2

1.3K 57 2
                                    

Keesokan harinya Arya pergi ke kantor seperti biasanya. Sesampainya di kantor, ia langsung dihampiri oleh Rere dan Mareta untuk menyusun rencana dalam rangka nge-prank Jean.

"Aku nyuruh Jean supaya sebelum ke kantor untuk ambil dulu laporan ke kantor cabang yang emang tiap hari kan dia lewatin kalo mau pulang pergi. Aku udah calling sama pihak sana untuk tahan sebentar gimana caranya supaya jangan langsung kasih laporannya biar dia datangnya telat," terang Rere.

"Nahhh...., Abang marahin dia karena telat ituuu..." sambut Mareta.

Arya mengangguk-angguk.

"Pokoknya gimana pintar-pintar abanglah biar dia gak curiga," kata Rere.

Arya kembali mengangguk-angguk seraya berpikir untuk membuat rencana yang lebih epik.

"Abang punya ide," kata Arya.

"Apaa...???"

Arya menyampaikan idenya. Mereka berdua langsung setuju. Rencana yang sudah mereka susun pun diberitahu kepada karyawan yang lain.

###

Jean mengetuk pintu dengan ragu-ragu sebab di dalam terdengar sangat senyap. Ia memutar gagang pintu, membukanya dan melongok ke dalam. Ia menelan ludah sebab ternyata saat itu teman-temannya sedang mengadakan rapat tanpa sepengetahuan dirinya.

Jean mengangguk dengan sedikit kikuk sambil berjalan menuju ke bangku kosong yang tersedia diikuti semua pandang mata yang mengarah kepadanya.

Sial, kok nggak ada yang ngasih tau aku kalau pagi ini ada rapat, gumam Jean dalam hati sambil mengeluarkan peralatan kerjanya.

"Jean!"

Jean tersentak dan langsung mengangkat kepalanya.

"Iya, Bang..." sahut Jean.

"Dari mana kamu?" tanya Arya dengan wajah serius.

" Dari kantor cabang, Bang. Ngambil laporan di sana dimintai tolong sama Mbak Rere," jawab Jean sambil mengangkat laporan di atas meja.

"Kenapa kamu nggak izin sama saya dulu?!"

"Tadi kata Mbak Rere, Mbak yang..." Jean menoleh ke arah Rere.

"Rere sudah kasih tahu saya!" potong Arya. "Tapi sebagai bawahan, apakah cukup nitip pesan gitu aja sama staf yang lain?!"

Jean terdiam.

"Kebiasaan kalian ini! Makin dibiarkan makin ngelunjak! Harusnya kamu juga beritahu ke saya langsung, begitu etikanya!" sambung Arya.

Jean menunduk.

"Tapi biasanya juga nggak izin langsung. Kata Abang nggak usah terlalu kaku..." Ikbal angkat bicara.

"Saya pikir kalian cukup pintar untuk bisa menempatkan diri. Ternyata keenakan. Contohnya ini, datang ke kantor seenaknya aja, tanpa izin atau pemberitahuan. Seandainya bos tiba-tiba sidak, sementara kalian saat jam kantor masih keliaran nggak tahu dimana, saya mau bilang apa?! Gimana mau rapat kalo tim nggak lengkap? Lagian cuma mau ambil laporan aja sampai segitu lama telatnya? Ini ngambil laporannya di kantor cabang mana?!" balas Arya.

"Iya ih, Dek, kok bisa lama banget?" Rere nanya seraya bisik-bisik ke Jean.

Jean nampak mengusap matanya dengan punggung tangan sebelum menjawab, "Tadi mereka yang lama ngasih. Nyari-nyari dulu gitu..."

"Kata Jean pihak cabang yang lama ngasih harus nyari dulu laporannya, Bang," Rere menyampaikan seperti yang dikatakan Jean padanya.

"Kamu jubirnya?! Suruh dia yang jawab!" bentak Arya.

MAS GULA JAWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang