bab 8

163 15 0
                                    




⚛》》》》Happy Reading《《《《⚛

Saat ini Nara sedang mengadakan rapat dengan orang-orang penting, sebenarnya ia sedang malas tapi mau bagaimana? Jika ia bangkrut yang ada anak-anak nya hidup susah, no itu tidak boleh terjadi.

Dan entah mengapa perasaannya begitu tidak tenang, seakan-akan akan terjadi hal yang kurang mengenakan.

Lagian meeting ini seharusnya dimulai saat jam 8 pagi, tetapi diundur karena menjadi jam 2 siang. Dikarenakan client Nara ini sedang memiliki sedikit masalah katanya.

"Selamat siang Mr Jefferson," sapa Nara ramah, sambil berjabat tangan dengan Mr Jefferson.

"Selamat siang juga Ny Joevanka," balas pria itu dengan nada dinginnya, setelah saling menyapa mereka langsung duduk di kursi masing-masing.

"Baiklah mari kita mulai rapat ini, pertama-tama saya ing-" ucapan Nara terhenti saat tiba-tiba seorang pemuda yang masuk kedalam ruang meeting nya dengan berlari lalu memeluknya erat.

"Mommy," ujar lirih pemuda itu yang tak lain adalah Arvin putra ketiganya.

Nara mengelus rambut sang anak. "Ada apa hmm? Kok nangis, sini bilang sama mommy," ujar Nara lembut, sedangkan yang lain hanya memperhatikan dengan tatapan binggung.

"A-adek mom," lirih Arvin.

Nara melepaskan pelukan nya lalu menangkup wajah Arvin yang basah karena menangis.

"Iyaa adek kenapa hmm? Terus ini kok nangis?" tanya Nara, kenapa perasaannya tiba-tiba menjadi tidak tenang ya.

"A-adek ke-kecelakan mom," ujar Arvin pelan.

Nara melotot kan matang saat mendengar apa yang putra nya itu katakan. "Ba-bagaimana bisa, abang jangan bercanda ya sama mommy. Ini ga lucu loh bang," ujar Nara masih tak percaya.

"Mommy bisa liat berita sekarang," ujar Arvin agar mommy nya bisa melihat sendiri.

Nara langsung mengambil tablet nya, lalu mengecek ada berita apa hari ini. Dan Nara dapat melihat dengan mata kepalanya bahwa sang anak memang menjadi salah satu korban dari kecelakaan beruntun itu.

Air matanya lolos begitu saja tanpa di minta, mata Nara panas saat melihat berita itu. Tubuhnya melemas, Nara menutup mulutnya sambil menggeleng tak percaya.

Mereka menatap Nara penasaran, mengapa Nara menangis pikir mereka, karena mereka tidak terlalu mendengar apa yang Arvin katakan.

"G-ga i-ini pa-pasti bohong bang ba-bang?" tanya Nara dengan suara yang bergetar.

"Engga mom, abang ga bohong. Itu memang benar, sekarang adek lagi ada di ruang ICU lagi ditangani sama dokter. Abang sama yang lain udah nelponin mommy tapi handphone mommy ga aktif.

Iya Nara ingat ia memang mematikan handphonenya agar tidak ada yang menghubungi nya.

"Kita kerumah sakit sekarang," ujar Nara berdiri dari duduknya sambil menghapus air matanya dengan tisu yang ada di sana.

"Nazwa kamu handle rapat ini," ujar Nara.

"Taok bu, ini kan rapat penting," jawab Najwa.

"Persetanan dengan itu, nyawa anak ku lebih penting!" ujar Nara dingin.

"Maaf sebelumnya karena telah mengacaukan rapat kali ini, tapi biar asisten saya yang meng-handle rapat kali ini. Kalau emang kalian ingin membatalkan kerja sama ini itu hak kalian, karena sekarang nyawa anak saya lebih penting, saya permisi," pamit Nara sopan dan mengajak putranya keluar.

Sistem? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang