8

683 45 2
                                    

Belakangan ini aku merasakan tubuhku mulai merasakan banyak problem kesehatan. Tentu saja ini faktor usia dan gaya hidupku yang kurang sehat. Setelah mengobrol dengan rekan-rekan sejawatku di tempat kerja, aku memutuskan untuk mencoba lebih aware degan tubuhku. Aku memilih fitnes dan sudah mencari pelatih. Namanya Tommy dan rutinitas fitnesku sudah berjalan tiga bulanan.

Namun hari ini aku tak menyaka bahwa keputusanku menggeluti dunia fitnes akan membawaku bertemu dengan sosok yang selama ini menghiasi malam-malamku.

Ya, hari ini aku bertemu dengan Mas Gula Jawa di tempat fitnes!

Bayangkan betapa kagetnya aku setelah mengetahui siapa sosok yang saat itu sedang membelakangiku. Ia tengah mengobrol dengan pelatihku. Kemudian ketika dia menoleh...

Mas Gula Jawa?! Seruku dalam hati.

"Eh...?! Mas Gu..." Aku hampir saja keceplosan. Beruntung ucapannya dipotong oleh Mas Gula Jawa sendiri.

"Eh... yang waktu itu kan?"

Aku kaget dan mengernyitkan dahinya mendapati pertanyaan Mas Gula Jawa barusan.

"Yang waktu itu...? Kapan?" Aku mengulangi pertanyaan tersebut dengan nada suara yang ragu tapi penasaran.

"Di taman, yang sama kucingnya itu kan?"

"Ohh...!" Aku langsung teringat dengan kejadian dua atau tiga minggu yang lalu saat aku membawa Rocco jalan santai di taman. "Jadi itu kamu. Waktu itu pake masker kan jadi aku nggak tahu wajahnya."

"Iya. Mana kucingnya? Siapa namanya ya?"

"Rocco."

"Nah, iya. Nggak dibawa?"

"Nggaklah."

"Kucingnya bagus ganteng banget," beritahu Mas Gula Jawa ke Tommy.

Aku tersenyum mendapat pujian tersebut.

Setelah basa-basi singkat itu, Aku langsung memulai latihannya. Begitupula Mas Gula Jawa.

Namun setelah pertemuan tak disangka-sangka itu, Aku susah memusatkan perhatian pada latihan. Pikiranku terus tertuju pada Mas Gula Jawa yang nampak fokus berlatih, hanya berjarak beberapa langkah dariku.

Rasanya seperti mimpi bisa melihat sosok pujaanku itu di depan mata! Mas Gula Jawa memang tampan. Pesonanya benar-benar menawan layaknya di Twitter.

Demi memastikan bahwa orang yang hanya berjarak beberapa langkah darinya itu memang Mas Gula Jawa, Aku bahkan secara diam-diam membuka folder tersembunyi di ponselku yang khusus berisi foto dan video Mas Gula Jawa yang ku unduh dari aplikasi Twitter.

Tidak salah lagi! Baju yang dikenakan cowok yang sedang melatih chest itu sama persis dengan baju yang dikenakan Mas Gula Jawa pada salah satu foto koleksinya. Gila, emang dia, gumamku. Ternyata aku satu gym dengan Mas Gula Jawa, desisku masih tak percaya.

Eh, tapi siapa namnya? Aku baru menyadari kalau kami sudah mengobrol singkat tapi lupa berkenalan.

"Tom, yang tadi itu siapa namanya?" tanyaku pada Tommy.

"Deri," jawab Tommy singkat.

Deri, rapalku dalam hati. Aku melafalkan nama itu berkali-kali agar melekat dalam ingatan.

"Member di sini juga?"

"Iya."

"Kok aku nggak pernah lihat ya?"

"Dia member lama. Tapi selama ini tinggal di Lampung," beritahu Tommy.

"Ohh, pantesan nggak pernah ketemu. Lagi liburan pulang kampung halaman?"

"Nggak tahu juga. Tapi katanya emang mau netap di sini lagi."

Aku mengangguk-angguk.

***

Sejak hari itu setiap nge-gym aku selalu bertemu Deri alias Mas Gula Jawa. Namun saat itu pula masalah muncul bagiku. Sejak kedatangan Deri aku tidak pernah bisa fokus berlatih. Selalu curi-curi pandang ke arah sosok Deri yang begitu rupawan. Tubuhnya depan belakang begitu menggoda iman. Pikiranku selalu ingin menelanjangi cowok itu. Celanaku terasa sempit. Dadaku kembang kempis karena nafsu. Hal tersebut sungguh mengganggu. Sekarang kegiatan "solo karier"-ku semakin rutin saja, minimal sehari sekali sehabis olahrga. Perpaduan hormon testoteron yang meningkat karena olahraga ditambah kehadiran Deri lah membuatku tak bisa menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu dengan tangan.

Namun di satu sisi, kehadiran Deri membuatku semakin bersemangat untuk berolahraga. Niatku untuk mencapai body goal semakin bulat. Tentu saja untuk mendapatkan impresi dari laki-laki itu.

Semangat serta latihan keras yang ku lakukan di bawah pengawasan Tommy membuahkan hasil. Dalam waktu tiga bulan saja, progres perubahan tubukua mulai tampak. Sebab selain berlatih, aku juga menjaga pola makan dan mengusahan agar istirahat dan cairan tubuh harus cukup.

Acapkali di gym aku mendapatkan pujian karena progres tubuhku itu dari sesama member yang lain. Ada kebanggan tersendiri bagiku. Apalagi sekarang aku menjadi salah satu anak didik kebanggan Tommy. Walaupun Tommy tak pernah menyampaikannya secara langsung, tapi member yang lain menyampaikan padaku tentang hal itu.

"Bang Arya itu salah satu anak didik yang Bang Tommy suka. Sebab Bang Arya orangnya gak pernah mengeluh. Disuruh latihan ini itu selalu dijabani gak pernah protes. Apa yang disampaikan dia selalu didengar dan dituruti. Jadi kalau lagi ngobrol sama kita Bang Arya itu sering dipuji," kata salah satu member menyampaikan.

"Oh, ya?" Aku terkekeh.

"Tapi emang progres Bang Arya cepat sih. Kita yang udah workout setahunan lebih masih gini-gini aja," komentar yang lain.

"Beban juga nggak baik-naik, stuck di situuu aja," sambung yang lain.

"Kata Tommy kalau mau naik beban ya harus dipaksa. Aku main sampai failure sama dia.tiap malam habis latihan sebelum tidur nyari hot cream loh, hahaha..." curhatku.

"Keren sih, Bang. Setahun lagi badan Abang udah jadi nih pasti."

'Nggak tahu juga sih, semoga aja konsisten, hehehe..."kataku.

Pujian yang didapatkan dari sesama member bahkan dari karwayan di kantor membuat semangatku semakin terlecut. Nge-gym adalah satu keharusan bagi diriku sekarang. Semakin banyak variasi gerakan yang diajarkan oleh Tommy. Aku kerap sharing tentang kesehatan pada pelatihku tersebut. Berlanjut sharing tentang hal apapun itu yang menjadikan kami dekat tak hanya sebatas anak didik dan pelatih. Kami menjadi teman yang pada akhirnya membuatku mengenal dan berteman pula dengan teman-teman Tommy di dunia gym.

Ternyata begitu banyak manfaat yang kudapatkan setelah nyemplung di dunia gym. Selain tubuhku sehat aku juga mendapatkan teman. Mereka berasal dari berbagai kalangan, berbagai usia dan profesi. Jika sudah berkumpul bersama mereka di gym, aku merasa tidak kesepian lagi. Ada kekosongan yang terisi. Hal itu membuatku betah berada di gym.

Namun di antara semua teman yang kukenal di sana, tentu bisa berteman dengan Deri lah yang membuatku sangat girang. Meskipun pertemanan kami tidak lah dekat. Aku masih sulit mengontrol diriku saat berdekatan dengan cowok itu. Alih-alih mencoba membuat kami dekat, aku justru cenderung menarik diri. Entah mengapa aku selalu merasa canggung jika sudah ada Deri. Aku tak bisa lepas seolah ada beban. Mendadak lidahku kelu dan gagu jika sudah ada Deri. Aku menjadi salah tingkah dan seperti orang bodoh. Berkali-kali kucoba bersikap rileks, namun tak pernah berhasil. Ujungnya kuhanya bisa merutuki kebodohanku itu.

Bego! Dasar Bego! Mengapa aku tak bisa memanfaatkan semua kesempatan ini agar bisa dekat dengan Deri? rutuk hati kecilku.

***

MAS GULA JAWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang