Malam yang berisik

64 24 6
                                    

"Kalo masi bisa lo
Pendem sendiri, lantas
untuk apa bercerita jika hanya untuk mendapat kan kata kata yang tak sesuai ekspektasi?"

"Lo ngga sekuat itu rhea."
-Rhea alveira margatha
____________________________

Malam hari yang tenang,namun tak dengan kondisi rumah.

"HARUS SAYA BILANG BERAPA KALI KE KAMU EDNA? JANGAN KHIANATI SAYA!" suara bentakan itu bergema di setiap sudut rumah
"Berapa kali kamu selingkuhi saya?!! Saya diam Edna! Tapi apa balasan kamu? KAMU MENGULANGI NYA TERUS MENERUS. Saya bukan  baja yang bisa kamu jadi kan samsak yang tak akan pernah rusak Edna, saya juga memiliki perasaan!" ujar nya dengan nada lelah.

Kedua orang tua itu berhadap hadapan.
Dipto yang sudah terpancing emosi, ia mendorong edna dengan keras, hingga wanita paruh baya itu terjatuh

Edna hanya menatap Dipto dengan tatapan tak menyangka

"Ayah!" Rhea bergegas menghampiri ibu nya dan membantu nya untuk berdiri, namun ibu nya langsung menepis tangan Rhea dengan kasar

"Gausah ikut campur kamu,anak sial!" ucap Edna tanpa memikirkan betapa hancurnya hati anak bungsu nya itu.

Rhea tak memperdulikan perkataan ibu nya, ia tetap menenangkan ayah nya, dan membawa ayah nya untuk masuk ke kamar
"Udah! Ayah di kamar aja." gumam nya dengan sedikit nada bergetar

Lalu dipto dan anak bungsu nya itu berada di kamar, hanya berdua
"Yah, sekali aja jangan berantem sama bunda yah, bisa? Rhea juga lelah sama bunda yang sekarang, bukan cuman ayah yang lelah ngadepin sifat bunda yang keras kepala." Ujar Rhea sambil menahan bendungan air yang akan segera runtuh itu.

Dipto melihat ke arah anak perempuan nya itu
"Rhea, ayah juga cape, tapi kenapa ayah sampai sekarang engga ceraikan bunda kamu? Karna ayah merasa, jika ibu dan ayah kamu berpisah, bisa mengganggu pikiran kamu, kamu jadi engga fokus belajar, jadi banyak pikiran, Rhea." jelas nya.

*Tapi harapan aku ayah sama bunda segera berpisah, aku gamau dengerin lagu tak bernada ini lagi, yah.* batin nya, ia sedang berkelahi dengan pikiran nya

Sekarang, mengapa ayah nya begitu memikirkan itu? Bahkan sebelum Dipto dan Edna bercerai saja sudah membebani pikiran nya, mengapa ia tak pernah memikirkan itu.

"Rhea, kamu pas udah besar nanti, jangan jadi kayak bunda mu, engga akan ada lelaki yang akan bertahan sama sifat yang seperti bunda mu itu." Tegas Dipto. Lalu ia menyuruh Rhea untuk tidur dan masuk ke kamar nya sekarang.

Ya, ia menangis di temani oleh bantal, ia menutup wajah nya menggunakan bantal, lalu gadis itu berteriak sekencang kencang nya. Setelah itu ia bergumam
"Aku engga mau hidup kayak gini, kenapa tuhan seolah olah menyuruh ku untuk kuat? Aku engga sekuat itu tuhan, aku hanya wanita lemah yang terus menetes kan air mata setiap malam nya."

Ia terus menangis, dan tanpa sadar ia tertidur dengan pulas, dengan mata nya yang sembab.

*****

"Lo nangis lagi rhe?" tanya Vlycia dengan khawatir, Rhea memang tak sering bercerita jika tak di paksa oleh Vlycia, karna ia berpikir, jika ia bercerita kepada orang lain, ia hanya akan menambah beban fikiran orang lain, ia tak mau.

"Gue engga nangis, tadi malem ada nyamuk masuk ke mata gue, gede banget lagi" Jawab Rhea sambil memperaga kan besar nya nyamuk itu

*Gue tau lo kuat Rhe, tapi sekuat kuat nya orang, dia juga perlu bercerita.* batin Cia sambil menggeleng-geleng kan kepala nya sambil tersenyum

Rhea berdiri dari tempat duduk nya, berniat pergi
"Mau kemana??" tanya Vlycia

"Wc bentar" lalu ia berjalan keluar kelas, ia membuka keran wastafel itu, lalu mencuci wajah nya. Ia berharap, jika ia mencuci wajah nya sembab di mata nya akan mereda

Ia berjalan keluar, lalu ia tak sengaja melewati kelas Zhico
*Asik, lewat kelas Zhico! *
Lalu ia merapi kan penampilan nya, pas sekali Zhico dan teman teman nya sedang duduk di depan kelas, ntah ngapain.

Lalu ia berjalan melewati anak anak laki laki itu, tanpa menoleh, jual mahal.

"Bjir, sape ni cewek, woy neng" ucap salah satu lelaki di situ.
Jagaskar.

Rhea tak menoleh, ia hanya melihat Zhico sekilas, lalu melanjutkan langkah kaki nya menuju ke kelas

saat tiba di kelas, ia langsung berlari ke arah Vlycia
"CYAAAA..."

Vlycia yang kaget tiba tiba manusia sejenis Rhea datang dan langsung memeluk nya
"Buset, napa etdah"

"Gue tadi lewat kelas diaa, ASTAGA jantung guee"

"Mulai deh, tantrum nya" ucap cia yang sudah terbiasa dengan sifat nya ini yang tiba tiba suka berubah ubah, kadang yang awal nya marah bisa menjadi nangis, chilidish, tantrum. Dan jika seorang Rhea alveira margatha marah dan ia tak menangis, pecaya lah, itu adalah syaitan yang menyamar.

Rhea dan berisik nya LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang