengar nya, dan itu tidak di ketahui oleh Gilbert.
"Bagaimana jika saya membantu anda dengan satu syarat Duke"
Gilbert kembali menatap pria itu.
Aura di ruang kerjanya menjadi tegang secara tiba tiba. Tentu Gilbert tahu apa syarat yang akan panglima itu berikan kepadanya.
"Saya akan membantu anda dengan syarat biarkan saya dekat dengan putri anda Duke"
Damn!
Menggertak gigi nya Gilbert dengan segera menarik kerah baju pria itu. Wajahnya tampak emosi yang terlihat begitu jelas.
"Jangan pernah mencari masalah dengan ku panglima.. jika kau lupa saya lah yang telah membunuh semua prajurit kaisar Nicholas dalam satu malam. Dan bisa saja saya membunuh anda detik ini juga" Desis nya tajam.
Zavien hanya menyeringai. Membalas tatapan Gilbert yang begitu tajam kearahnya.
"Dan jika kau lupa juga Duke. Saya lah yang telah membunuh keluarga raja licik mu itu. Tentu saja dalam satu malam juga, karena itu atas perintah mu"
Gilbert terdiam. Ia kalah telak dengan pria itu.
Ucapan Zavien memang benar. Ia telah menyuruh pria itu membunuh semua keluar raja licik itu dalam satu malam. Tepatnya setelah Ruby pergi ia mulai melakukan rencananya.
Ia pikir dengan melakukan itu raja licik itu tidak akan melakukan niat nya, ternyata raja licik itu masih tetap nekat melakukan nya.
Dan yang mengejar Kaisar Nicholas saat di tengah hutan adalah perintah raja licik itu untuk balas dendam. Namun gagal karena kedatangan Ruby yang tiba tiba.
"Kalau kau mengiyakan syarat ku maka rahasia mu akan aman Duke, saya akan menjamin nya-
Tapi jika anda menolak nya maka siap siap...
Kau akan habis malam ini"
*******
Bersambung...
Kemarin gagal buat double up karena tidak sesuai target... Yahh mengsedih... Whehehehehe
Up sesuai mood.
Chapter 7/ bab 7
Vote, komen, follow jangan lupa💜
Dilarang plagiat!
Kalau ga suka sama cerita nya silahkan pergi dari lapak ini!Terimakasih bagi yang sudah membaca!! Luvvv
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonists in Novels
Teen FictionSUDAH TIDAK DI LANJUTKAN! Tak pernah terbayangkan dalam benak Ruby hal fantasi ini ada di dunia nyata, bahkan hal tersebut benar benar terjadi padanya. Memasuki sebuah novel fantasi yang saat ini sedang di minati banyak orang, entah itu dari kalanga...