1.1

50 18 4
                                    


"Aku tak punya rumah untuk pulang,namun akan ku pastikan,semua orang bisa menjadi kan ku rumah untuk pulang"
-Rhea alveira margatha
_

_______________________________________

"bun? Bunda mabuk lagi?" ucap sang bungsu.

Edna tak menjawab, ia hanya memejam kan mata nya sambil memegang botol alkohol itu. Lalu perempuan itu berlari ke kamar nya untuk mengambil kan ibu nya itu selimut
"Bunda jangan sering sering mabuk yah, nanti bunda sakit..." gumam nya sambil menyelimuti tubuh ibu nya yang tertidur di sofa ruang tamu itu.

Di meja terdapat sebuah asbak rokok yang rokok nya masi mengeluar kan asap. Rhea berusaha untuk tidak menghiraukan asap rokok yang menyengat itu, namun sedari kecil ia tak bisa terkena asap rokok, paru paru nya lemah akibat sedari kecil ia selalu menghirup asap rokok ibu nya.

Lalu perempuan itu berdiri untuk ke kamar nya, namun saat ia berjalan ke arah tangga...

PLAS*
Edna melempar botol alkohol yang ia pegang tepat di punggung Rhea.
"Argh.." ia meringis kesakitan, darah menetes dari punggung nya mengalir ke bawah.
Perempuan itu berbalik badan.

Ia melihat sekilas ibu nya yang menatap nya dengan tatapan tajam dan sayu. Lalu wanita paruh baya itu berjalan ke arah nya dengan satu lagi botol alkohol

Rhea berjalan mundur hingga menabrak ke dinding
"Ergh..." sakit nya karna punggung nya menyentuh dinding, perih yang ia rasakan begitu tajam

"BAJINGAN..." bentak nya sambil memukul botol itu ke arah lengah, kepala, dan tengkuk Rhea.

Rhea hanya menunduk sambil menangis
"Bun...udah bun..." ucap nya dengan nada rendah
"Sakit bun, ampun..." air mata gadis itu menetes setetes demi setetes

Lalu botol itu pecah, dan wanita peruh baya itu menatap nya sekilas lalu berjalan meninggalkan anak bungsu nya yang menangis di pojokan, ia memasuki kamar nya yang memang di bawahken

Kening dan tengkuk nya luka akibat botol alkohol tadi. Lalu ia berjalan sempoyongan ke kamar.

Setiba nya di kamar, ia langsung mengobati luka luka nya sambil menangis sesenggukan karna menahan sakit

Gadis itu mengobati nya sambil meringis kesakitan, betapa malang nya ia malam ini.

*****

Rhea berjalan ke arah kelas nya, sambil menunduk kan kepala nya

Saat ia duduk di bangku, Vlycia bertanya
"Rhe? kok nunduk, kenapa?" Tanya Vlycia khawatir

Rhea tak menjawab, lalu Vlycia mengangkat dagu nya, ia terkejut, ada apa dengan wajah anak ini? di kening nya terdapat bekas luka gores yang cukup banyak
"Rhe, abis di gebukin siapa lo?!" ucap nya, amarah nya terlihat jelas

Rhea menggeleng
"Tadi gue kesandung, trus kepala gue kejedot pohon" elak nya

Vlycia menatap nya dengan tatapan 'lo ngga bisa bohong kali ini'
"Ikut gue" Vlycia menarik tangan nya ke arah taman sekolah

Saat mereka berjalan
"Rhe, lo boleh cerita apa aja sama gue, gue temen lo Rhe, gue bukan orang asing, lo perlu cerita, ceritain semua nya."

Lalu Rhea menceritakan semua nya, dengan paksa.
"Bunda lo pukul lo pake botol alkohol? Bunda lo engga gila kan, Rhe?!"
Rhea hanya diam, tak bisa menjawab pertanya Vlycia

Vlycia geleng geleng tak habis fikir, bagaimana sang ibu memukuli anak nya dengan botol alkohol itu, apakah pantas di sebut  seorang ibu lagi?
"Rhe, lo boleh nginep di rumah gue, pintu rumah gue selalu terbuka untuk lo, rumah lo bukan rumah yang pantas untuk lo pulangi lagi, Rhe" ucap Vlycia menatap Rhea yang dari tadi hanya menunduk

Lalu mereka duduk di salah satu bangku di taman itu. Lalu 3 orang pria duduk di bangku depan mereka
"anjaz, cewek, 08 berapa" goda Gargo sambil menaik naikan alis nya genit

"Embat semua go, embat" Sahut Marvel tak habis fikir, sedari mereka jalan tadi, semua perempuan yang mereka lewati di godain oleh Gargo
"Iri bilang bos"

Salah satu lelaki di tengah tengah antara Gargo dan Marvel hanya diam menatap salah satu wanita di depan nya yang terus menunduk kan kepala nya dengan tatapan heran, mengapa wanita di depan nya ini hanya diam dan menunduk, tak biasa nya ia seperti ini, Zhico hanya merasa... aneh?

"Buset, kedip Zhic kedip, napa sih" ujar Gargo mengusap wajah Zhico yang sedari tadi melihat me arah Rhea

"Cya, gue mau ke kelas" bisik nya dengan nada tak nyaman

Vlycia yang memahami kondisi nya yang seperti ini pasti Rhea tak ingin terlihat seperti ini depan sang pujaan nya, ia langsung mengiyakan ajakan Rhea, lalu mereka bangkit dari kursi itu, lalu mereka berjalan ke kelas

Zhico menatap punggung perempuan itu ,aneh? Perempuan ini berjalan bungkuk hari ini, ada apa sebenarnya dengan perempuan gila nya satu ini?

*****

Saat jam pelajaran

"Cya, gue mau ke toilet" gumam nya tak tahan, Vlycia hanya mengacungkan jempol nya

*****

"WOY, SINI!" ujar salah satu anak basket itu terhadap Gargo

Lalu Gargo melempar bola basket itu ke arah Zeidan, dan Zeidan langsung melempar nya ke arah keranjang basket itu
"NICE, ZEI!" pekik Zhico

Lalu para lelaki basket ini istirahat di pinggir pinggir lapangan.
Zhico meminum air itu dengan cepat, karna hari ini sangat panas

Lalu satu wanita mengalihkan pandangan nya, ntah mengapa tubuh nya seakan akan menyuruh nya untuk mengejar perempuan itu

"Rhe."

Rhea langsung menebak itu suara siapa, Zhico mavendra di belakang nya sekarang
*Mampus gue*

Tanpa basa basi zhico langsung menyeret Rhea ke belakang sekolah
"Apasih?" ujar Rhea berusaha sejudes mungkin, namun tatapan Zhico yang dingin itu membuat nya gugup.

Zhico berjalan maju ke arah nya, hingga mentok ke dinding, dan tangan Zhico berada di sebelah pundak Rhea, memojokkan nya.
"Ini luka apa?" tanya nya sambil mengusap usap luka di kening Rhea

Tak bisa berucap sama sekali, Rhea kaku, beku, terpaku.
Sedekat ini ia dengan pujaan nya? Astaga, bahkan Rhea bisa merasakan deru nafas Zhico sekarang.
"Lu-luka apa?" Jawab nya yang baru tersadar dari lamunan nya
"Luka biasa. Udah, gue mau kekelas." Lalu Rhea berlari ke arah kelas.

Zhico mengusap wajah nya kasar
*Gue ngapain barusan?* batin nya, memalukan.

Rhea dan berisik nya LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang