"Halo,namaku Dina. salam kenal"
Wajahnya terlihat sngat cerah seperti seorang anak yang menemukan harta karun ataupun mainan baru.
"Namaku, Silvia. salam kenal" jawabku sedikit tersenyum.
Jujur saja, orang yang terlalu enerjik bukanlah tandinganku. Bukan karena aku membenci mereka, tapi aku bukanlah orang yang bisa mencari topik dengan mudah kalau sedang berbicara dengan seseorang, dan aku tidak pernah bisa menandinginya sama sekali.
Karena itulah aku selalu membawa temanku, Riky. karena dia entah bagaimana selalu tahu topik apasaja yang dibahas oleh yang lainnya, apalagi kalau berbicara tentang fasion.
Bahkan terkadang para teman wanitanya pernah bertanya sesekali tentang fasion, musik, film, bahkan aku pernah mendengar ada yang menanyakan tentang masalah Makeup. entahlah, aku tidak tahu lagi apa saja yang dia tahu tapi aku hanya bisa memastikan satu hal, dia masih tetap orang 'normal' jadi jangan beranggapan yang aneh-aneh.
" Silvia, kamu sangat cantik sekali. Apa dia anakmu? Dia sangat imut dan punya mata yang sangat mirip denganmu, aku yakin Dia juga akan memiliki wajah yang tampan jika sudah besar nanti. kuharap anakku nanti juga sangat tampan"
"ahaha..." aku hanya bisa tersenyum ketika mereka sedang berbicara.
seperti itulah, aku bahkan tidak bisa mengatakan apapun ketika dia sedang berbicara, dan disaat seperti itulah Riky sangat berguna tapi sekarang aku tidak bisa menggunakan dia lagi atau berharap bisa bertemu dengannya lagi.
" oh iya, untuk bajumu nani kita bisa langsung pergi ke toko ku, dan juga aku bisa menerima pesanan apapun mau itu gaun, dress dan pakaian yang bisa dipakai di pesta mewah sekelas bangsawan tingkat atas sekalipun. jadi, tunggu apa lagi? ayo kita berengkat"
Katanya sambil melakukan pose seperti bersorak dengan mengepalkan tangan dan mengengkat tangan kanannya keatas.
"E....emm~"
Aku hanya bisa mengangguk tanpa bisa mengucapkan apapun ketika dia dengan mudahnya mengganti topik.
Bukan karena aku tidak bisa menjawab, hanya saja ketika aku ingin mengatakan sesuatu, topik itu sudah berganti dengan sendirinya sebelum aku mengatakan apapun.
Kurasa yang bisa kulakukan sekarang hanya mengikuti arus yang ada dulu.
Oh iya, kalau tidak salah tadi Dina mengatakan sesuatu tentang mata anak ini, Dominus. Atau seharusnya aku mengatakan Callidus untuk sekarang, dan kurasa nama panggilannya akan menjadi Call (sfx: Kal), sangat mirip denganku.
Tapi yang mana? Mata merahnya atau yang biru? Aku tidak tahu, bahkan aku tidak tahu wajahku terlihat seperti apa.
{(Silvia : gara-gara Author yang lupa ngasih sungai atau danau dihutan, jadi aku tidak bisa lihat pantulan wajahku seperti apa.. hemmm-)
(Author : lah kok..? O_o)}Ketika pikiranku sedang di tempat lain, Dina entah kenapa sudah ada dibelakangku dan mulai mendorongku pergi ke tokonya.
"Ayolah, kau bisa memikirkan model pakaianmu nanti ketika kita sampai disana" katanya dengan nada yang masih sangat antusias.
"Ibu, kita pergi dulu ya" katanya sambil melambai ke arah Maina.
"Hati-hati dijalan" jawab Maina yang juga melambaikan tangannya.
Dalam perjalanan menuju toko milik Dina, aku merasakan tatapan yang diberikan oleh orang-orang yang kami lewati terasa agak aneh.
Kenapa aku mengatakan 'aneh'? Tentu saja ketika kami misalkan lewat penjual makanan seperti sate panggang atau semacamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Reincarnator's Mother
Fantasiadisebuah dunia yang dipenuhi dengan monster, ada seorang wanita yang terlihat sedang tertidur pulas dibawah sebuah pohon ditengah Padang rumput yang dikelilingi oleh hutan yang lumayan luas. wanita itu perlahan membuka matanya karena terusik oleh an...