Part 8 'Kabur Dulu'

405 62 44
                                    






























KAKAK TEMEN

























Perlahan kelopak mata Jisung mulai terbuka. Pandangannya yang semula buram, mulai terlihat jelas. Dan saat itulah, si tupai bisa melihat tempatnya berada sekarang.

“Ini ... bukannya kamar yang waktu itu?” gumam Jisung ketika melihat sebuah kamera yang terpasang di tripot dan mengarah ke tempat tidur.

Jisung melihat dirinya yang terikat di sebuah kursi kayu di sudut ruangan kamar itu. Dia tidak salah mengenali kamar ini. Tempat yang sama dimana dia terbangun waktu itu. Kamar itu tidak berubah sama sekali. Semua masih di tempatnya.

Tapi, ada satu yang berbeda. Selimut yang ada di atas tempat tidur terlihat mengembung dan sedikit berantakan. Sisa-sisa pecahan kaca juga terlihat berserakan di lantai kamar. Susunan CD dan kaset di meja juga seperti di tata asal karena sedikit berantakan.

Perasaan Jisung seketika menjadi tidak enak. Posisinya yang di ikat seperti ini, membuatnya panik dan cemas. Apa yang akan terjadi padanya disini? Tempat apa ini? Siapa yang sudah membawanya kesini? Banyak sekali pertanyaan yang berkecambuk di benak si tupai.

“Gue harus pergi dari sini. Iya, gue harus pergi.”

Jisung mencoba melepaskan ikatan tali di tangannya. Dia mencoba menggerakkan tangannya untuk lepas dari tali itu. Tapi ikatannya terlilit dengan kuat. Si tupai terus memberontak, bahkan sampai membuat decitan keras di kursi yang bergesekan dengan lantai.

Cklek.

Jisung mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara pintu terbuka. Dan benar saja, pintu kamar itu perlahan terbuka lebar. Jisung sedikit was-was. Sebuah kaki terlihat melangkah masuk ke kamar itu.

“Pak Ardi!” pekik Jisung ketika melihat sosok Pak Ardi yang berjalan masuk. Dia menghela napas lega melihat gurunya itu.

“Pak, aduh saya lega banget liat Pak Ardi. Tolong lepasin ikatan saya, pak.” pinta Jisung.

Si tupai melihat Pak Ardi yang berjalan kearahnya. Dia benar-benar lega melihat Pak Ardi disana. Dia akan terlepas dari ikatan tali itu.

Set.

Jisung terkejut ketika dagunya tiba-tiba di cengkram dengan kuat. Dia menatap Pak Ardi yang melihatnya dengan tatapan dingin. Tidak seperti biasanya yang terlihat hangat dan ramah.

“Lo minta gue buat lepasin? Buat apa gue iket lo kalau gue lepasin?” ucap Pak Ardi dengan nada ketusnya. Jisung sangat terkejut melihat Pak Ardi yang sangat berbeda dari biasanya.

“Mending lo duduk manis disini.” Pak Ardi melepas cengkramannya di dagu Jisung dengan sedikit kasar.

Jisung masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Pak Ardi. Guru yang sangat baik, ramah, murah senyum, dan menjadi favorit para murid itu berubah dalam sekejab. Dia menatap punggung Pak Ardi dengan tidak percaya.

Srek.

Jisung dibuat semakin terkejut dengan apa yang di lihatnya. Kedua matanya melebar melihat Pak Ardi yang baru saja membuka gundukan selimut di atas tempat tidur. Disana, terbaring seorang dengan kondisi tubuh telanjang dan penuh dengan luka lebam.

“Lo harusnya masih inget sama dia, kan?” tanya Pak Ardi sambil menjambak rambut pendek seorang yang berbaring itu. Menampilkan wajah penuh lebam, luka robek yang di hiasi sisa darah kering.

Kakak Temen || MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang